"A-pa?"
"Ya, Clara hanya memiliki satu kaki. Gadis yang saat ini kau lihat sedang tertawa hanya dengan melihat kesenangan teman-temannya bermain kejar-kejaran itu hanya memiliki satu kaki di tubuhnya."
Zack memperhatikan Clara sekali lagi. Benar saja, gadis itu menyembunyikan kakinya di dalam rok panjangnya. Tetapi Zack bisa melihat jika kaki itu tidak utuh karena terlihat di dalam rok itu hanya terdapat satu kaki saja.
"Di mana orang tuanya?"
"Ayah dan ibunya sudah tiada. Ayahnya diculik oleh penduduk asli yaitu suku Eugin sebagai tawanan satu tahun yang lalu, tetapi sampai sekarang tidak pernah kembali. Banyak yang mengatakan jika warga pendatang yang sudah diculik oleh suku Eugin tidak akan pernah bisa kembali dengan selamat. Jika tidak menjadi budak, mereka akan menjadikannya sebagai tumbal."
"Apa kalian selama ini hanya diam saja? Apa kalian tidak berusaha mencarinya?" Zack tampak geram melihat ketidak adilan di depan matanya. Pada
"Markas mereka di titik ini. Mata-mataku sudah menemukannya, kita tinggal mengumpulkan kekuatan dan menunggu bantuan tiba hingga semuanya siap untuk menyerang dan melumpuhkan mereka."Sayup-sayup Zack mendengar para tentara itu sedang menyusun strategi untuk menyerang markas musuh.Ya, perusuh itu sudah mereka anggap sebagai musuh. Meskipun pada kenyataannya mereka adalah saudara sebangsa yang harusnya dirangkul untuk saling bergandengan tangan menyongsong harapan baru untuk menciptakan kedamaian di wilayah itu.Namun, sikap dan perbuatan mereka sudah di ambang batas, sehingga hal itu sudah cukup dijadikan alasan bagi aparat untuk meringkus mereka semua dengan menjadikan kesemua pemberontak itu sebagai musuh negara."Hai, kamu!"Salah seorang dari tentara itu memanggil Zack yang sedang menghitung stok persediaan bahan makanan bersama relawan lain.Tempat itu sebenarnya tak layak jika disebut markas. Mereka menggunakan sebuah goa yang b
Zack dan Fernandes berkutat dengan mobil yang penuh dengan bahan makanan itu, mencoba memperbaikinya karena tiba-tiba mogok di tengah jalan.Seharusnya pagi ini mereka sudah berada di lokasi pengungsian, tetapi sayang sekali karena ada kendala dengan alat transportasi mereka sehingga membuat keduanya harus bermalam di jalanan hingga pagi ini."Sial, mengapa harus mogok sih!" Fernandes menendang ban depan mobil itu, kesal bercampur lelah karena belum tidur semalaman."Istirahatlah dulu, aku akan mencoba memperbaikinya.""Dengan apa? Kau tidak lihat, kita sedang berada di mana?"Mereka memang tidak berada di lokasi padat penduduk. Hanya jalanan yang ditumbuhi pohon pinus juga semak belukar di sisi kanan dan kirinya.Zack menggaruk kepalanya yang tiba-tiba merasa gatal tanpa sebab. "Benar juga, sangat sulit mencari bengkel di tempat seperti ini."Fernandes akhirnya menyerah dengan kantuk yang sudah menyerang mata serta tubuhnya. Tidak ma
Hari sudah semakin siang. Zack belum juga mendapatkan pertolongan untuk memperbaiki mobilnya. Pasti di sana semua orang sudah menunggu kedatangan bahan makanan yang sudah Zack dan Fernandes beli.Perut Zack juga sudah mulai kelaparan, hingga akhirnya ia mengambil satu buah pisang yang sudah matang untuk ia makan sebagai pengganjal perutnya yang keroncongan.Zack duduk di bagian depan mobil dengan menyandarkan separuh tubuhnya di sana. Menikmati buah pisang masak itu sambil menatap ke arah jalanan.Sangat sepi. Bahkan mungkin tidak ada seseorang yang mungkin melewati jalan itu.Zack menyuapkan potongan kecil terakhir dari buah pisang itu, membuang kulitnya di tempat sampah yang ada di dalam mobil. Meskipun ini hutan, tetap saja tidak boleh membuang sampah sembarangan.Rasa pustus asa sempat terlintas dalam diri lelaki itu. Mana mungkin mereka bisa kembali jika terus-menerus dibiarkan seperti ini. Zack tidak bisa menghubungi siapa pun dan harus terje
