"Apa yang kau lakukan, hah!"
Seira, wanita berambut sebahu itu menatap tajam ke arah lelaki itu. Entah apa hubungan Seira dengan lelaki itu, hingga Nayla melihat kemurkaan Seira berpengaruh besar dengan lelaki jahat itu.
Lelaki itu turun dari ranjang, melangkah ke arah perempuan yang dipanggil dengan nama Seira itu. Tangannya terulur menyentuh ke dua bahu Seira sembari menatap lurus ke matanya.
"Seira, kau tak perlu marah seperti itu. Aku hanya ingin bermain sebentar, aku suka dengan ketakutan di wajahnya."
Seira menatap lelaki itu tajam lalu beralih ke arah Nayla yang kini tengah memegangi lengannya yang sakit akibat cengkraman lelaki itu.
"Jangan macam-macam denganku, Yeeshai. Kau akan menyesal jika melakukannya."
"Seira, rencana kita hampir sempurna. Aku tidak mungkin merusak rencana besar kita hanya karena seorang wanita. Rumor itu, mengenai ritual bulan purnama harus tetap berjalan demi kepercayaan suku Eugin kepadaku pemimpin mereka. D
Seira melepaskan tali pengikat itu dari tangan Nayla yang tubuhnya masih limbung ke lantai. Seira menegakkan tubuhnya, segera beranjak, melangkah pergi meninggalkan Nayla yang masih meringkuk lesu di lantai sambil menahan tangis dengan kondisinya saat ini.Seira menutup pintu itu dengan suara keras, tanpa menguncinya kembali. Seira yakin Nayla saat ini merasa terpuruk. Tidak ada pilihan lain dari Nayla selain bunuh diri atau menjadi budaknya.Nayla berusaha bangkit. Sedikit limbung Nayla bergerak menuju bibir pintu, meraih kenop pintu dengan susah payah, menegakkan badannya untuk kemudian berdiri dengan tangan berpegangan pada daun pintu itu.Baru saja ia merasa bahagia mendengar kabar akan kedatangan Zack yang sedang mencarinya, tetapi rasa itu seketika lenyap bergantikan perih yang tak terobati.Jika jiwa Nayla sudah berubah, untuk apalagi Zack datang menemuinya. Untuk apa Nayla harus bertemu dengan Zack setelah tubuh dan pikirannya sudah berubah tidak
"Bukankah begitu, Nona Seira?"Zack melangkah mendekat ke arah orang itu, menunjukkan tatapan dinginnya, menghunus dan mengintimidasi seseorang yang sedang berhadapan dengannya."Kau bisa melepas penyamaranmu sekarang! Bukankah kita sebelumnya pernah bertemu dan saling menyerang di kediaman Higashino. Seharusnya kau tidak perlu lagi mencoba untuk mengelabuhiku."Menaikkan sebelah alisnya, Zack menatap ke arah orang itu lalu menaikkan dagu."Kau ... sudah menyadarinya?" tanyanya yang masih tidak percaya."Apa aku harus menjelaskan kepadamu, tentang bagaimana caraku bisa mengenali penyamaranmu, Nona Seira?"Langkahnya mundur ke belakang, sedikit menjauh dari tubuh Zack yang makin mendekat ke arahnya."Bagaimana bisa? Aku sudah sangat berhati-hati."Satu langkah maju, Zack lakukan membuat orang itu semakin memundurkan tubuhnya menjauh."Seira, Aries. Dua nama dengan menggunakan huruf yang sama. Apakah kau memang sengaja men
Zack melihat semua orang seperti sekelompok lalat yang sedang berterbangan ke sana kemari untuk mendapatkan sedikit makanan di tempat sampah, berkerumun, tetapi tidak teratur dan kadang bertabrakan.Bagai sekelompok anak ayam yang sedang mencari induknya, berlarian tak tentu arah, demi untuk menemukan perlindungan.Mereka panik, berkejaran dengan waktu yang singkat itu, saling berharap dan mendahului. Berlomba dengan waktu untuk saling menyelamatkan diri.Siapa yang bisa mengejar waktu, dialah yang akan selamat.Dan siapa yang tidak sanggup dan tertinggal, akan lenyap dengan cara mengerikan.Zack tak sempat untuk melanjutkan melihat pemandangan hiruk-pikuk yang sedang terjadi. Matanya beralih menatap tangga yang entah kapan akan berakhir ujungnya itu. Namun, sebelum kakinya melangkah lebih jauh, matanya menatap sesuatu terjatuh di bawah sana.Salah satu pasukan itu tanpa sengaja menjatuhkan senjatanya di lantai. Zack memungutnya, lalu
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke
