“Beberapa waktu yang lalu sebelum Roy ada di rumah ini, aku kan udah bilang sama kalian jangan pernah merasa takut atau sungkan lagi untuk bicara jika Mas Anton memaksa kalian untuk mengikuti perintahnya yang tidak sesuai dengan pekerjaan kalian. Rumah ini milikku, aku dan papa yang mendirikannya. Jadi dia tak memiliki hak terlalu mengatur-ngatur di rumah ini!” terang Angel yang kini tak ingin lagi diperlakukan sesuka hati oleh Anton, terutama di rumah yang memang tak sepeserpun Anton memberi andil dalam mendirikannya.“Iya Nyonya, maaf. Kami memang belum berani untuk bersikap begitu pada Tuan, meskipun kami tahu kebanyakan dari keinginannya tidak sesuai dengan yang semestinya dilakukan di rumah ini. Bagaimana kalau aku panggil Mas Roy sekarang, sekalian ngasih tahu kalau Nyonya udah pulang dari kantor?” ujar Bi Surti sembari menawarkan diri untuk menemui Roy yang masih berada di perkarangan belakang rumah mewah itu.“Nggak usah, Bi. Biar aku aja yang menemuinya, kalian lanjutin aja k
“Kamu nggak perlu menjual BMW itu, aku beliin kamu mobil ferari terbaru nanti kamu kan bisa gonta-ganti untuk pergi ke kantor dan ke mana pun kamu mau.” Anton seperti tak patah semangat membujuk istrinya itu, walaupun sebenarnya di hatinya mulai bosan juga diperlakukan dingin begitu oleh Angel.“Yang aku butuhkan sekarang ini kejelasan akan rumah tangga kita, Mas.”“Maksudmu?” Anton terkejut dan merasa aneh akan perkataan istrinya itu.“Mas masih aja nggak ngerti, padahal udah bertahun-tahun kita menikah. Mas selalu pergi berbulan-bulan lamanya, dan semaunya pula pulang ke rumah. Apa ini yang dinamakan berumah tangga? Papa dan Mama sering bertanya tentang rumah tangga kita.” tutur Angel yang mulai berani menyampaikan unek-unek di hati yang selama ini selalu ia pendam.“Loh, aku pergi kan bukan untuk main-main tapi kerja.” Anton membela diri.“Iya aku tahu, tapi apakah akan terus-terusan begitu Mas? Sementara dalam berumah tangga bukan hanya harta benda aja yang musti dipenuhi, tapi ju
Malam itu sehabis makan malam, Angel hanya duduk sebentar di ruangan belakang bersama Roy dan ketiga pembantunya. Ia kembali ke kamarnya untuk beristirahat karena besok pagi akan kembali beraktifitas ke kantor, sementara Anton selesai makan malam yang dilayani Bi Surti duduk di beranda depan ngobrol sama seseorang melalui ponsel.Tak jelas apa yang ia obrolkan, yang pasti teman ngobrolnya itu adalah Yurika istri mudanya. Anton sengaja ke beranda depan ketika Yurika minta dihubungi, agar saat mereka ngobrol nanti tak seorang pun dari penghuni rumah itu yang mendengar pembicaraan mereka.Hampir jam 12 malam Anton menyudahi obrolannya di ponsel bersama Yurika, kemudian ia menuju kamar di lantai atas di mana di sana Angel telah tertidur lelap. Meskipun satu ranjang dan merupakan suami-istri yang sah, namun malam itu karena sikap dingin yang ditunjukan Angel mulai tadi sore membuat Anton tak bergairah untuk melakukan hubungan badan.Hasratnya saat itu justru muncul terhadap Yurika yang di
