"Apa saja yang sudah kalian lakukan? Bagaimana bisa ada penyusup masuk ke tempat ini?"
Semua orang menunduk, tanpa berani menegakkan kepala sedikit pun menanggapi kemarahan atasan mereka yang berapi-api.
Kejadian hari ini membuktikan jika kekuatan musuh jauh lebih besar, hingga aparat sama sekali tidak bisa melindungi para pengungsi.
"Siapa yang mempertanggungjawabkan kejadian ini? Apa kau, kau, atau kau?"
Masih senyap, meskipun kening mereka sudah ditunjuk-tunjuk dengan kasar, tetap saja mereka tidak berani hanya untuk sekedar menjawab.
Lelaki itu menunjukkan keberangannya di wajah. Marah bercampur kecewa dengan cara kerja anak buahnya yang terlihat tidak sanggup menjalankan perintahnya dengan benar.
Semua kejadian yang menimpa para pengungsi ini menjadikan noda atas kepercayaan masyarakat dan warga atas perlindungan yang ditawarkan negara kepada mereka.
Diplomasi masih mereka usahakan untuk menyatukan penduduk suku Eugin dengan para
"Jangan bermimpi!"Nayla mendorong kuat tubuh lelaki itu, tetapi usahanya sia-sia. Nayla merasa seperti sedang mendorong tembok saja. Tidak sedikit pun pergerakan mundur dari tubuh lelaki itu.Lelaki itu mencengkeram dagu Nayla menggunakan tangan kirinya, membuat gadis itu menengadah menatapnya. Namun, Nayla masih berusaha keras untuk memalingkan muka, enggan untuk bertatapan dengan lelaki itu."Kau ingin melawanku? Dengan tenagamu yang lemah itu?"Lelaki itu menyeringai lalu menunjukkan senyum mengejeknya secara terang-terangan di hadapan Nayla."Aku tidak selemah yang kau pikirkan!"Gelak tawa lelaki itu terdengar semakin keras, menggema di ruangan itu. Nayla berusaha untuk tidak takut, mengumpulkan segala keberaniannya hanya untuk sekedar membalas tatapan lelaki itu.Nayla ingin membuktikan bahwa dia bukanlah wanita lemah. Dia lebih kuat dari apa yang mereka semua perkirakan."Baiklah, aku bisa memercayai perkataanmu. Kau bi
"Apakah kau bisa melihat apa yang mereka bicarakan?"Dengan jeli Zack menajamkan matanya, mencoba menerka apa yang sedang dibincangkan oleh para penjaga itu.Zack dengan lesu menjawab, "Tidak, aku tidak memiliki kemampuan untuk itu. Apakah tidak ada alat untuk menyadap di sini?"Zack menjawabnya dengan pertanyaan, yang kemudian dijawab oleh Charlotte dengan suatu hal di luar dugaannya."Seharusnya ada, tetapi entah apa yang terjadi. Kita tidak bisa mengoperasikannya di tempat ini. Seolah ada sesuatu yang menghalangi sinyal atau jaringan yang menghubungkan kita dengan alat sadap itu."Zack nampak menautkan kedua alisnya, mengernyitkan dahi dengan otak segera bekerja keras untuk memikirkan apa yang akan diperbuatnya.Dia tidak tahu di mana Nayla disekap. Dan mungkin gadis yang terpilih dan akan menjalani ritual tengah malam nanti adalah Nayla. Zack harus bisa menemukan Nayla sebelum hal buruk menimpa gadis itu. Zack tidak akan bisa memaafkan d
"Kau bisa melihatnya dengan jelas, Clara?"Gadis kecil itu mengangguk mengerti, memfokuskan matanya di lensa okuler teropong jarak jauh yang dipegangnya menggunakan kedua tangannya yang mungil.Clara nampak berpikir, tetapi ia masih menatap tajam ke arah dua orang yang sedang berjaga di depan gerbang markas suku Eugin. Gadis itu, tanpa melepas pandangannya mengatakan sesuatu kepada Zack, "Apakah Paman akan meninggalkanku?"Zack menepuk bahu Clara, ekspresinya masih dingin dan penuh ketegangan, tetapi Zack masih bisa menyempatkan diri untuk menarik kedua ujung bibirnya, tersenyum."Tidak, Paman akan mendampingimu."Sebuah senyuman terbit di bibir Clara, gadis itu mengangguk patuh kepada Zack."Zack, dia sebentar lagi datang. Bersiaplah!"Letnan Charlotte memberi tahu Zack dengan berbisik di telinga lelaki itu dan segera dibalas dengan anggukan pertanda mengerti."Semoga berhasil," gumannya dalam hati.Zack menunduk di sam
