“Nantilah awal bulan, setelah gajian aku bukan hanya ngajak kamu ke kos-kosan saja tapi juga ke hotel. Kamu sabar ya, Yank?” balas Ronal.“Tahu kenapa bawaannya pengen aja, Yank. Permainanmu di ranjang benar-benar buat aku ketagihan! Kangen banget aku, Yank.” balas wanita lawan chat Ronal itu.“Sabar Rena manis, nggak lama lagi kok aku akan gajian. Kan seru tuh jika kita bercintanya di hotel, lagian juga nanti kita bisa jalan-jalan dulu.” ujar Ronal di chatnya.“Iya juga sih, ya udah aku tunggu deh.” balas kekasih Ronal yang bernama Rena itu.“Kamu baru pulang dari kerja juga, Yank?” tanya Ronal.“Ya Yank, nih barusan aja selesai mandi aku chat Ayank.” jawab Rena di chatnya.“Mending kita video call aja Yank, atau nelpon gitu?” ajak Ronal.“Duh, nggak bisa sekarang Yank. Teman kos-kosanku lagi di sini, nanti nggak bebas kita ngomongnya.” Tolak Rena.“Ya udah, kita chat aja. Katanya tadi baru aja selesai mandi ya, Yank?” ujar Ronal.“Iya Yank, nih udah wangi! He..! He..! He..!” pancing
“Ah, ngapain takut sama istri. Toh, segala urusanku di luar nggak pernah dia ketahui dan ikut campur. Kalau dia lagi dapat sekarang sih iya, makanya aku tambah ngebet ingin kencan denganmu malam ini.” tutur Randi kembali tersenyum.“Dasar cowok, begitu pasangannya berhalangan baru deh ingat selingkuhan.” ujar Rena mencibir Randi, namun Rena tak marah sama sekali malahan menunjukan sikap manjanya.“He..! He..! He..! Tapi harus aku akui, aku selalu ingat dan ketagihan bercinta denganmu. Kamu lebih agresif di ranjang, dan membuatku benar-benar puas!” puji Randi berbisik di telinga Rena.“Halah gombal! Cowok kalau ada maunya, pasti deh ke luar jurus rayuannya.” ujar Rena yang sudah tak asing lagi mendengar kata-kata manis berupa sanjungan dan rayuan dari seorang pria, termasuk dengan Ronal.“Oh ya, sebelum kita chek in kamu mau shoping dulu nggak?” tawar nakal Randi.“Hemmm, Bang Randi tahu aja kesukaanku. Abang dapat uang banyak ya? Karena kemarin-kemarin sibuk kerja di luar kota?” tanya
“Hemmm, kamu ini ada-ada aja Ronal. Cowok mana yang mau menjadikan wanita panggilan sepertiku ini sebagai kekasihnya? Makanya aku membuang jauh-jauh perasaan yang dapat menimbulkan rasa cinta di hatiku hingga saat ini, udah bertahun-tahun aku hidup menjalani kehidupan seperti ini suka tidak suka toh hanya dengan ini aku dapat bertahan hidup di Jakarta.” tutur Dona.“Apa alasan Mbak Dona membeda-bedakan tarif setiap kali kencan pada para pria di luar sana? Hingga mencapai Rp. 500.000,- per kencannya?” tanya Ronal lagi.“Itu karena profesi mereka, lah kalau kamu yang hanya bekerja sebagai tukang pangkas rambut aku tarif Rp. 500.000,- juga pasti kamu nggak akan pernah mau mengajakku kencan lagi. Ya kan?” tutur Dona diiringi senyumnya.“Iya juga sih, bagiku uang Rp. 500.000,- itu terlalu besar untuk sekali kencan. Apalagi ngajak makan-makan dulu sebelum chek in, tentu mengeluarkan biaya tambahan.” ujar Ronal.“Nah, makanya aku sesuaikan tarif itu dengan pekerjaan pria yang mengajakku kenc
