Di sisi lain, Arjuna yang melihat reaksi gadis berparas anggun namun memiliki sisi liar dan susah dikendalikan dari sorot matanya yang sebening kristal itu, sontak saja langsung terkejut terhadap isyarat penolakan yang ditunjukkan gadis itu secara terang-terangan terhadapa dirinya.
Mata tajamnya memandang gadis itu semakin dalam, seakan ingin menyelam jauh di kedalaman hati dan pikirannya.
Apakah gadis ini sedang bersandiwara dan sok jual mahal? Sejak kapan ada wanita yang tak menginginkannya? Tapi, bagus juga jika gadis ini berhasil menggagalkan perjodohan mereka. Mari kita lihat, apakah gadis ini bisa melawan ibunya yang sudah membuatnya menyerah tanpa bisa melakukan apa pun itu lagi? Jika ya, ia bersumpah akan menjadikan gadis yang tampak sekali sangat keras kepala itu menjadi satu-satunya teman wanitanya.
Sementara itu, dalam perasaan putus asanya, demi langit mendung yang mengandung petir, Selena sungguh bisa melihat lelaki di hadapannya tengah melemparinya dengan tatapan yang seakan menertawakan kegagalan usahanya. Bibirnya bahkan menyeringai samar. Sebuah gestur yang sangat menawan sebetulnya, Selena yakin sekali akan ada banyak gadis yang menghendaki mendapatkan tatapan lelaki itu secara khusus, meskipun itu hanyalah sebuah tatapan ejekan seperti yang ditunjukkannya sekarang.
Ibunya sungguhlah benar jika mengatakan lelaki bernama Arjuna itu sangatlah tampan. Wajahnya sangat rupawan, lembut, tegas, dan memancarkan kecerdasan secara bersamaan. Postur tubuhnya sangat ideal laksana binaragawan papan atas yang membuat pandangan susah berpaling. Benar-benar seperti tokoh utama protagonis yang keluar dari sebuah komik yang memiliki ratusan juta pembaca wanita.
Namun sialnya, kejengkelan telah lebih dulu menguasai benak Selena. Dan sama sekali tak menyisakan ruang barang seinci untuk kekaguman padanya.
Dan dari reaksinya itu, Selena yang kepekaannya telah terlatih, bisa dengan sangat jelas membaca apa yang ada di dalam pikiran lelaki di hadapannya itu. Dan segera saja, firasat buruk menghantam benaknya hingga membuatnya mengepalkan tangan erat di bawah meja. Lelaki ini jelas tak berdaya melawan keinginan ibunya. Dan itu benar-benar mimpi buruk.
Seperti halnya dirinya. Lelaki bernama Arjuna itu pastilah tak mampu menolak keinginan orangtuanya tentang perjodohan mereka. Lihatlah tatapannya yang seakan mengatakan, “Sebaiknya kau menyerah saja. Kau tak mungkin mampu melawan orangtua kita yang sangat keras kepala itu.”
Selena pun membalas tatapan itu dengan seringai mencemooh sangat samar yang hanya mampu dilihat oleh lelaki di hadapannya.
“Oh, benarkah? Sepertinya kau sangat menginginkan perjodohan ini, eh?” balas Selena melalui tatapan matanya, sarkas. Yang sepertinya bisa dipahami dengan sangat baik oleh lelaki di hadapannya, yang jika dirinya tidak keliru, ibunya mengatakan bahwa lelaki itu adalah seorang kapten di kesatuannya. Dan jika memang benar, bahasa isyarat seperti itu sudah pasti bisa dengan mudah dipahaminya.
Dugaan Selena itu pun segera terbukti di detik ia selesai menganalisa kemampuan lelaki itu. Lihatlah, lelaki itu tampak mengangkat sebelah alis busur panahnya sebelum akhirnya mendenguskan tawa mencemooh samar.
