“Luar biasa, sayang! Kamu benar-benar agresif dan sempat membuatku kewalahan.” puji Anton sembari mengatur napasnya.“Hemmm, aku kan ingin membuat Bang Anton merasakan sesuatu yang beda dari biasanya. Karena saat ini kita udah resmi menjadi suami-istri, hingga kita lebih leluasa untuk melakukannya. Tidak seperti yang sudah-sudah, semuanya serba terbatas dan terkesan buru-buru.” tutur Yurika dengan senyumnya.“Aku benar-benar bahagia, sayang. Kamu memang tahu cara memberikan kepuasan.” puji Anton lagi.“Memangnya Angel nggak pernah memuaskan Bang Anton di ranjang selama ini?” tanya Yurika.“Dia tidak sehangat kamu bila bercinta di ranjang, Angel begitu dingin bahkan terkesan jarang merespon sentuhan dan gerakanku saat berhubungan. Aku nggak habis pikir dengan semua itu, padahal dia istriku yang seharus melayaniku secara optimal termasuk di ranjang.” tutur Anton.“Masa Angel begitu sih, Mas?” tanya Yurika makin penasaran.“Apa yang aku katakan itu benar adanya, sayang. Makanya aku jaran
“Nantilah awal bulan, setelah gajian aku bukan hanya ngajak kamu ke kos-kosan saja tapi juga ke hotel. Kamu sabar ya, Yank?” balas Ronal.“Tahu kenapa bawaannya pengen aja, Yank. Permainanmu di ranjang benar-benar buat aku ketagihan! Kangen banget aku, Yank.” balas wanita lawan chat Ronal itu.“Sabar Rena manis, nggak lama lagi kok aku akan gajian. Kan seru tuh jika kita bercintanya di hotel, lagian juga nanti kita bisa jalan-jalan dulu.” ujar Ronal di chatnya.“Iya juga sih, ya udah aku tunggu deh.” balas kekasih Ronal yang bernama Rena itu.“Kamu baru pulang dari kerja juga, Yank?” tanya Ronal.“Ya Yank, nih barusan aja selesai mandi aku chat Ayank.” jawab Rena di chatnya.“Mending kita video call aja Yank, atau nelpon gitu?” ajak Ronal.“Duh, nggak bisa sekarang Yank. Teman kos-kosanku lagi di sini, nanti nggak bebas kita ngomongnya.” Tolak Rena.“Ya udah, kita chat aja. Katanya tadi baru aja selesai mandi ya, Yank?” ujar Ronal.“Iya Yank, nih udah wangi! He..! He..! He..!” pancing
“Ah, ngapain takut sama istri. Toh, segala urusanku di luar nggak pernah dia ketahui dan ikut campur. Kalau dia lagi dapat sekarang sih iya, makanya aku tambah ngebet ingin kencan denganmu malam ini.” tutur Randi kembali tersenyum.“Dasar cowok, begitu pasangannya berhalangan baru deh ingat selingkuhan.” ujar Rena mencibir Randi, namun Rena tak marah sama sekali malahan menunjukan sikap manjanya.“He..! He..! He..! Tapi harus aku akui, aku selalu ingat dan ketagihan bercinta denganmu. Kamu lebih agresif di ranjang, dan membuatku benar-benar puas!” puji Randi berbisik di telinga Rena.“Halah gombal! Cowok kalau ada maunya, pasti deh ke luar jurus rayuannya.” ujar Rena yang sudah tak asing lagi mendengar kata-kata manis berupa sanjungan dan rayuan dari seorang pria, termasuk dengan Ronal.“Oh ya, sebelum kita chek in kamu mau shoping dulu nggak?” tawar nakal Randi.“Hemmm, Bang Randi tahu aja kesukaanku. Abang dapat uang banyak ya? Karena kemarin-kemarin sibuk kerja di luar kota?” tanya
“Hemmm, kamu ini ada-ada aja Ronal. Cowok mana yang mau menjadikan wanita panggilan sepertiku ini sebagai kekasihnya? Makanya aku membuang jauh-jauh perasaan yang dapat menimbulkan rasa cinta di hatiku hingga saat ini, udah bertahun-tahun aku hidup menjalani kehidupan seperti ini suka tidak suka toh hanya dengan ini aku dapat bertahan hidup di Jakarta.” tutur Dona.“Apa alasan Mbak Dona membeda-bedakan tarif setiap kali kencan pada para pria di luar sana? Hingga mencapai Rp. 500.000,- per kencannya?” tanya Ronal lagi.“Itu karena profesi mereka, lah kalau kamu yang hanya bekerja sebagai tukang pangkas rambut aku tarif Rp. 500.000,- juga pasti kamu nggak akan pernah mau mengajakku kencan lagi. Ya kan?” tutur Dona diiringi senyumnya.“Iya juga sih, bagiku uang Rp. 500.000,- itu terlalu besar untuk sekali kencan. Apalagi ngajak makan-makan dulu sebelum chek in, tentu mengeluarkan biaya tambahan.” ujar Ronal.“Nah, makanya aku sesuaikan tarif itu dengan pekerjaan pria yang mengajakku kenc