“Hallo juga, kamu lagi istirahat kan sekarang?” tanya Roy.“Loh, kok kakak tahu kalau sekarang aku lagi istirahat?” Hesti heran dan balik bertanya.“Ya tahu lah, kan aku dulu pernah sekolah di situ juga makanya aku nelponmu sekarang. Oh ya, kirimin nomor rekeningmu nanti lewat WA ya?” tutur Roy.“Nomor rekening? Buat apa, Kak?” kembali Hesti merasa heran dan balik bertanya.“Pokoknya kamu kirimin aja! Nanti aku akan transferin uang hasil kerja ku selama 2 bulan ini, aku harap kamu bisa menyimpannya dengan baik kalau nggak ada keperluan mendadak dan penting uang itu simpan aja dulu untuk keperluan mu melanjutkan sekolah nanti.” tutur Roy.“Wah, iya deh nanti aku kirimin nomor rekeningku. Apa kabarnya Kak Roy sekarang di sana? Kapan rencana akan pulang?” tanya Hesti.“Baru juga 2 bulan di sini, kamu udah nanyain kapan aku pulang. Paling juga nanti kalau lebaran tiba, ya udah deh ntar lagi kamu akan masuk ke kelas lagi kan? Salam nanti sama Ayah dan Ibu dan jangan lupa kirim nomor rekeni
“Iya, Kak Roy bilang uang yang ia kirimkan itu disimpan baik-baik untuk keperluan melanjutkan sekolahku nanti. Kak Roy juga bilang akan selalu mengirim uang jika memiliki uang lebih dari gajinya per bulan.” Hesti menjelaskan pesan yang disampaikan Kakaknya itu.“Ibu nggak nyangka, baru 2 bulan dia bekerja di Jakarta udah bisa mengirim uang untuk adiknya. Ibu benar-benar bangga dengan Kakak mu itu.” puji Bu Ningsih.“Iya, Ayah juga bangga. Meskipun kami tak mengharapkan itu darinya, karena kami tentu akan terus berusaha untuk keperluan kelanjutan sekolahmu hingga perguruan tinggi nanti. Tapi Roy ternyata sangat memperhatikan dan sayang sama kamu, untuk itu jangan pernah kecewakan dia belajarlah yang rajin dan raih terus prestasi di sekolahmu.” tutur Pak Jaka.“Tentu Ayah, aku janji tidak akan mengecewakan Kak Roy karena dia rela berkorban demi aku untuk dapat sekolah yang lebih tinggi nantinya. Aku juga sangat sayang dan menghormatinya.” ujar Hesti terharu saking gembiranya, begitu pul
Sekitar jam 10 pagi pesawat Malaysia Airline mendarat di salah satu bandara di Ibu Kota Jakarta, seorang pria yang telah turun dari pesawat itu begitu tiba di lobi segera naik ke salah satu kendaraan khusus disewakan untuk mengantar orang dan barang dari bandara ke alamat rumah yang dituju.Lebih kurang setengah jam berselang tibalah mobil itu di depan pagar sebuah rumah mewah, pria itu pun turun dari mobil sewaan. Begitu satpam rumah mewah itu mengenali sosok yang baru saja turun dari mobil di depan pagar, ia bergegas membuka pagar lalu menghampiri.“Silahkan masuk Tuan, barang-barangnya biar saya saja yang akan membawanya ke dalam!” ucap satpam itu dengan sikap penuh hormat, pria yang dipanggil Tuan itu hanya tersenyum lalu melangkah menuju rumah mewah yang berada di depannya.Salah seorang pembantu yang saat itu tengah membersihkan kaca begitu melihat sosok pria melangkah menuju rumah itu, ia pun berlari ke ruangan belakang sepertinya hendak menemui seseorang.“Bi Surti..! Bi...!”