Baru saja Arjuna hendak membalas pernyataan penuh percaya diri gadis yang tak terelakkan lagi adalah seorang bar-bar itu, ibu sang gadis telah menyodorkan semangkuk sup ke hadapannya. Membuat perhatiannya segera teralihkan pada wanita anggun nan sangat cantik yang tengah tersenyum lembut padanya itu. Yang segera saja terlintas di pikirannya, bagaimana mungkin wanita seanggun dan selembut ini bisa memiliki putri yang galak dan begitu frontal?
Ketegangan anatara dirinya dan gadis di hadapannya, yang konon akan menjadi istrinya itu, beberapa detik lalu benar-benar mengalihkan dunianya. Melupakan keadaan di sekitarnya yang ternyata sudah mulai gaduh dengan suara garpu atau pun sendok yang beradu dengan piring.
“Sup iga ini adalah kesukaan Selena, Arjuna. Menu wajib yang harus ada setiap hari. Anak nakal itu akan mengganggu kakaknya jika satu hari saja tak dibuatkan,” seloroh ibu Selena seraya terkekah begitu pemuda yang ia harapkan akan menjadi menantunya itu menerima uluran semangkuk sup dari tangannya dengan senyum tipis penuh kesopanan. Sebuah sikap yang membuat hati orang tua mana pun akan meleleh dibuatnya.
“Benarkah, Sayang?” sahut ibu Arjuna seraya menoleh ke arah Selena dengan mata berbinar-binar riang. “Arjuna sangat pandai sekali memasak sup iga. Jika kalian bersama, Tante pastikan kau akan bisa memakan sup iga yang sangat lezat setiap hari,” lanjutnya semangat sekali. Yang seketika membuat ruang makan itu dipenuhi oleh gelak tawa. Membuat Selena semakin kehabisan akal karenanya. Sementara Arjuna, ia hanya diam dan melempari ibunya dengan tatapan anak tiri yang tertindas.
Ibu Arjuna tahu pasti, anak lelakinya itu hanya mau memasak untuk dirinya sendiri. Tidak pernah mau memasak untuk orang lain, bahkan untuk kedua orangtuanya sendiri pun, hanya jika ada hari istimewa seperti ulang tahun pernikahan dan ulang tahun kelahiran baru bisa merasakan kemahiran olah tangannya.
Namun, dalam kasus ini, ibu Arjuna sungguh tipikal wanita yang memiliki seribu satu cara. Wanita cantik itu masih memiliki ratusan trik yang bergulung di dalam kepalanya guna mengalahkan kekeraskepalaan putranya itu. Dan tentu saja, ia bisa dengan mudah memaksa putranya yang sama sekali tak pernah menyimpan ketertarikan dengan wanita setelah kejadian tujuh tahun silam itu melakukan apa pun yang ia inginkan dengan kelihaiannya.
Selena yang mendengarkan kalimat menjanjinkan itu tak serta merta merasa gembira sebagaimana ketika mendengar kalimat itu dari kakaknya. Alih-alih merasa senang, ia justru semakin kikuk dibuatnya.
Gadis itu menyeringai salah tingkah seraya mengusap tengkuknya, kembali memutar otak untuk menggagalkan perjodohan dengan makhluk menjengkelkan di hadapannya itu.
Dan ide itu muncul secepat ia memikirkannya. Secepat kilat wajah gadis itu berubah riang dengan senyum lebar.
“Bagaimana mungkin seorang wanita membiarkan lelakinya melayaninya, Tante? Itu benar-benar tidak berbakti, benar tidak?” seloroh Selena seraya menatap lelaki di hadapannya dengan seringai lebar yang sangat mengerikan, membuat bulu kuduk Arjuna tiba-tiba meremang karena dihinggapi perasaan buruk. Terutama ketika jemari lentik gadis itu meraih wadah lada serbuk yang berada dalam jangkauannya seraya menatap dirinya lekat penuh rencana.
“Kudengar dari Ibu, kau sangat suka sekali makanan pedas, sedikit lada akan membuat sup ini menjadi sangat lezat, kau harus mencobanya,” lanjut Selena dengan dengan seringai lebar, membubuhkan lada halus di mangkuk Arjuna tanpa ampun. Bahkan sebelum Arjuna menyadari apa yang terjadi, gadis itu sudah memenuhi permukaan sup itu dengan serbuk lada yang terlihat seperti ancaman mematikan baginya.