Anton masuk ke dalam rumah lalu menuju lantai atas masuk ke kamar berganti pakaian, sementara Angel dan Roy masih berdiri berbincang-bincang di taman yang ada di sisi kanan depan rumah mewah itu.“Aku jadi nggak enak gara-gara aku, Tante dan Om bertengkar.” ujar Roy sambil menyiram bunga-bunga yang ada di depannya.“Udah, kamu nggak usah pikirin itu! Kami memang sering bertengkar sebelum kamu bekerja di rumah ini, dulu aku lebih sering mengalah tapi sekarang dan ke depannya aku nggak akan membiarkan dia berlaku seenaknya lagi di rumah ini.” Angel merasa sikapnya yang sejak kemarin sore menentang Anton hal yang tepat ia lakukan, karena dengan begitu beban yang ada di hati serta unek-uneknya terlampiaskan dan membuat ia merasa lebih nyaman.“Om Anton sepertinya memang nggak menyukai aku bekerja di sini, itu terlihat dari sikap dan cara bicaranya kepadaku.” Roy merasa kurang nyaman dengan pertengkaran Angel dan Anton barusan.“Kamu nggak perlu kuatirkan hal itu, dia nggak akan aku biarka
“Benar-benar menyebalkan kamu Anton, milih pakaian aja sampai berserakan dan bertumpukan begini!” gerutu Angel saat ia sudah tiba di kamarnya, di atas kasur ia lihat beberapa stel pakaian Anton dibiarkan menumpuk di sana.“Bi Ratni..!” panggil Angel yang saat itu telah berdiri di anak tangga ketiga dari lantai atas rumah itu.“Ya Nyonya.” Bi Ratni yang dipanggil pun dengan berlari-lari kecil menuju tangga ke lantai atas rumah itu.“Tolong beresin baju-baju Mas Anton yang ia tumpukan di atas kasur kamar, Bi.” pinta Angel.“Baik Nyonya.” Bi Ratni pun menaiki anak tangga itu, kemudian mengiringi Angel masuk ke dalam kamarnya.Setiba di dalam kamar itu, Bi Ratni langsung membereskan pakaian yang menumpuk di atas kasur ke dalam lemari sementara Angel mengganti pakaiannya yang akan ia kenakan ke kantor.******“Mas kok nggak kasih tahu kalau akan ke Jakarta lagi?” tanya Bramasta pada Anton saat mereka berada di atas mobil menuju kantor.“Aku pulang mendadak aja, kebetulan kerjaan di perusa
“Dia emang gitu Mas, setiap kali membahas tentang Tuan. Diana masih trouma akan kejadian dulu itu.” Bi Ratni yang menjawab, sementara Diana hanya senyum-senyum saja.“Oh, aku rasa Om Anton nggak akan berani lagi macam-macam sama Mbak. Apalagi sekarang Tante Angel berani memarahinya.” ujar Roy.“Tapi tetap aja aku merasa takut dan was-was setiap kali membersihkan ruangan depan dan ruang tengah, jika di sana ada Tuan.”“Iya aku ngerti, tapi Mbak nggak boleh juga terlalu nuruti perasaan cemas Mbak itu yang ada nanti pekerjaan Mbak nggak selesai-selesai.” tutur Roy.“Iya juga sih, seperti kemarin siang kerjaan yang musti selesai siang itu juga akhirnya aku selesain sorenya saat Nyonya pulang dari kantor. Untung Nyonya nggak memperhatikan hal yang nggak biasa aku kerjakan itu, kalau Nyonya sempat bertanya kenapa aku begitu aku pasti susah untuk menjawabnya.” ujar Diana.“Nah, makanya jangan sampai Tante tahu akan perubahan Mbak saat Om Anton ada di rumah ini. Kalau sampai Tante tahu akan m
“Transfer uang?”“Iya Tante, kebetulan uang yang Tante berikan sejak awal aku tabung begitu terkumpul aku transfer sebagian besarnya untuk keperluan adikku nanti melanjutkan sekolahnya.” tutur Roy.“Wah, aku nggak nyangka ternyata kamu orangnya hemat juga ya? Dan aku senang akan sikapmu membantu sekolah adikmu itu.” puji Angel.“Uang jajan yang sering Tante kasih setiap minggunya, buatku cukup besar dan bisa aku tabung. Lagian aku mau jajan apa, jika hanya makanan aja di rumah ini banyak tersedia makanan yang lezat-lezat dan ngenyangin. Paling juga beli rokok, itu pun kadang sebungkus nggak habis satu hari.”“Ya makanya itu aku kagum akan pintarnya kamu berhemat, kamu nabung di mana?”“Di Bank seberang jalan sana, Tante.”“Oh, aku senang dengan yang kamu lakukan itu. Lain kali uang jajanmu akan aku beri lebih banyak dari yang sudah-sudah.”“Nggak usah, Tante. Uang yang Tante kasih selama ini udah lebih dari cukup dan bisa aku tabung.” tolak Roy.“Udahlah, kan aku udah bilang dulu apap