“Hallo juga, kamu lagi istirahat kan sekarang?” tanya Roy.“Loh, kok kakak tahu kalau sekarang aku lagi istirahat?” Hesti heran dan balik bertanya.“Ya tahu lah, kan aku dulu pernah sekolah di situ juga makanya aku nelponmu sekarang. Oh ya, kirimin nomor rekeningmu nanti lewat WA ya?” tutur Roy.“Nomor rekening? Buat apa, Kak?” kembali Hesti merasa heran dan balik bertanya.“Pokoknya kamu kirimin aja! Nanti aku akan transferin uang hasil kerja ku selama 2 bulan ini, aku harap kamu bisa menyimpannya dengan baik kalau nggak ada keperluan mendadak dan penting uang itu simpan aja dulu untuk keperluan mu melanjutkan sekolah nanti.” tutur Roy.“Wah, iya deh nanti aku kirimin nomor rekeningku. Apa kabarnya Kak Roy sekarang di sana? Kapan rencana akan pulang?” tanya Hesti.“Baru juga 2 bulan di sini, kamu udah nanyain kapan aku pulang. Paling juga nanti kalau lebaran tiba, ya udah deh ntar lagi kamu akan masuk ke kelas lagi kan? Salam nanti sama Ayah dan Ibu dan jangan lupa kirim nomor rekeni
“Iya, Kak Roy bilang uang yang ia kirimkan itu disimpan baik-baik untuk keperluan melanjutkan sekolahku nanti. Kak Roy juga bilang akan selalu mengirim uang jika memiliki uang lebih dari gajinya per bulan.” Hesti menjelaskan pesan yang disampaikan Kakaknya itu.“Ibu nggak nyangka, baru 2 bulan dia bekerja di Jakarta udah bisa mengirim uang untuk adiknya. Ibu benar-benar bangga dengan Kakak mu itu.” puji Bu Ningsih.“Iya, Ayah juga bangga. Meskipun kami tak mengharapkan itu darinya, karena kami tentu akan terus berusaha untuk keperluan kelanjutan sekolahmu hingga perguruan tinggi nanti. Tapi Roy ternyata sangat memperhatikan dan sayang sama kamu, untuk itu jangan pernah kecewakan dia belajarlah yang rajin dan raih terus prestasi di sekolahmu.” tutur Pak Jaka.“Tentu Ayah, aku janji tidak akan mengecewakan Kak Roy karena dia rela berkorban demi aku untuk dapat sekolah yang lebih tinggi nantinya. Aku juga sangat sayang dan menghormatinya.” ujar Hesti terharu saking gembiranya, begitu pul
Sekitar jam 10 pagi pesawat Malaysia Airline mendarat di salah satu bandara di Ibu Kota Jakarta, seorang pria yang telah turun dari pesawat itu begitu tiba di lobi segera naik ke salah satu kendaraan khusus disewakan untuk mengantar orang dan barang dari bandara ke alamat rumah yang dituju.Lebih kurang setengah jam berselang tibalah mobil itu di depan pagar sebuah rumah mewah, pria itu pun turun dari mobil sewaan. Begitu satpam rumah mewah itu mengenali sosok yang baru saja turun dari mobil di depan pagar, ia bergegas membuka pagar lalu menghampiri.“Silahkan masuk Tuan, barang-barangnya biar saya saja yang akan membawanya ke dalam!” ucap satpam itu dengan sikap penuh hormat, pria yang dipanggil Tuan itu hanya tersenyum lalu melangkah menuju rumah mewah yang berada di depannya.Salah seorang pembantu yang saat itu tengah membersihkan kaca begitu melihat sosok pria melangkah menuju rumah itu, ia pun berlari ke ruangan belakang sepertinya hendak menemui seseorang.“Bi Surti..! Bi...!”