Refleks, Arjuna mencengkeram tangan Selena yang masih dengan riang gembira menuangkan hampir satu sendok makan lada halus itu ke dalamnya. Membuat Selena seketika berhenti karena terkejut. Cengkraman kuat namun lembut secara bersamaan itu sontak saja membuat matanya melebar dan secepat kilat menarik tangannya untuk melepaskan diri dari cengkraman Arjuna.
Karena selama ini, tak seorang pun lelaki yang menyentuhnya selain ayah dan kakaknya, dan beberapa kerabat ketika mereka bertemu dalam acara keluarga, itu pun hanya jabat tangan singkat.
Mendapati Arjuna mencengkeram tangannya dengan begitu erat, dimana kulit tangan lelaki itu bersentuhan langsung dengan pergelangan tangannya yang terbuka karena kemejanya ia lipat sampai di bawah siku, tentu saja Selena sangat terkejut.
Sebuah refleks dari keduanya yang membuat kedua orangtua mereka saling toleh dan tersenyum penuh arti.
Hentakan tangan Selena itu pun segera menyadarkan Arjuna. Lelaki itu menarik kembali tangannya dengan cepat sedikit salah tingkah. Lantas menyeringai samar penuh intimidasi dengan tatapan tajam seakan ingin menghukum gadis yang justru balas menatap tak kalah tajamnya itu lari 20 putaran mengelilingi lapangan bola, karena dengan begitu berani dan sudah pasti dengan sangat sengaja, memenuhi mangkuk supnya dengan lada yang sangat tak ia sukai.Gadis itu mengatakan jika ibunya berkata demikian? Arjuna terkekeh dalam hati. Trik-trik rendahan seperti itu tak akan pernah mampu mempengaruhinya. Dan lihat saja bagaimana ia akan membalas perlakuan menyenangkan gadis ini padanya berkali lipat.Kejengkelan Arjuna pada gadis yang kini sudah dengan begitu santai meraih mangkuk besar dan memenuhinya dengan sup iga itu, membuatnya lupa bagaimana dirinya bereaksi terhadap sentuhan, ia bahkan tak merasakan perasaan alergi sebagaimana yang selalu ia rasakan ketika tak s
“Oh astaga,” suara tawa yang terdengar jelas sekali seakan tak percaya itu keluar dari lisan ayah Arjun. “Gadis ini sungguh luar biasa sekali. Dharta, putrimu benar-benar hebat. Dia adalah satu-satunya gadis yang bisa mempermalukan Arjuna,” lanjutnya heboh dengan tawa berderai. “Hei, Siren, lihatlah, kapan kau terakhir kali melihat wajah putramu itu merona seperti ini, eh? Aku sungguh menyukaimu, Nak,” tegasnya seraya menatap Selena penuh arti dengan sisa-sisa tawanya. Seakan tengah menaruh harapan yang begitu besar padanya.Selena benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, ia dengan begitu sengaja melakukan semua ketidaksopanan itu demi penolakan. Namun, lihatlah apa yang terjadi, alih-alih menolaknya, keluarga Daneswara itu justru terlihat begitu mengharapkannya menjadi menantu mereka.Belum sempat Selena selesai menganalisa apa yang keliru dengan sikapnya, Siren sudah merangkul tubuhnya dan memeluknya dengan erat. M
Selena melirik kakaknya penuh isyarat, berharap sang kakak akan segera berdiri dan menggantikan dirinya untuk mengantarkan lelaki yang kini terlihat begitu pucat itu menuju kamar tamu untuk beristirahat.Alin bukan tidak memahami isyarat adiknya yang begitu kasihan itu, tetapi tatapan ibunya yang seakan memahami situasi yang terjadi, yang terlihat jelas tidak menghendakinya turut campur dalam masalah yang dibuat adiknya itu, mau tak mau membuatnya mengurungkan niat untuk membantu Selena. Membuat gadis itu menatap sang kakak penuh kejengkelan dan peringatan. Yang sialnya, hanya dibalas dengan tatapan permintaan maaf oleh sang kakak yang sungguh tak bisa berbuat apa-apa di bawah tekanan tatapan sang ibu.Setelah menghela napas dalam, Selena akhirnya berdiri. “Tuan, mari ikut denganku,” ucapnya seraya berjalan keluar dari ruang makan.Arjuna yang merasakan rasa sakit yang luar biasa, benar-benar kehilangan keinginan untuk membantah. Dia memundurkan kurs