“Kalau Nyonya udah pulang dan dia mengetahui Mas Roy dipekerjakan di sini sih, nggak jadi masalah paling mereka berdua yang saling berdebat. Nah, kalau sekarang dia tahu dan marah-marah sama kita gimana?” tutur Bi Surti yang merasa kuatir.“Oh gitu? Ya udah nanti setelah selasai makan siang, aku di perkarangan belakang aja sampai Tante pulang.” ujar Roy.“Iya Mas, itu akan lebih baik dari pada Tuan mengetahui sebelum Nyonya pulang.” kali ini Diana yang berucap.Seperti yang telah dijanjikan Roy pada ketiga pembantu rumah itu, selesai makan siang ia langsung menuju perkarangan belakang. Jika tidak ada yang dikerjakannya di sana, Roy memilih duduk sendiri di depan kolam renang.Sementara Anton selesai makan siang kembali menuju ruang tengah, sambil menyimak acara televisi ia menyulut sebatang rokok. Setengah jam kemudian Anton menuju lantai atas, karena rasa kantuk tiba dan lelah selama di perjalanan tadi dari Malaysia ia pun istirahat siang di kamar Angel istrinya itu.Mengetahui Anton
“Beberapa waktu yang lalu sebelum Roy ada di rumah ini, aku kan udah bilang sama kalian jangan pernah merasa takut atau sungkan lagi untuk bicara jika Mas Anton memaksa kalian untuk mengikuti perintahnya yang tidak sesuai dengan pekerjaan kalian. Rumah ini milikku, aku dan papa yang mendirikannya. Jadi dia tak memiliki hak terlalu mengatur-ngatur di rumah ini!” terang Angel yang kini tak ingin lagi diperlakukan sesuka hati oleh Anton, terutama di rumah yang memang tak sepeserpun Anton memberi andil dalam mendirikannya.“Iya Nyonya, maaf. Kami memang belum berani untuk bersikap begitu pada Tuan, meskipun kami tahu kebanyakan dari keinginannya tidak sesuai dengan yang semestinya dilakukan di rumah ini. Bagaimana kalau aku panggil Mas Roy sekarang, sekalian ngasih tahu kalau Nyonya udah pulang dari kantor?” ujar Bi Surti sembari menawarkan diri untuk menemui Roy yang masih berada di perkarangan belakang rumah mewah itu.“Nggak usah, Bi. Biar aku aja yang menemuinya, kalian lanjutin aja k
“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya bisa menemani jalan dan membawamu ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di pulau ini, tapi untuk menemanimu tidur di kamar ini aku nggak bisa karena aku telah memiliki kekasih,” jawab Roy yang terpaksa jujur karena dia sudah tak tahu bagaimana cara mencari alasan untuk menolak.“Oh, kamu udah punya kekasih rupanya? Ah, jika malam ini aja kamu tidur bareng aku di sini, aku rasa kekasihmu itu nggak akan tahu atau juga curiga.” Ujar Alice yang ternyata juga tak peduli dengan kejujuran Roy yang mengatakan dirinya telah memiliki kekasih.“Dia mungkin saja nggak akan tahu atau pula curiga, tapi aku nggak mau menghianati cintanya karena aku sangat menyanyanginya,” kali ini Roy cukup tegas, hingga beberapa saat dalam keadaan setengah mabuk Alice nampak tercengang mendengarnya.Karena tak ada reaksi apa-apalagi dari Alice, Roy kemudian pamit dan meninggalkan kamar itu setelah menyelimuti tubuh Alice dengan selimut. Sampai Roy ke luar dan menutup
Alice benar-benar merasa surprise dengan semua itu, rasa penasarannya ingin mengelilingi seluruh kawasan Pulau Bali pun terpenuhi.“Apa di sini ada night club, Roy?” tanya Alice ketika ia merasa puas berkeliling.“Ada beberapa buah night club di pulau ini, emangnya kamu mau ke sana?” jawab Roy lalu balik bertanya.“Ya, aku mau happy-happy di sana melewati malam ini hingga nanti kembali ke hotel. Kamu bisa antarkan aku ke night club paling besar dan ramai di sini?” pinta Alice.Roy yang maklum jika hampir seluruh turis yang berkunjung ke pulau itu hobi ke night club di saat malam, maka Roy memenuhi permintaan Alice dengan mengarahkan mobil yang ia kemudi itu ke salah satu night club terbesar di Bali.Yang namanya night club tentu tak asing lagi jika di dalamnya terdapat berbagai jenis minuman, mulai dari minuman berkadar alkohol rendah hingga tinggi. Di sana juga terdapat music room, biasa pula digunakan untuk berdansa dan melantai bagi para pengunjung.Suasana di dalam ruangan night c