“Kalau Nyonya udah pulang dan dia mengetahui Mas Roy dipekerjakan di sini sih, nggak jadi masalah paling mereka berdua yang saling berdebat. Nah, kalau sekarang dia tahu dan marah-marah sama kita gimana?” tutur Bi Surti yang merasa kuatir.“Oh gitu? Ya udah nanti setelah selasai makan siang, aku di perkarangan belakang aja sampai Tante pulang.” ujar Roy.“Iya Mas, itu akan lebih baik dari pada Tuan mengetahui sebelum Nyonya pulang.” kali ini Diana yang berucap.Seperti yang telah dijanjikan Roy pada ketiga pembantu rumah itu, selesai makan siang ia langsung menuju perkarangan belakang. Jika tidak ada yang dikerjakannya di sana, Roy memilih duduk sendiri di depan kolam renang.Sementara Anton selesai makan siang kembali menuju ruang tengah, sambil menyimak acara televisi ia menyulut sebatang rokok. Setengah jam kemudian Anton menuju lantai atas, karena rasa kantuk tiba dan lelah selama di perjalanan tadi dari Malaysia ia pun istirahat siang di kamar Angel istrinya itu.Mengetahui Anton
“Aku akan buat hotel dan juga perusahaan pariwisata, karena kamu sudah pengalaman di bagian itu maka kamu yang aku percayakan untuk mengurusnya,” tambah Angel karena Roy tadi hanya diam tak menanggapi.“Tante akan buat hotel dan juga perusahaan pariwisata?” Roy ingin memastikan kembali hal yang disampaikan Angel itu.“Ya, kamu sebagai direkturnya. Gimana apa kamu mau?” tegas Angel.“Pengalamanku di hotel dan di perusahaan pariwisata hanya sebatas karyawan biasa, Tante.” ulas Roy.“Tapi aku yakin kamu juga tahu tentang cara menjalankan serta mengelola hotel dan perusahaan itu kan? Di Jakarta juga banyak para turis yang berkunjung, meskipun nggak sebanyak di Pulau Bali. Namun prospeknya cukup lumayan jika diurus secara benar dan terarah,” tutur Angel.“Gimana ya Tante?” Roy merasa bingung.“Hemmm, kamu nggak usah buru-buru memberi keputusan. Kamu pikir-pikir aja dulu dan jika nanti keputusanmu udah buat bersedia menerima tawaranku itu, kamu hubungi aja aku,” ujar Angel.“Tentunya untuk
“Lalu gimana ceritanya kamu tiba-tiba aja berada dan bekerja di sini?” rasa penasaran Angel tentang Roy di Bali kembali muncul.“Begini Tante...”Roy hentikan ceritanya, ia terlebih dahulu menyeruput jus di depannya. Ia seperti berusaha untuk mengingat sesuatu yang akan ia sampaikan pada Angel, sepintas ada pula keraguannya untuk menceritakan semuanya.“Kenapa Roy, kok sepertinya kamu merasa berat untuk menceritakannya?” tanya Angel.“Entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa malu untuk menyampaikannya, karena terlalu banyak hal-hal yang tak pantas aku lakukan sebelum aku bekerja sebagai jemput antar para turis di perusahaan pariwisata yang kantor tempat aku mengantar mobil operasional tadi,” jawab Roy.“Loh, emangnya hal yang kamu lakukan itu berbau kriminal hingga kamu pernah ditangkap dan ditahan di penjara?” Angel menduga-duga.“Nggak sih Tante, sampai saat ini aku nggak melakukan tindak kriminal. Baiklah aku akan ceritakan semuanya tanpa ada yang aku tutup-tutupi sama Tante,” ulas R
