Siang itu di rumah kediaman Angel, Roy dan ketiga pembantu rumah itu ngobrol sembari makan siang bersama di meja makan yang berdekatan dengan ruangan dapur.“Bagaimana acara di tempat Pak Jonan kemarin Mas Roy, lancar?” tanya Bi Surti.“Lancar Bi, seru juga berkumpul dengan mereka. Ternyata Pak Jonan orangnya baik meskipun kaya raya, dia tak pernah memandang remeh pada orang-orang yang ekonominya jauh di bawah mereka asal mereka suka bekerja keras Pak Jonan sangat menghargai orang itu.” tutur Roy.“Katanya Nyonya beberapa hari yang lalu saat aku diantar ke pasar Mas Roy kemungkinan akan ditawarin bekerja di rumah Pak Jonan itu, apa benar Mas?” tanya Bi Surti.“Iya Bi, saat makan malam bersama mereka Pak Jonan mengajakku bekerja di rumah itu.” jawab Roy sembari melanjutkan makannya.“Lalu Mas Roy menerima tawaran itu?” tanya Bi Surti lagi.“Ya nggak lah, Bi. Walaupun aku juga dijanjikan akan dikuliahkan jika aku bersedia bekerja di sana, aku tetap menolak tawaran itu. Karena bagiku Tan
“Iya Roy, kamu tenang aja. Seperti yang aku katakan tadi, aku cuma nunggu waktu yang tepat aja untuk bicarakan itu semua pada Papa dan Mama. Aku juga nggak ingin permasalahan ini berlarut-larut, sementara Mas Anton seperti tak merasa bersalah sedikitpun dengan semua ini.” tutur Angel menyakinkan Roy jika dirinya nggak akan tinggal diam dengan perlakuan semena-mena suaminya itu.“Ya udah, sekarang Tante makan malam, ya? Aku akan temani Tante, tadi aku minta Bi Surti untuk membeli ikan lele lalu aku panggang seperti memanggang ikan tuna kemarin. Tante coba deh, pasti rasanya tak kalah lezatnya!” ajak Roy.“Hemmm, iya Roy. Sepertinya ikan lele itu juga lezat jika dipanggang seperti ikan tuna, ayo kita makan bareng!” tutur Angel berdiri dari duduknya lalu mengajak Roy menuju meja makan untuk makan malam bersama.Angel dan Roy pun telah berada di meja makan, kalau biasanya Angel yang pernah mengambilkan Roy nasi namun sekarang justru Roy yang berinisiatif melakukan itu terlebih dahulu. Tad
“Luar biasa, sayang! Kamu benar-benar agresif dan sempat membuatku kewalahan.” puji Anton sembari mengatur napasnya.“Hemmm, aku kan ingin membuat Bang Anton merasakan sesuatu yang beda dari biasanya. Karena saat ini kita udah resmi menjadi suami-istri, hingga kita lebih leluasa untuk melakukannya. Tidak seperti yang sudah-sudah, semuanya serba terbatas dan terkesan buru-buru.” tutur Yurika dengan senyumnya.“Aku benar-benar bahagia, sayang. Kamu memang tahu cara memberikan kepuasan.” puji Anton lagi.“Memangnya Angel nggak pernah memuaskan Bang Anton di ranjang selama ini?” tanya Yurika.“Dia tidak sehangat kamu bila bercinta di ranjang, Angel begitu dingin bahkan terkesan jarang merespon sentuhan dan gerakanku saat berhubungan. Aku nggak habis pikir dengan semua itu, padahal dia istriku yang seharus melayaniku secara optimal termasuk di ranjang.” tutur Anton.“Masa Angel begitu sih, Mas?” tanya Yurika makin penasaran.“Apa yang aku katakan itu benar adanya, sayang. Makanya aku jaran