“Mungkin karena aku baru pertama kali berkunjung ke sini dan juga tadi siang aku ikut dalam rombongan para turis yang kamu jemput serta antar, aku merasa nyaman dengan cara kamu mengemudi makanya aku meminta kamu,” jelas Alice, Roy hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.“Gimana kalau kita jalan sekarang, Roy?” sambung Alice.“Oke, mari!” jawab Roy, mereka pun sama-sama berdiri lalu Roy mengajak Alice menuju mobil yang tadi ditunjukan oleh Ardi di depan lobi hotel itu.Roy dan Alice menghampiri sebuah mobil jenis Pajero Sport yang di parkir di depan lobi hotel itu, setelah mereka naik mobil yang dikemudikan oleh Roy itupun bergerak menuju jalan raya meninggalkan halaman dan kawasan hotel mewah itu.Mobil yang dikemudikan Roy sengaja dilajukan santai, tujuannya agar Alice dapat menikmati panorama di sisi kanan dan kiri jalan raya yang dihiasi lampu-lampu. Memang sangat berbeda suasana jalan raya ketika malam di bandingkan siang hari, kebanyakan dari pengendara sengaja melaju perlahan
“Hemmm, iya Non makanya hotel kami ini sangat senang bekerja sama dengan kantor perusahaan pariwisata tempat Roy bekerja itu dan kerja sama itu udah terjalin sejak lama dan saya pribadi telah juga telah lama kenal dengan Roy sebagai salah seorang karyawan di perusahaan pariwisata itu,” tutur Ardi.“Berapapun biayanya nanti aku akan bayar, aku cukup terkesima dengan keindahan pulau ini dan ingin tahu lebih banyak lagi kawasan-kawasan lainnya dan dinikmati keindahannya di malam hari,” ujar Alice gembira sekaligus penasaran.“Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, wajahnya begitu ceria dan makin cantik. “Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, waja
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu
Namun Pak Hamid bahkan Pak Husein sendiri belum tahu jika Viola tidak ada perasaan apa-apa pada Rehan sejak bertemu minggu lalu, sosok Rehan bagi Viola tak ubahnya sebagai kenalan biasa dan tak ada yang spesial ia dilihat di diri Rehan selain pemuda yang kaya raya semata.****Malam itu cuaca mendung, tak lama gerimis pun turun. Roy yang duduk di teras di temani segelas kopi hangat dan sebungkus rokok, nampak bermenung dengan tatapan kosong ke arah gerimis yang semakin lama semakin rapat turun membasahi halaman kediamannya itu.Sepertinya perasaan pria tampan itu tidak sedang baik-baik saja hingga membawanya larut dalam lamunan, jika masalah pekerjaan yang ia lakukan di lapangan sampai dengan hari ini belum pernah dijumpai baik itu pada para turis maupun pada kantor tempat ia bekerja.Tiba-tiba saja Roy tersentak dari lamunannya ketika ponsel yang ia letakan di atas meja di antara gelas kopi dan rokoknya berbunyi, Roy pikir yang melakukan panggilan itu adalah Viola, ternyata setelah i
“Loh kok gitu?” Bi Surti ikut merasa kecewa.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Moga saja Mas Roy segera mendapatkan solusinya atas semua yang sedang ia hadapi sekarang,” ucap Bi Surti.“Moga saja Bi, akupun berharap begitu.” ulas Angel.****Malam itu di Qatar tepatnya di kediaman Pak Hamid, di ruangan tengah nampak Pak Hamid, Bu Qoira dan Rehan duduk. Tak biasanya Rehan ikut duduk bersama kedua orang tuannya itu, setelah makan malam bareng Rehan biasanya duduk di teras sejenak lalu pergi jalan ke luar dan pulang sekitar jam 11 malam.“Tumben, kamu duduk baren
“Bukan gitu Viola, aku hanya bicara sesuai dengan faktanya jika dia memang sepadan dengan kamu bila di bandingkan dengan aku,” ulas Roy.“Kan tadi udah aku bilang kalau dia dan semua yang ia miliki nggak membuatku tertarik sama sekali, Papi bahkan mungkin juga Mami sangat setuju tapi nggak dengan aku,” tegas Viola.“Lalu kita harus bagaimana sekarang? Papimu pastinya nggak akan merubah keputusannya bahwa dia nggak setuju jika kamu dan aku menjalin hubungan?” tanya Roy.“Aku nggak peduli dengan itu, semuanya udah aku ceritakan pada Opa dan Oma. Mereka nggak setuju jika aku menikah karena dijodohkan Papi. Opa dan Oma sangat marah begitu mengetahui jika Papi akan menjodohkan aku dengan Rehan,” tutur Viola.“Opa dan Oma mu juga tahu jika Papimu nggak setuju dengan aku?” tanya Roy.“Iya, tadi juga aku ceritakan pada mereka perihal Papi nggak setuju dengan hubungan kita. Aku dan Opa begitu juga Oma sedang mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan pada Papi dan Mami, kalau pria yang akan m