“Wah, selain cantik ternyata Viola juga pintar memasak,” Qoira kembali memuji Viola, hanya saja kali ini setelah mengarahkan pandangan pada Viola, Qoira mengalihkan pandangan pada Rehan. Putranya yang duduk bersebelahan dengannya itu, nampak tersenyum.Dari sikap yang langsung ditunjukan Rehan, nampak sekali dia semakin terkesima dan menyukai Viola.****Seperti biasa setelah mengantar para turis ke tempat wisata yang hendak mereka kunjungi, Roy pun mengantar mereka kembali ke hotel-hotel tempat mereka menginap. Saat Roy mengantar salah satu pasangan turis hingga ke dalam hotel, seorang wanita yang sedari tadi memantau dan mengikutinya terlihat ragu-ragu untuk menghampiri.“Apa mungkin dia itu Roy? Kalau benar, kok bisa dia berada di Bali?” wanita itu bergumam dalam hati.Rasa penasaran yang sejak tadi hadir di hatinya serta diselimuti rasa ragu, akhirnya ia putuskan untuk menghampiri ketika Roy ke luar dari hotel itu menuju mobil yang biasa ia gunakan sebagai kendaraan operasional ke
“Loh, kok Mami diam aja? Kenapa emangnya kalau seandainya Opa dan Oma tahu?” karena penasaran Viola kembali bertanya.“Hemmm, nggak ada apa-apa Viola. Mami rasa nggak penting juga Opa dan Oma mu tahu masalah kamu akan dijodohkan oleh Papi dengan putra sahabatnya itu, kan emang semua itu belum jelas, yang ada nanti mereka malah bertanya pada kami soal itu.” jawab Bu Astrid yang sepertinya menyembunyikan sesuatu terkait dengan pertanyaan yang dilontarkan Viola.“Oh gitu, kirain ada apa-apanya jika Opa dan Oma tahu.” ulas Viola yang tak merasa penasaran lagi.“Oh ya Viola, Papi rencananya besok malam akan mengundang Hamid dan keluarganya makan malam di sini,” Pak Husein yang bicara.“Hamid? Emangnya mereka siapa Pi?” tanya Viola kembali penasaran.“Dia sahabat Papi yang tempo hari Papi cerita sama kamu, dia memiliki putra semata wayang bernama Rehan seorang CEO perusahaan perminyakan, perusahaannya itu menjadi salah satu perusahaan perminyakan terbesar di negara ini,” jelas Pak Husein, V
“Nah itu yang juga buat aku pusing Mas, sampai saat ini aku belum dapat pemilik perusahaan yang bisa diajak kerja sama atas rencana kita itu sementara waktu yang diberi Papi juga nggak lama buat aku menemukan pria seperti yang diinginkannya.” Kali ini Viola yang mengeluh, karena memang beberapa orang yang ia temui yaitu para pemilik perusahaan belum ada yang bisa diajak kerja sama dalam rencananya dengan Ryan untuk membohongi Papinya akan status pria pilihan hatinya itu.“Terus gimana, Viola?” tanya Roy.“Aku akan terus usahain untuk mencari pemilik perusahaan yang mau diajak kerja sama dalam rencana kita itu,” jawab Viola.“Moga aja nanti bisa kamu temukan,” ulas Roy yang juga berharap.“Oh ya Mas, aku juga mau menyampaikan tadi pagi aku ditelpon Mami. Dia ingin aku ke Qatar minggu depan,” ujar Viola.“Mamimu nelpon dan minta kamu ke Qatar minggu depan? Maksudnya kamu akan mereka jodohkan minggu depan dengan putra sahabat Papimu itu?” Roy terkejut menanggapinya.“Ya nggaklah, Mami ha
“Ya nggaklah, Mami jamin Papimu nggak akan melakukan itu. Paling dia sekedar memperkenalkan mu saja pada putra dan keluarga sahabat Papimu itu,” ujar Bu Astrid.“Kalau hanya sekedar silahturahmi aja dengan mereka, aku juga nggak jadi masalah Mi. Asal Papi nggak memaksaku untuk segera menjodohkan aku sama putra sahabatnya itu,” ulas Viola.“Kan Papimu beri kamu waktu untuk mencari pria pilihanmu, jika nggak ketemu juga dalam waktu yang ia tentukan itu baru Papimu akan menjodohkanmu dengan putra sahabatnya itu,” jelas Bu Astrid.“Baiklah kalau emang Mami dapat menjamin kalau aku nggak akan langsung dijodohkan, minggu depan aku akan ke Qatar.” Ujar Viola.“Nah, gitu dong sayang. Ya udah kamu lanjut aja lagi kerjaannya, hubungi Mami saat kamu akan terbang ke sini minggu depan,” ulas Bu Astrid.“Ya Mi, aku akan hubungi Mami nanti saat aku akan berangkat ke sana.”“Assalamu alaikum,” ucap Bu Astrid.“Waalaikum salam, Mi.” Balas Viola kemudian obrolan mereka melalui sambungan ponsel itu mere