Tadinya Diana yang lebih dulu terbangun karena mendengar derik tempat tidur makin lama makin kencang dari kamar Roy, lalu ia membangunkan Bi Ratni kemudian mereka memutuskan secara diam-diam menyelinap ke depan kamar Roy.Awalnya mereka terkejut dan ingin segera kembali ke kamar saat melihat apa yang terjadi di dalam kamar Roy itu, namun entah kenapa semakin lama mereka melihat semakin penasaran dan terbawa sensasi percintaan Roy dan Bi Surti itu hingga pergumulan di ranjang kamar itu berakhir barulah mereka bergegas kembali ke kamar mereka.Bi Surti ke luar dari kamar Roy kemudian melangkah ke kamar mandi yang tidak jauh dari kamar itu, beberapa menit kemudian barulah ia menuju kamar di mana di sana Bi Ratni dan Diana telah tidur kembali dengan nyenyaknya.Hujan di luar masih lebat, sesekali terlihat kilat dan gelegar suara petir. Bi Surti rebahkan tubuhnya di ranjang, bibirnya tersenyum di antara napasnya yang masih belum teratur. Terlihat sekali jika dirinya saat itu sangat bahagia
“Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya bisa menemani jalan dan membawamu ke tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi di pulau ini, tapi untuk menemanimu tidur di kamar ini aku nggak bisa karena aku telah memiliki kekasih,” jawab Roy yang terpaksa jujur karena dia sudah tak tahu bagaimana cara mencari alasan untuk menolak.“Oh, kamu udah punya kekasih rupanya? Ah, jika malam ini aja kamu tidur bareng aku di sini, aku rasa kekasihmu itu nggak akan tahu atau juga curiga.” Ujar Alice yang ternyata juga tak peduli dengan kejujuran Roy yang mengatakan dirinya telah memiliki kekasih.“Dia mungkin saja nggak akan tahu atau pula curiga, tapi aku nggak mau menghianati cintanya karena aku sangat menyanyanginya,” kali ini Roy cukup tegas, hingga beberapa saat dalam keadaan setengah mabuk Alice nampak tercengang mendengarnya.Karena tak ada reaksi apa-apalagi dari Alice, Roy kemudian pamit dan meninggalkan kamar itu setelah menyelimuti tubuh Alice dengan selimut. Sampai Roy ke luar dan menutup
Alice benar-benar merasa surprise dengan semua itu, rasa penasarannya ingin mengelilingi seluruh kawasan Pulau Bali pun terpenuhi.“Apa di sini ada night club, Roy?” tanya Alice ketika ia merasa puas berkeliling.“Ada beberapa buah night club di pulau ini, emangnya kamu mau ke sana?” jawab Roy lalu balik bertanya.“Ya, aku mau happy-happy di sana melewati malam ini hingga nanti kembali ke hotel. Kamu bisa antarkan aku ke night club paling besar dan ramai di sini?” pinta Alice.Roy yang maklum jika hampir seluruh turis yang berkunjung ke pulau itu hobi ke night club di saat malam, maka Roy memenuhi permintaan Alice dengan mengarahkan mobil yang ia kemudi itu ke salah satu night club terbesar di Bali.Yang namanya night club tentu tak asing lagi jika di dalamnya terdapat berbagai jenis minuman, mulai dari minuman berkadar alkohol rendah hingga tinggi. Di sana juga terdapat music room, biasa pula digunakan untuk berdansa dan melantai bagi para pengunjung.Suasana di dalam ruangan night c