“Nantilah awal bulan, setelah gajian aku bukan hanya ngajak kamu ke kos-kosan saja tapi juga ke hotel. Kamu sabar ya, Yank?” balas Ronal.“Tahu kenapa bawaannya pengen aja, Yank. Permainanmu di ranjang benar-benar buat aku ketagihan! Kangen banget aku, Yank.” balas wanita lawan chat Ronal itu.“Sabar Rena manis, nggak lama lagi kok aku akan gajian. Kan seru tuh jika kita bercintanya di hotel, lagian juga nanti kita bisa jalan-jalan dulu.” ujar Ronal di chatnya.“Iya juga sih, ya udah aku tunggu deh.” balas kekasih Ronal yang bernama Rena itu.“Kamu baru pulang dari kerja juga, Yank?” tanya Ronal.“Ya Yank, nih barusan aja selesai mandi aku chat Ayank.” jawab Rena di chatnya.“Mending kita video call aja Yank, atau nelpon gitu?” ajak Ronal.“Duh, nggak bisa sekarang Yank. Teman kos-kosanku lagi di sini, nanti nggak bebas kita ngomongnya.” Tolak Rena.“Ya udah, kita chat aja. Katanya tadi baru aja selesai mandi ya, Yank?” ujar Ronal.“Iya Yank, nih udah wangi! He..! He..! He..!” pancing
“Ah, ngapain takut sama istri. Toh, segala urusanku di luar nggak pernah dia ketahui dan ikut campur. Kalau dia lagi dapat sekarang sih iya, makanya aku tambah ngebet ingin kencan denganmu malam ini.” tutur Randi kembali tersenyum.“Dasar cowok, begitu pasangannya berhalangan baru deh ingat selingkuhan.” ujar Rena mencibir Randi, namun Rena tak marah sama sekali malahan menunjukan sikap manjanya.“He..! He..! He..! Tapi harus aku akui, aku selalu ingat dan ketagihan bercinta denganmu. Kamu lebih agresif di ranjang, dan membuatku benar-benar puas!” puji Randi berbisik di telinga Rena.“Halah gombal! Cowok kalau ada maunya, pasti deh ke luar jurus rayuannya.” ujar Rena yang sudah tak asing lagi mendengar kata-kata manis berupa sanjungan dan rayuan dari seorang pria, termasuk dengan Ronal.“Oh ya, sebelum kita chek in kamu mau shoping dulu nggak?” tawar nakal Randi.“Hemmm, Bang Randi tahu aja kesukaanku. Abang dapat uang banyak ya? Karena kemarin-kemarin sibuk kerja di luar kota?” tanya
“Hemmm, kamu ini ada-ada aja Ronal. Cowok mana yang mau menjadikan wanita panggilan sepertiku ini sebagai kekasihnya? Makanya aku membuang jauh-jauh perasaan yang dapat menimbulkan rasa cinta di hatiku hingga saat ini, udah bertahun-tahun aku hidup menjalani kehidupan seperti ini suka tidak suka toh hanya dengan ini aku dapat bertahan hidup di Jakarta.” tutur Dona.“Apa alasan Mbak Dona membeda-bedakan tarif setiap kali kencan pada para pria di luar sana? Hingga mencapai Rp. 500.000,- per kencannya?” tanya Ronal lagi.“Itu karena profesi mereka, lah kalau kamu yang hanya bekerja sebagai tukang pangkas rambut aku tarif Rp. 500.000,- juga pasti kamu nggak akan pernah mau mengajakku kencan lagi. Ya kan?” tutur Dona diiringi senyumnya.“Iya juga sih, bagiku uang Rp. 500.000,- itu terlalu besar untuk sekali kencan. Apalagi ngajak makan-makan dulu sebelum chek in, tentu mengeluarkan biaya tambahan.” ujar Ronal.“Nah, makanya aku sesuaikan tarif itu dengan pekerjaan pria yang mengajakku kenc
“Hallo juga, kamu lagi istirahat kan sekarang?” tanya Roy.“Loh, kok kakak tahu kalau sekarang aku lagi istirahat?” Hesti heran dan balik bertanya.“Ya tahu lah, kan aku dulu pernah sekolah di situ juga makanya aku nelponmu sekarang. Oh ya, kirimin nomor rekeningmu nanti lewat WA ya?” tutur Roy.“Nomor rekening? Buat apa, Kak?” kembali Hesti merasa heran dan balik bertanya.“Pokoknya kamu kirimin aja! Nanti aku akan transferin uang hasil kerja ku selama 2 bulan ini, aku harap kamu bisa menyimpannya dengan baik kalau nggak ada keperluan mendadak dan penting uang itu simpan aja dulu untuk keperluan mu melanjutkan sekolah nanti.” tutur Roy.“Wah, iya deh nanti aku kirimin nomor rekeningku. Apa kabarnya Kak Roy sekarang di sana? Kapan rencana akan pulang?” tanya Hesti.“Baru juga 2 bulan di sini, kamu udah nanyain kapan aku pulang. Paling juga nanti kalau lebaran tiba, ya udah deh ntar lagi kamu akan masuk ke kelas lagi kan? Salam nanti sama Ayah dan Ibu dan jangan lupa kirim nomor rekeni