“Ya, aku juga nggak nyangka kalau Papi akan mendesakku untuk berumah tangga dengan segera. Aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana untuk mencari solusinya, saat ini hanya cara itulah yang aku temukan agar Papi nggak ngotot menjodohkan aku dengan putra sahabatnya itu.” tutur Viola yang juga berbicara dengan tarikan napas berat.“Aku belum bisa memberi keputusannya sekarang, Viola. Beri aku waktu untuk berfikir, siapa tahu saja nanti aku temui jalan ke luarnya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain,” ujar Roy.“Iya Mas, aku ngerti. Aku akan beri waktu pada Mas Roy, moga aja nanti dapat solusi yang lebih baik.” Ulas Viola.Setelah makan malam bareng itu selesai, Viola mengantar Roy ke kediamannya lalu setelah itu kembali ke rumahnya. Meskipun malam itu Viola tak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya berkaitan dengan usulan Puspa agar Roy mau berpura-pura menjadi pria lain yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan atau juga pengusaha kaya raya, namun Viola cukup merasa lega k
“Tidak ada salahnya kalau Bi Viola mau mencoba sembari meyakinkan Mas Roy dengan semua yang sedang Bu Viola alami saat ini, siapa tahu saja Mas Roy bisa ngerti dan mau melakukannya demi mencegah terjadinya perjodohan Ibu dengan putra sahabat Papa Bu Viola itu,” Puspa kembali memberi saran.“Aku akan pikirkan dulu karena aku merasa nggak mudah memberi tahu yang sedang aku hadapi ini pada Mas Roy, begitu pula untuk menyakinkannya agar dia mau berpura-pura menjadi pria lain.” Ulas Viola.“Ya Bu, itu semua demi kelanjutan hubungan kalian berdua.” Ujar Puspa, Viola mengangguk dan tersenyum.Acara makan siang bareng itu disudahi dengan ke luarnya mereka dari dalam restoran lalu Puspa kembali ke kantor sementara Viola pulang ke rumahnya karena memang hari ini dia tak masuk kerja, itu sengaja ia lakukan untuk menenangkan pikirannya atas permasalahan yang sedang ia hadapi.Malam itu cuaca mendung, meskipun hujan lebat tak turun namun gerimis yang turun cukup dapat membasahi tubuh jika tak mema
Puspa menghampiri Viola di salah satu meja di dalam ruangan restoran tempat mereka janji bertemu dan makan siang bareng itu, rupanya atasan Puspa di kantor itu sudah tiba di sana lebih dulu.“Bu Viola udah lama tiba dan menunggu di sini?” sapa Puspa setelah dipersilahkan atasannya itu untuk duduk.“Kurang lebih 10 menit yang lalu, nih aku udah pesan minuman. Oh ya, apa menu makan siang yang Bu Puspa inginkan? Silahkan Bu Puspa pesan!” ulas Viola.“Terserah Bu Viola aja, saya ikut aja dengan yang Bu Viola pesan.” Jawab Puspa diiringi senyum ramah dan hormatnya sebagai bawahan.Setelah memesan menu dan diantar oleh pelayan restoran ke meja itu, mereka pun segera menikmatinya diselingi obrolan.“Kira-kira ada hal penting apa yang ingin Bu Viola sampaikan, hingga siang ini Bu Viola ngajak ketemuan dan makan bareng?” tanya Puspa.“Hemmm, sebenarnya ini nggak ada kaitannya dengan urusan kantor melainkan masalah pribadi yang ingin aku curhatin sama Bu Puspa.” Jawab Viola diiringi senyumnya,