“Mungkin karena aku baru pertama kali berkunjung ke sini dan juga tadi siang aku ikut dalam rombongan para turis yang kamu jemput serta antar, aku merasa nyaman dengan cara kamu mengemudi makanya aku meminta kamu,” jelas Alice, Roy hanya menanggapi dengan senyum ramahnya.“Gimana kalau kita jalan sekarang, Roy?” sambung Alice.“Oke, mari!” jawab Roy, mereka pun sama-sama berdiri lalu Roy mengajak Alice menuju mobil yang tadi ditunjukan oleh Ardi di depan lobi hotel itu.Roy dan Alice menghampiri sebuah mobil jenis Pajero Sport yang di parkir di depan lobi hotel itu, setelah mereka naik mobil yang dikemudikan oleh Roy itupun bergerak menuju jalan raya meninggalkan halaman dan kawasan hotel mewah itu.Mobil yang dikemudikan Roy sengaja dilajukan santai, tujuannya agar Alice dapat menikmati panorama di sisi kanan dan kiri jalan raya yang dihiasi lampu-lampu. Memang sangat berbeda suasana jalan raya ketika malam di bandingkan siang hari, kebanyakan dari pengendara sengaja melaju perlahan
“Hemmm, iya Non makanya hotel kami ini sangat senang bekerja sama dengan kantor perusahaan pariwisata tempat Roy bekerja itu dan kerja sama itu udah terjalin sejak lama dan saya pribadi telah juga telah lama kenal dengan Roy sebagai salah seorang karyawan di perusahaan pariwisata itu,” tutur Ardi.“Berapapun biayanya nanti aku akan bayar, aku cukup terkesima dengan keindahan pulau ini dan ingin tahu lebih banyak lagi kawasan-kawasan lainnya dan dinikmati keindahannya di malam hari,” ujar Alice gembira sekaligus penasaran.“Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, wajahnya begitu ceria dan makin cantik. “Apakah Non Alice sebelumnya telah pernah berkunjung ke pulau ini?” tanya Ardi.“Belum pernah, ini untuk yang pertama kalinya aku berkunjung ke sini dan kebetulan saat ini aku sedang libur semester,” jawab Alice, waja
Itulah nilai plus seorang Viola, selain berwajah cantik dan berprofesi sebagai CEO, dia juga gadis yang rajin beribadah. Roy benar-benar pria yang beruntung dapat mengambil tempat di hati gadis itu sebagai salah satunya pria yang di cintai, selama ini sudah banyak pria yang ingin dekat dengan Viola akan tetapi semua itu hanya sebatas sahabat biasa saja.Tapi masalahnya sekarang, apakah Viola akan tetap mencintai dan menganggap Roy sebagai kekasihnya jika Roy menceritakan tentang masa lalunya itu? Dan bagaimana pula dengan rencana Pak Husein akan menjodohkan Viola dengan Rehan dalam waktu dekat ini?****Sore itu ketika Roy mengantar para turis ke sebuah hotel dan kebetulan itu adalah trip terakhir tugas Roy di lapangan dan akan kembali ke kantor lalu pulang ke kediamannya, tiba-tiba saja seorang pria menghampirinya ketika hendak naik ke atas mobil operasional.“Roy tunggu dulu..!” panggil pria itu, Roy pun hentikan langkah dan membalikan tubuhnya.“Eh, Bang Ardi rupannya. Ada apa Bang