“Kau benar sekali, aku memang bukan seorang wanita. Harga dirimu akan jatuh jika sampai kau menikah dengan orang sepertiku. Percayalah, kehadiranku dalam hidupmu akan mengacaukan sistem keteraturan yang kau pegang selama ini, jadi sebaiknya─"“Aku membatalkan perjodohan kita?” sela Arjuna seraya menyeringai dengan kedua mata sedikit terbuka, hanya sedikit saja, seakan masih menahan rasa sakit di kepala dan perutnya. Melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan Selena perlahan.Sebuah pertanyaan yang membuat Selena segera saja menyeringai lebar dan mengangguk bersemangat.“Tepat sekali. Kau harus membujuk orangtuamu agar menggagalkan perjodohan ini," sahut Selena penuh semangat. Karena ia sudah tak yakin bisa membujuk ibunya. Maka jalan satu-satunya adalah meminta lelaki ini melakukannya."Biar kutebak, lelaki sepertimu, pasti memiliki jutaan penggemar. Kau bisa memilihnya salah satu yang kau sukai dan menjadikannya istrimu. Atau
Selena terdiam cukup lama memperhatikan sosok lelaki yang kini mendengkur halus dengan mulut sedikit terbuka itu. Keningnya yang semula berkerut dalam seakan tengah menahan rasa sakit, perlahan memudar. Dada bidangnya naik turun dengan begitu teratur. Dan saat itulah, Selena sungguh baru menyadari jika di dada sebelah kiri sedikit ke dalam lelaki itu terdapat bekas luka sayatan benda tajam yang cukup panjang.Mata Selena menyipit dengan pikiran yang mulai menebak-nebak. Lelaki ini adalah seorang tentara berstatus kapten, pemimpin dari satu batalion pasukan khusus di mana satu orang saja di antaranya memiliki kekuatan 30 orang prajurit biasa. Dengan statusnya itu, tidak menutup kemungkinan jika lelaki ini sudah terlibat dengan kejadian yang mungkin saja akan dengan mudah merenggut nyawanya.Dan tiba-tiba saja, ide-ide segar bermunculan di benak Selena. Membuat gadis itu menyeringai lebar.Lelaki ini sangat tampan. Nilai jual dari ketampanannya pastilah sangat
Arjuna yang tak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan sedemikian merendahkan harga dirinya itu pun, sedikit tertegun dengan keberanian gadis di hadapaannya yang kini bahkan berani melemparinya dengan tatapan mencemooh itu.Sejak ia kecil, entah bagaimana, orang-orang di sekitarnya merasa segan dengannya. Mungkin bukan hanya karena nilai akademisnya yang selalu menduduki posisi puncak di setiap jenjang pendidikan, namun, mungkin juga karena pembawaannya yang begitu tenang dan tak banyak bicaralah yang menjadikannya disegani oleh teman-teman bahkan para seniornya.Karena perlakuan itu telah ia terima bahkan ketika dirinya baru berada di bangku taman kanak-kanak, yang seakan telah menyatu dengan kehidupannya, menyatu dengan kepribadiannya, mau tidak mau membentuk kepribadian tinggi hatinya tanpa sadar. Merasa diri berada di posisi paling sempurna di mana tak seorang pun memiliki kesempatan untuk mencelanya. Sehingga, mendapati dirinya diperlakukan diluar kebiasaan, tentu