Empat bulan kemudian ...Rumah itu terlihat sangat menyejukkan dengan banyaknya bunga yang tertata cantik di setiap sudut ruangan. Nampak asri dan indah karena dijaga dan dirawat dengan penuh cinta dan kasih sayang.Sejak kepulangan Nayla dari rumah sakit, gadis itu memilih untuk tinggal di rumah Zack. Arisa sempat melarangnya karena kondisi tubuhnya belum pulih benar, tetapi tekad Nayla sudah bulat. Hidupnya akan sepenuhnya ia dedikasikan kepada Zack.Ya, Zack masih belum sadarkan diri. Namun, hal itu tidak membuat rasa cinta Nayla berkurang. Setiap hari setelah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit, Nayla selalu menemani Zack hingga malam.Tidak ada rasa bosan dalam diri gadis itu ketika melakukan rutinitasnya setiap hari. Bahkan Nayla menikmatinya seolah sedang mengabdikan dirinya kepada suaminya sendiri.Nayla dengan ceria membacakan Zack kisah-kisah lucu, bercerita tentang rutinitasnya yang ia lakukan setiap hari hingga harapan-harapannya meng
Nayla yang memahami itu, bergegas menuangkan minuman untuk Zack. Namun, dengan cepat Mandy merebut gelas berisi air itu dari tangan Nayla."Zack, minumlah!"Mandy membantu Zack minum dengan membantu lelaki itu duduk dari pembaringannya.Disesapnya air yang berada dalam gelas bening itu. Hanya sedikit saja, untuk sekedar membasahi tenggorokannya yang telah kering karena selama berbulan-bulan lamanya terbaring tanpa daya di rumah sakit.Mandy membantu Zack berbaring lagi dengan menata bantal yang digunakan untuk menumpu kepalanya.Namun, Zack menolak untuk berbaring. Dia ingin duduk saja, sehingga Mandy mengubah posisi bantal itu menjadi berdiri sebagai sandaran punggung Zack.Tampaknya wajah pucat itu belum sepenuhnya tersadar. Zack mengerjapkan matanya kemudian dengan rasa pusing yang menyergap di kepala. Barulah beberapa saat kemudian, akhirnya Zack menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi membantunya adalah Mandy."Mandy," panggil
Nayla mendorong kursi roda dengan Zack duduk di atasnya. Kedua insan manusia itu tak bisa melepaskan senyum di bibirnya yang sejak tadi bertengger tanpa jeda.Sesekali Zack menatap ke atas, bertabrakan pandang dengan Nayla lalu saling melempar senyum.Arisa menunggu di depan lobby bersama Stevan. Gadis itu menyiapkan perlengkapan Zack yang kini masih menggunakan kursi roda.Stevan membukakan pintu mobil itu, membantu Zack untuk berpindah tempat dari kursi roda ke kursi mobil. Zack masih terlalu lemah untuk sekedar berjalan ataupun berdiri sendiri.Terhitung tiga minggu sejak dirinya tersadar dari koma, Zack akhirnya memutuskan pulang dengan Nayla yang bertanggung jawab untuk merawatnya.Zack sudah berada di dalam mobil, sementara Nayla berputar untuk mengambil duduk di samping Zack dengan masuk melewati pintu bagian lain.Kursi roda sudah diletakkan di bagasi mobil bersamaan barang-barang Zack yang tertinggal."Hai, lihatlah! Apakah k
Zack menahan lengan Nayla ketika gadis itu akan pergi."Mau ke mana?" tanyanya kemudian dengan tangan mempertahankan lengan Nayla dalam genggamannya.Gadis itu berhenti, mengurungkan niatnya yang akan pergi dari kamar Zack."Aku akan tidur di kamar atas. Kita belum menikah, 'kan?" Sedikit merah wajah Nayla ketika mengatakannya.Zack tersenyum sekaligus merasa gemas dengan sikap Nayla. Apapun yang membuat Nayla malu, dia menyukainya."Tapi ... aku ingin kau menemaniku malam ini. Boleh, 'kan?"Bertambah meronalah pipi Nayla. Zack semakin berani mengatakan hal yang mengarah ke sana."Zack, kau mau apa?" tanya Nayla kemudian, mencoba menantang Zack yang sengaja menggodanya.Zack terkekeh. Dia memang berniat untuj menggoda Nayla saja, tetapi rasa ingin melakukan sesuatu tiba-tiba menghampiri untuk ingin segera dituntaskan."Nay, sepertinya aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Nayla menautkan kedua alisnya, gugup mend