"Apa yang kau lakukan, hah!"Seira, wanita berambut sebahu itu menatap tajam ke arah lelaki itu. Entah apa hubungan Seira dengan lelaki itu, hingga Nayla melihat kemurkaan Seira berpengaruh besar dengan lelaki jahat itu.Lelaki itu turun dari ranjang, melangkah ke arah perempuan yang dipanggil dengan nama Seira itu. Tangannya terulur menyentuh ke dua bahu Seira sembari menatap lurus ke matanya."Seira, kau tak perlu marah seperti itu. Aku hanya ingin bermain sebentar, aku suka dengan ketakutan di wajahnya."Seira menatap lelaki itu tajam lalu beralih ke arah Nayla yang kini tengah memegangi lengannya yang sakit akibat cengkraman lelaki itu."Jangan macam-macam denganku, Yeeshai. Kau akan menyesal jika melakukannya.""Seira, rencana kita hampir sempurna. Aku tidak mungkin merusak rencana besar kita hanya karena seorang wanita. Rumor itu, mengenai ritual bulan purnama harus tetap berjalan demi kepercayaan suku Eugin kepadaku pemimpin mereka. D
Seira melepaskan tali pengikat itu dari tangan Nayla yang tubuhnya masih limbung ke lantai. Seira menegakkan tubuhnya, segera beranjak, melangkah pergi meninggalkan Nayla yang masih meringkuk lesu di lantai sambil menahan tangis dengan kondisinya saat ini.Seira menutup pintu itu dengan suara keras, tanpa menguncinya kembali. Seira yakin Nayla saat ini merasa terpuruk. Tidak ada pilihan lain dari Nayla selain bunuh diri atau menjadi budaknya.Nayla berusaha bangkit. Sedikit limbung Nayla bergerak menuju bibir pintu, meraih kenop pintu dengan susah payah, menegakkan badannya untuk kemudian berdiri dengan tangan berpegangan pada daun pintu itu.Baru saja ia merasa bahagia mendengar kabar akan kedatangan Zack yang sedang mencarinya, tetapi rasa itu seketika lenyap bergantikan perih yang tak terobati.Jika jiwa Nayla sudah berubah, untuk apalagi Zack datang menemuinya. Untuk apa Nayla harus bertemu dengan Zack setelah tubuh dan pikirannya sudah berubah tidak
"Bukankah begitu, Nona Seira?"Zack melangkah mendekat ke arah orang itu, menunjukkan tatapan dinginnya, menghunus dan mengintimidasi seseorang yang sedang berhadapan dengannya."Kau bisa melepas penyamaranmu sekarang! Bukankah kita sebelumnya pernah bertemu dan saling menyerang di kediaman Higashino. Seharusnya kau tidak perlu lagi mencoba untuk mengelabuhiku."Menaikkan sebelah alisnya, Zack menatap ke arah orang itu lalu menaikkan dagu."Kau ... sudah menyadarinya?" tanyanya yang masih tidak percaya."Apa aku harus menjelaskan kepadamu, tentang bagaimana caraku bisa mengenali penyamaranmu, Nona Seira?"Langkahnya mundur ke belakang, sedikit menjauh dari tubuh Zack yang makin mendekat ke arahnya."Bagaimana bisa? Aku sudah sangat berhati-hati."Satu langkah maju, Zack lakukan membuat orang itu semakin memundurkan tubuhnya menjauh."Seira, Aries. Dua nama dengan menggunakan huruf yang sama. Apakah kau memang sengaja men
Zack melihat semua orang seperti sekelompok lalat yang sedang berterbangan ke sana kemari untuk mendapatkan sedikit makanan di tempat sampah, berkerumun, tetapi tidak teratur dan kadang bertabrakan.Bagai sekelompok anak ayam yang sedang mencari induknya, berlarian tak tentu arah, demi untuk menemukan perlindungan.Mereka panik, berkejaran dengan waktu yang singkat itu, saling berharap dan mendahului. Berlomba dengan waktu untuk saling menyelamatkan diri.Siapa yang bisa mengejar waktu, dialah yang akan selamat.Dan siapa yang tidak sanggup dan tertinggal, akan lenyap dengan cara mengerikan.Zack tak sempat untuk melanjutkan melihat pemandangan hiruk-pikuk yang sedang terjadi. Matanya beralih menatap tangga yang entah kapan akan berakhir ujungnya itu. Namun, sebelum kakinya melangkah lebih jauh, matanya menatap sesuatu terjatuh di bawah sana.Salah satu pasukan itu tanpa sengaja menjatuhkan senjatanya di lantai. Zack memungutnya, lalu
Wajah Nayla nampak pasi mengingat mimpi yang baru saja ia alami. Napasnya masih tersenggal dengan raut muka kebingungan.Apa yang terjadi? Mengapa dia berada di rumah sakit?Ingatannya berputar ke belakang ketika terakhir kalinya ia dan Zack bersama.Kakinya lumpuh tidak bisa digerakkan, virus Zombie, perbudakan, serum penawar dan ledakan besar bangunan itu. Lalu Zack? Bagaimana dengan Zack? Apakah dia baik-baik saja, atau ....Apakah Zack sudah tiada?Di mana dia?Nayla terlihat kebingunan, banyak pertanyaan di benaknya yang menuntut ingin segera mendapatkan jawaban.Arisa menghampiri Nayla yang sebelumnya menuangkan air dalam gelas bening untuk diberikannya kepada Nayla. Arisa duduk di sisi ranjang Nayla dengan menghadap kepada adik semata wayangnya itu."Nayla, apa yang kau rasakan saat ini?" tanyanya lembut dengan menyentuh tangan Nayla sembari mengulurkan segelas air itu kepada Nayla.Nayla menoleh ke arah Arisa. Ke