Selena seketika mendecih begitu mendengar nada arogan yang mengalir deras dalam setiap getar suara sosok lelaki yang kini bahkan enggan menoleh ke arahnya itu. Entah karena malu atau karena terlalu jengkel dan kesal padanya. Selena sama sekali tak peduli.Namun, belum sempat Selena membalas perkataan Arjuna yang menjengkelkan itu, terdengar instrument BrunuhVille “Spirit of The Wild” dari saku celana Arjuna. Sebuah instrumental yang seketika membuat Selena terbeliak. Sedikit terkejut menyadari bahwa lelaki ini memiliki selera yang sama dengannya. Meskipun harus ia akui, instrumental yang terdengar liar, lembut, dan penuh semangat ini memanglah sangat bagus, bahkan mungkin saja memiliki jutaan penikmat di luaran sana, namun, tetap saja, bukankah ini terlalu kebetulan bagi mereka?Bahkan sama-sama menggunakannya sebagai nada dering panggilan ponsel? Oh, sungguh, Selena berharap tak ada seorang pun yang menghubunginya malam ini. Jika sampai lelaki itu mengetah
Ketika Arjuna hendak berpamitan untuk meninggalkan makan malam terlebih dahulu dengan alasan tugas yang tak dijelaskannya secara mendetail, ia mengatakan pada kedua orangtuanya sekaligus keluarga Selena bahwa dirinya dan Selena tidak keberatan dengan rencana pernikahan mereka.Tentang kapan acara pernikahan itu akan dilangsungkan, ia serahkan sepenuhnya pada para orangtua.Dan setelah berkata demikian, tubuh tinggi tegap Arjuna berjalan menuju pintu dengan kedua kaki jenjangnya yang melangkah cepat nan lebar. Terlihat begitu tergesa-gesa. Meninggalkan kedua orangtuanya dan keluarga Selena yang kini terlihat sangat bahagia dengan keputusan yang baru saja didengar dari mulut Arjuna itu. Keduanya bahkan sempat tak percaya dengan apa yang didengar oleh telinganya. Namun, kenyataan bahwa itu bukanlah mimpi, membuat mereka segera diliputi oleh kebahagiaan yang luar biasa.Ibu Arjuna dan ibu Selena bahkan saling berangkulan dengan air mata berderai karena haru. S
Arjuna menatap ponsel yang telah padam di tangannya itu seraya mengangkat sebelah alis sedikit terkejut, sebelum akhirnya terkekeh pelan. Benar-benar tak menyangka jika ada gadis yang berani berkata kasar dan begitu vulgar pada dirinya.Dan lebih buruk daripada itu, sebentar lagi gadis itu akan menjadi istri sahnya. Karakter seorang gadis yang sama sekali tak pernah terlintas di benaknya yang selama ini hanya menjumpai gadis-gadis anggun nan bersikap lembut kala di hadapannya.Yang anehnya, justru sikap Selena yang begitu terang-terangan dan sama sekali tak memiliki kecanggungan ataupun sopan santun terhadap dirinya yang notabene selalu disegani banyak orang itulah yang membuatnya tertarik pada gadis itu.Tidak hanya tertarik, ajaibnya, ketika berada di dekat gadis itu, dirinya bisa menjadi lelaki normal dan melupakan traumanya di masa silam.Karena berbagai alasan itulah, Arjuna memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Selena yang semena-
“Tentu saja aku kesal!” geram Selena dengan nada tinggi. “Apakah kau berharap aku akan merasa sangat senang sekali jika ada orang lain yang menjamahya ruang pribadiku, eh?” lanjutnya seraya bersungut-sungut. Andai di hadapannya saat ini ada kue klepon kesukaannya, ia pasti menelannya bulat-bulat.“Tapi aku bukan orang lain. Aku adalah calon suamimu. Bukankah dalam hubungan suami-istri tidak seharusnya ada ruang pribadi sebagaimana yang kau bicarakan itu?” balas Arjuna ringan sekali, seakan tengah membicarakan cuaca mendung di pagi hari.Baginya, apa yang ia lakukan sama sekali tidak mengandung unsur kesalahan. Lagipula, ponsel gadis itu juga tak memiliki rahasia jenis apa pun yang bisa menghancurkan dunia. Alih-alih, percakapan dalam pesannya hanya berisi segelintir orang, itu pun hanya membicarakan masalah yang menurutnya sama sekali tak penting.Bahkan gallery gadis itu sama sekali tak normal layaknya gadis muda pada umumnya