“Iya, Kak Roy bilang uang yang ia kirimkan itu disimpan baik-baik untuk keperluan melanjutkan sekolahku nanti. Kak Roy juga bilang akan selalu mengirim uang jika memiliki uang lebih dari gajinya per bulan.” Hesti menjelaskan pesan yang disampaikan Kakaknya itu.“Ibu nggak nyangka, baru 2 bulan dia bekerja di Jakarta udah bisa mengirim uang untuk adiknya. Ibu benar-benar bangga dengan Kakak mu itu.” puji Bu Ningsih.“Iya, Ayah juga bangga. Meskipun kami tak mengharapkan itu darinya, karena kami tentu akan terus berusaha untuk keperluan kelanjutan sekolahmu hingga perguruan tinggi nanti. Tapi Roy ternyata sangat memperhatikan dan sayang sama kamu, untuk itu jangan pernah kecewakan dia belajarlah yang rajin dan raih terus prestasi di sekolahmu.” tutur Pak Jaka.“Tentu Ayah, aku janji tidak akan mengecewakan Kak Roy karena dia rela berkorban demi aku untuk dapat sekolah yang lebih tinggi nantinya. Aku juga sangat sayang dan menghormatinya.” ujar Hesti terharu saking gembiranya, begitu pul
“Ya, aku juga nggak nyangka kalau Papi akan mendesakku untuk berumah tangga dengan segera. Aku bingung dan nggak tahu harus bagaimana untuk mencari solusinya, saat ini hanya cara itulah yang aku temukan agar Papi nggak ngotot menjodohkan aku dengan putra sahabatnya itu.” tutur Viola yang juga berbicara dengan tarikan napas berat.“Aku belum bisa memberi keputusannya sekarang, Viola. Beri aku waktu untuk berfikir, siapa tahu saja nanti aku temui jalan ke luarnya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain,” ujar Roy.“Iya Mas, aku ngerti. Aku akan beri waktu pada Mas Roy, moga aja nanti dapat solusi yang lebih baik.” Ulas Viola.Setelah makan malam bareng itu selesai, Viola mengantar Roy ke kediamannya lalu setelah itu kembali ke rumahnya. Meskipun malam itu Viola tak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya berkaitan dengan usulan Puspa agar Roy mau berpura-pura menjadi pria lain yang berprofesi sebagai CEO sebuah perusahaan atau juga pengusaha kaya raya, namun Viola cukup merasa lega k
“Tidak ada salahnya kalau Bi Viola mau mencoba sembari meyakinkan Mas Roy dengan semua yang sedang Bu Viola alami saat ini, siapa tahu saja Mas Roy bisa ngerti dan mau melakukannya demi mencegah terjadinya perjodohan Ibu dengan putra sahabat Papa Bu Viola itu,” Puspa kembali memberi saran.“Aku akan pikirkan dulu karena aku merasa nggak mudah memberi tahu yang sedang aku hadapi ini pada Mas Roy, begitu pula untuk menyakinkannya agar dia mau berpura-pura menjadi pria lain.” Ulas Viola.“Ya Bu, itu semua demi kelanjutan hubungan kalian berdua.” Ujar Puspa, Viola mengangguk dan tersenyum.Acara makan siang bareng itu disudahi dengan ke luarnya mereka dari dalam restoran lalu Puspa kembali ke kantor sementara Viola pulang ke rumahnya karena memang hari ini dia tak masuk kerja, itu sengaja ia lakukan untuk menenangkan pikirannya atas permasalahan yang sedang ia hadapi.Malam itu cuaca mendung, meskipun hujan lebat tak turun namun gerimis yang turun cukup dapat membasahi tubuh jika tak mema