"Apa saja yang sudah kalian lakukan? Bagaimana bisa ada penyusup masuk ke tempat ini?"Semua orang menunduk, tanpa berani menegakkan kepala sedikit pun menanggapi kemarahan atasan mereka yang berapi-api.Kejadian hari ini membuktikan jika kekuatan musuh jauh lebih besar, hingga aparat sama sekali tidak bisa melindungi para pengungsi."Siapa yang mempertanggungjawabkan kejadian ini? Apa kau, kau, atau kau?"Masih senyap, meskipun kening mereka sudah ditunjuk-tunjuk dengan kasar, tetap saja mereka tidak berani hanya untuk sekedar menjawab.Lelaki itu menunjukkan keberangannya di wajah. Marah bercampur kecewa dengan cara kerja anak buahnya yang terlihat tidak sanggup menjalankan perintahnya dengan benar.Semua kejadian yang menimpa para pengungsi ini menjadikan noda atas kepercayaan masyarakat dan warga atas perlindungan yang ditawarkan negara kepada mereka.Diplomasi masih mereka usahakan untuk menyatukan penduduk suku Eugin dengan para
"Jangan bermimpi!"Nayla mendorong kuat tubuh lelaki itu, tetapi usahanya sia-sia. Nayla merasa seperti sedang mendorong tembok saja. Tidak sedikit pun pergerakan mundur dari tubuh lelaki itu.Lelaki itu mencengkeram dagu Nayla menggunakan tangan kirinya, membuat gadis itu menengadah menatapnya. Namun, Nayla masih berusaha keras untuk memalingkan muka, enggan untuk bertatapan dengan lelaki itu."Kau ingin melawanku? Dengan tenagamu yang lemah itu?"Lelaki itu menyeringai lalu menunjukkan senyum mengejeknya secara terang-terangan di hadapan Nayla."Aku tidak selemah yang kau pikirkan!"Gelak tawa lelaki itu terdengar semakin keras, menggema di ruangan itu. Nayla berusaha untuk tidak takut, mengumpulkan segala keberaniannya hanya untuk sekedar membalas tatapan lelaki itu.Nayla ingin membuktikan bahwa dia bukanlah wanita lemah. Dia lebih kuat dari apa yang mereka semua perkirakan."Baiklah, aku bisa memercayai perkataanmu. Kau bi
"Apakah kau bisa melihat apa yang mereka bicarakan?"Dengan jeli Zack menajamkan matanya, mencoba menerka apa yang sedang dibincangkan oleh para penjaga itu.Zack dengan lesu menjawab, "Tidak, aku tidak memiliki kemampuan untuk itu. Apakah tidak ada alat untuk menyadap di sini?"Zack menjawabnya dengan pertanyaan, yang kemudian dijawab oleh Charlotte dengan suatu hal di luar dugaannya."Seharusnya ada, tetapi entah apa yang terjadi. Kita tidak bisa mengoperasikannya di tempat ini. Seolah ada sesuatu yang menghalangi sinyal atau jaringan yang menghubungkan kita dengan alat sadap itu."Zack nampak menautkan kedua alisnya, mengernyitkan dahi dengan otak segera bekerja keras untuk memikirkan apa yang akan diperbuatnya.Dia tidak tahu di mana Nayla disekap. Dan mungkin gadis yang terpilih dan akan menjalani ritual tengah malam nanti adalah Nayla. Zack harus bisa menemukan Nayla sebelum hal buruk menimpa gadis itu. Zack tidak akan bisa memaafkan d
"Kau bisa melihatnya dengan jelas, Clara?"Gadis kecil itu mengangguk mengerti, memfokuskan matanya di lensa okuler teropong jarak jauh yang dipegangnya menggunakan kedua tangannya yang mungil.Clara nampak berpikir, tetapi ia masih menatap tajam ke arah dua orang yang sedang berjaga di depan gerbang markas suku Eugin. Gadis itu, tanpa melepas pandangannya mengatakan sesuatu kepada Zack, "Apakah Paman akan meninggalkanku?"Zack menepuk bahu Clara, ekspresinya masih dingin dan penuh ketegangan, tetapi Zack masih bisa menyempatkan diri untuk menarik kedua ujung bibirnya, tersenyum."Tidak, Paman akan mendampingimu."Sebuah senyuman terbit di bibir Clara, gadis itu mengangguk patuh kepada Zack."Zack, dia sebentar lagi datang. Bersiaplah!"Letnan Charlotte memberi tahu Zack dengan berbisik di telinga lelaki itu dan segera dibalas dengan anggukan pertanda mengerti."Semoga berhasil," gumannya dalam hati.Zack menunduk di sam
"Apa yang kau lakukan, hah!"Seira, wanita berambut sebahu itu menatap tajam ke arah lelaki itu. Entah apa hubungan Seira dengan lelaki itu, hingga Nayla melihat kemurkaan Seira berpengaruh besar dengan lelaki jahat itu.Lelaki itu turun dari ranjang, melangkah ke arah perempuan yang dipanggil dengan nama Seira itu. Tangannya terulur menyentuh ke dua bahu Seira sembari menatap lurus ke matanya."Seira, kau tak perlu marah seperti itu. Aku hanya ingin bermain sebentar, aku suka dengan ketakutan di wajahnya."Seira menatap lelaki itu tajam lalu beralih ke arah Nayla yang kini tengah memegangi lengannya yang sakit akibat cengkraman lelaki itu."Jangan macam-macam denganku, Yeeshai. Kau akan menyesal jika melakukannya.""Seira, rencana kita hampir sempurna. Aku tidak mungkin merusak rencana besar kita hanya karena seorang wanita. Rumor itu, mengenai ritual bulan purnama harus tetap berjalan demi kepercayaan suku Eugin kepadaku pemimpin mereka. D