Selena segera menyambar ponselnya dan mengumpat kesal begitu melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel.“My Husband, eh? Jangan panggil aku Selena jika tidak bisa memberi pelajaran pada orang yang dengan berani meretas ponselku!” geram Selena seraya menunggu panggilan telepon tersambung, menyeringai seperti penyihir jahat yang dengan riang menakuti anak-anak.Namun, sedetik kemudian, gadis itu mengerutkan kening dalam. Teringat bahwa ponselnya telah memiliki sistem berlapis yang menjaganya dari gangguan peretas.Bagaimana bisa Arjuna menembusnya? Mungkinkah lelaki itu juga memiliki keahlian yang sama seperti dirinya?Belum selesai Selena menganalisanya, terdengar sahutan dari seberang yang terdengar begitu lelah.“Kau sudah membacanya?” tanya Arjuna seraya menyandarkan punggung ke sandaran kursi di ruangannya. Peristiwa yang terjadi semalam benar-benar telah menguras energi dan pikirannya sebagai
Selena menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi kaki menggantung setelah selesai berbicara dengan ayahnya. Ia bahkan merasa tak perlu repot-repot berganti pakaian sekalipun pakaian yang ia kenakan basah dan lengket oleh keringat.Beruntungnya, ibunya tidak ada di sana. Jika tidak, ia pasti akan menerima petuah gratis selama dua jam penuh tentang pentingnya menjaga kebersihan diri.Gadis itu menghela napas panjang dan membiarkan kedua tangannya telentang.Pandangannya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih gading dengan pikiran yang melayang jauh ke segala penjuru mata angin, memikirkan banyak hal tentang masa depan pernikahannya.Dirinya memang menyetujui perjodohan itu, tetapi ia sungguh tak menyangka akan secepat itu prosesnya.Satu bulan sejak pertemuan pertama mereka? Oh yang benar saja!Selena mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangan. Mendesah berat dan hampir saja meloloskan erangan frustrasi. Sebelum akhirnya,
“Oh, benarkah?” Nada tak yakin dengan tatapan penuh selidik sang ayah itu seketika membuat Selena merutuki kecerobohannya. Tidak seharusnya dirinya terburu-buru menghampiri sang ayah unuk melihat berita hari ini. Dirinya sungguh menyesal kenapa tidak menonton televisi melalui jaringan internet saja.Namun, penyesalannya sungguh tak berguna sama sekali. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana mungkin dirinya bisa mengembalikannya lagi menjadi bulir-bulir nasi?Yang harus ia pikirkan saat ini adalah mencari cara bagaimana agar ayahnya, yang kini menatap dirinya dengan kedua mata menyipit semakin curiga itu bisa mempercayai bualannya.Selena sungguh tertawa ironi dalam hati, betapa buku tentang kiat-kiat berbohong yang sengaja ia baca untuk menguatkan karakter-karakter fiksinya itu akan sangat berguna di situasi seperti ini.“Apakah Ayah meragukanku?” sanggah Selena cepat, dengan raut yang dibuat seakan tengah terluka karena seseora