Puspa menghampiri Viola di salah satu meja di dalam ruangan restoran tempat mereka janji bertemu dan makan siang bareng itu, rupanya atasan Puspa di kantor itu sudah tiba di sana lebih dulu.“Bu Viola udah lama tiba dan menunggu di sini?” sapa Puspa setelah dipersilahkan atasannya itu untuk duduk.“Kurang lebih 10 menit yang lalu, nih aku udah pesan minuman. Oh ya, apa menu makan siang yang Bu Puspa inginkan? Silahkan Bu Puspa pesan!” ulas Viola.“Terserah Bu Viola aja, saya ikut aja dengan yang Bu Viola pesan.” Jawab Puspa diiringi senyum ramah dan hormatnya sebagai bawahan.Setelah memesan menu dan diantar oleh pelayan restoran ke meja itu, mereka pun segera menikmatinya diselingi obrolan.“Kira-kira ada hal penting apa yang ingin Bu Viola sampaikan, hingga siang ini Bu Viola ngajak ketemuan dan makan bareng?” tanya Puspa.“Hemmm, sebenarnya ini nggak ada kaitannya dengan urusan kantor melainkan masalah pribadi yang ingin aku curhatin sama Bu Puspa.” Jawab Viola diiringi senyumnya,
Setelah beberapa menit obrolan Roy dan Puspa diakhiri, Roy pun mencoba untuk menghubungi Viola. Panggilan pertama tidak diangkat oleh Viola, kemudian Roy kembali melakukan panggilan melalui ponselnya.“Hallo, Assalamu alaikum Mas.” Sapa Viola setelah mengangkat panggilan Roy.“Waalaikum salam.” Jawab Roy.“Apa kabar Mas? Maaf ya, aku belum sempat hubungi Mas Roy duluan karena tadi ada perlu.” Ulas Viola yang memang jika ingin ngobrol dengan Roy melalui ponsel, dia yang selalu duluan menghubungi.“Alhamdulilah baik, kamu sendiri gimana? Soalnya tadi aku dengar dari Bu Puspa, kamu pulang lebih awal dari kantor tadi siang. Kamu sakit ya?” jawab Roy sembari balik bertanya.“Iya Mas, tadi aku tiba-tiba aja kurang enak badan makanya aku pamit pulang duluan pada Puspa.”“Kamu udah periksa ke dokter?” tanya Roy lagi.“Udah, tapi lewat telpon aja dan barusan aku dari apotik nebus obatnya.” Jawab Viola yang sebenarnya dia sama sekali tidak sakit dan menelpon dokter serta ke apotik, jika tadi di
Panggilan melalui ponsel itupun langsung diputuskan oleh Pak Husein, Viola terdengar menarik napas yang begitu berat sembari pandangannya masih ia tujukan ke layar ponsel miliknya itu.“Sepertinya kali ini Papa sangat serius ingin menjodohkan aku dengan anak temannya itu. Oh Tuhan, apa yang mesti aku lakukan? Aku tentu aja nggak mau dijodohkan dengannya dan lebih memilih Mas Roy, tapi setelah aku berusaha meyakinkan Papa tentang Mas Roy tetap nggak berhasil. Huuuf...!” Viola berbicara sendiri di ruangan kerjanya itu.“Papa memberi waktu beberapa hari ke depan untuk mencari sosok pria calon suami yang tentu saja sesuai dengan keinginannya, kalau tidak berhasil aku pasti akan diminta Papa untuk terbang ke Qatar dan tentu saja akan dipertemukan dengan putra sahabatnya itu.” kali ini Viola hanya bergumam dalam hati, wajahnya terlihat murung dan pikirannya benar-benar kacau.Waktu jam istirahat siang tiba, biasanya Viola langsung ke luar ruangan dan pergi makan siang di salah satu restoran
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h