“Ya, aku ingat kita memang pernah membicarakan itu. Lantas gimana dengan rencana kita itu, Hamid? Apakah Rehan akan setuju jika dijodohkan dengan Viola? Soalnya waktu itu kamu bilang Rehan belum memberi jawaban ketika kamu tanyakan,” tanya Pak Husein.“Hemmm, benar Husein karena Rehan telah memberi jawaban jika dia bersedia untuk dijodohkan dengan Viola makanya aku mengajak kamu ketemuan dan membicarakannya lagi,” tutur Pak Hamid diiringi senyumnya.“Wah, baguslah jika Rehan udah memberi jawaban dan setuju,” ujar Pak Husein senang.“Lalu gimana dengan Viola sendiri? Apakah dia bersedia dijodohkan dengan Rehan?” Pak Hamid balik bertanya.“Viola memang belum aku tanya apakah dia bersedia atau nggak jika dijodohkan dengan Rehan, tapi kamu nggak usah kuatir belum lama ini aku telpon dia dan menanyakan apakah dia udah menemukan pria yang akan ia jadikan calon suami, soalnya dulu juga pernah aku tanyakan begitu, dia meminta diberi waktu.” Jawab Pak Husein.“Lalu Viola jawab apa ketika kamu
Namun Pak Hamid bahkan Pak Husein sendiri belum tahu jika Viola tidak ada perasaan apa-apa pada Rehan sejak bertemu minggu lalu, sosok Rehan bagi Viola tak ubahnya sebagai kenalan biasa dan tak ada yang spesial ia dilihat di diri Rehan selain pemuda yang kaya raya semata.****Malam itu cuaca mendung, tak lama gerimis pun turun. Roy yang duduk di teras di temani segelas kopi hangat dan sebungkus rokok, nampak bermenung dengan tatapan kosong ke arah gerimis yang semakin lama semakin rapat turun membasahi halaman kediamannya itu.Sepertinya perasaan pria tampan itu tidak sedang baik-baik saja hingga membawanya larut dalam lamunan, jika masalah pekerjaan yang ia lakukan di lapangan sampai dengan hari ini belum pernah dijumpai baik itu pada para turis maupun pada kantor tempat ia bekerja.Tiba-tiba saja Roy tersentak dari lamunannya ketika ponsel yang ia letakan di atas meja di antara gelas kopi dan rokoknya berbunyi, Roy pikir yang melakukan panggilan itu adalah Viola, ternyata setelah i
“Loh kok gitu?” Bi Surti ikut merasa kecewa.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Ya, mau gimana lagi Bi. Aku sih berharap Roy dan kekasih itu akan langgeng dan dapat memperjuangkan cinta mereka hingga pelaminan, tapi kalau nggak Roy pastinya akan kembali ke sini bersama kita,” tutur Angel di antara dua harapan.“Moga saja Mas Roy segera mendapatkan solusinya atas semua yang sedang ia hadapi sekarang,” ucap Bi Surti.“Moga saja Bi, akupun berharap begitu.” ulas Angel.****Malam itu di Qatar tepatnya di kediaman Pak Hamid, di ruangan tengah nampak Pak Hamid, Bu Qoira dan Rehan duduk. Tak biasanya Rehan ikut duduk bersama kedua orang tuannya itu, setelah makan malam bareng Rehan biasanya duduk di teras sejenak lalu pergi jalan ke luar dan pulang sekitar jam 11 malam.“Tumben, kamu duduk baren
“Bukan gitu Viola, aku hanya bicara sesuai dengan faktanya jika dia memang sepadan dengan kamu bila di bandingkan dengan aku,” ulas Roy.“Kan tadi udah aku bilang kalau dia dan semua yang ia miliki nggak membuatku tertarik sama sekali, Papi bahkan mungkin juga Mami sangat setuju tapi nggak dengan aku,” tegas Viola.“Lalu kita harus bagaimana sekarang? Papimu pastinya nggak akan merubah keputusannya bahwa dia nggak setuju jika kamu dan aku menjalin hubungan?” tanya Roy.“Aku nggak peduli dengan itu, semuanya udah aku ceritakan pada Opa dan Oma. Mereka nggak setuju jika aku menikah karena dijodohkan Papi. Opa dan Oma sangat marah begitu mengetahui jika Papi akan menjodohkan aku dengan Rehan,” tutur Viola.“Opa dan Oma mu juga tahu jika Papimu nggak setuju dengan aku?” tanya Roy.“Iya, tadi juga aku ceritakan pada mereka perihal Papi nggak setuju dengan hubungan kita. Aku dan Opa begitu juga Oma sedang mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan pada Papi dan Mami, kalau pria yang akan m