“Tunggu sebentar,” ucap Dharta dengan kening berkerut samar, seakan ada sesuatu yang mengganggunya.“Jika informasi tentang penyerangan Markas Rajawali itu tak ditayangkan oleh media mana pun, lalu, bagaimana kau bisa mengetahuinya, Sayang? Ayah pikir, hubungan kalian belum sedekat itu hingga Arjuna menceritakan masalah yang ditutup rapat-rapat dari jangkauan publik itu padamu. Atau, telah terjadi sesuatu ketika kalian berdua di kamar tamu?” cecar Dharta seraya menatap lekat manik sewarna madu miliki gadisnya yang kini bergerak-gerak salah tingkah. Membuat Dharta semakin mengerutkan kening dalam.Selena sungguh mati kutu. Ia sama sekali lupa mengantisipasi kemungkinan munculnya pertanyaan itu dari sang ayah.Dirinya tentu saja tidak mungkin menceritkan tentang tindakan kriminal yang telah ia lakukan.Jika sampai ayahnya tahu tentang kemampuan dan tindakannya itu, sudah bisa dipastikan, ayahnya yang lembut namun juga tegas secara be
Keesokan harinya, Selena sudah bangun sebelum subuh dan menjalankan rutinitas sebagaimana biasanya. Meskipun semalam ia tidur larut malam, namun, energi mudanya yang luar biasa, membuatnya tetap bangun dalam keadaan segar bugar. Sama sekali tak terlihat jejak kelelahan akibat begadang.Dan di pagi itu, setelah ia selesai lari pagi, sama sekali tidak seperti biasanya, ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga dekat dengan sang ayah yang tengah menonton acara bincang bisnis yang dihadiri beberapa pakar.“Pagi, Ayah,” sapanya dengan nada riang pada sang ayah yang tengah menikmati teh hangat dan pisang goreng seraya menonton.“Pagi juga, Sayang,” balas Dharta seraya menarik kepala putrinya lembut dan mengecup kening putrinya penuh sayang. “Tumben sekali, ada apakah gerangan, eh? Biasanya putri Ayah sama sekali tidak tertarik dengan tontonan jenis apa pun, atau.” Dharta menjeda kalimatnya, menyipit penuh rasa curiga
Selena yang masih sibuk mengamati pergerakan orang-oramg melalui layar monitornya seraya terus berkomentar, segera terdiam begitu mendengar suara Arjuna yang teramat jelas di telinganya yang kini mengenakan headphone.Sebelah alisnya terangkat, seakan otaknya terlambat mencerna kalimat menyudutkan yang baru saja diterima indera pendengarannya itu.Hening sejenak. Sebelum akhirnya seruan jengkel meluncur dari lisan Selena tanpa bisa dicegah. Mengalir deras bagai air bah yang menghanyutkan apa pun yang dilintasinya. Beruntunya, Arjuna adalah sebuah pohon yang kokoh dengan akar yang kuat. Derasnya air bah yang menerjangnya, tidak akan cukup kuat untuk membuatnya tercerabut dari akar dan terseret arus. Alih-alih, yang ada justru air bah itulah yang menyerah dan surut ke dalam tanah.“Apakah kau sudah selesai?” tanya Arjuna dengan santainya begitu Selena menghentikan kalimat makiannya untuk mengambil napas.“Kau idiot!” geram S
Selena mengetuk-ngetuk pipinya lembut dengan jari telunjuknya ketika memikirkan kembali apa yang baru saja disampaikan oleh kakaknya. Bibirnya terkatup rapat sementara kedua alisnya saling bertautan erat.Sebetulnya, ia sama sekali tak ingin memikirkan apa yang baru saja kakaknya itu katakan. Namun sungguh sial, kata sakral itu terus terngiang di benaknya sekalipun kakaknya telah lama meninggalkan kamarnya.Tadinya, ia langsung setuju dengan perjodohan itu karena sama sekali tak melihat adanya poin yang merugikan dirinya. Tapi ia sunggguh baru tersadar jika pernikahan adalah sebuah wujud tanggung jawab.Selena mengerang frustrasi memikirkan kerumitan tanggung jawab itu setelah dirinya menyandang gelar istri. Ia sungguh tak peduli dengan Arjuna, tetapi, bagaimana dengan keyakinan yang ia pegang? Wujud tanggung jawabnya terhadap Tuhan.Selena menjatuhkan keningnya ke atas meja seraya merutuki kecerobohannya dalam membuat keputusan. Bagaimana mungki