“Lebih jauhnya cinta menginginkan selalu bersama hingga jenjang pernikahan, dan jika putus di tengah jalan makanya tak sedikit dari mereka yang merasa sakit serta sulit untuk move on. Seperti yang dialami Jody dan Lilian,” Angel memperjelas jawaban yang ia berikan.“Oh begitu, jadi berat ya resikonya jika ingin mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh. Jika tujuan tak sampai untuk hidup bersama hingga jenjang pernikahan, maka akan mengalami rasa sakit yang teramat sangat ya, Tante?” Roy menyimpulkan.“Ya kira-kira begitulah Roy,” ulas Angel yang sebenarnya tidak pernah mengalami hal itu, hanya mendengar dan melihat teman-temannya yang berhasil hingga gagal ke jenjang pernikahan dalam menjalin hubungan dengan kekasihnya.“Berarti jika ingin merasakan apa itu cinta yang sebenarnya, kita harus siap menerima segala resikonya. Jika tidak kita akan patah hati dan sulit move on seperti teman yang Tante ceritakan tadi,” tutur Roy yang merasa ngeri juga untuk melibatkan perasaan lebih pada l
“Ingat ya, nanti kalau Papa dan Mama memintamu bekerja di sana kamu harus bisa mencari alasan untuk menolaknya. Karena aku tahu banget kalau mereka suka akan cara kerjamu di rumah ini, terlebih kamu juga bisa membuat panggang ikan yang lezat,” pinta Angel yang kembali kuatir jika Roy nanti tak bisa menolak tawaran jika Pak Jonan dan Bu Via memintanya bekerja di sana.“Tante tenang aja, kalau pun aku di iming-imingi gaji yang besar aku tetap nggak akan menerima tawaran mereka nantinya. Seperti yang udah aku katakan, kalau aku udah nyaman berada dan bekerja di sini,” Roy menyakinkan Angel.“Itu juga merupakan wujud sebuah cinta, karena udah menjaga kesetiaan,” ujar Angel diiringi senyumnya.“Hemmm, mulai lagi Tante membahas soal cinta. Tapi kata Tante cinta itu sulit sekali dijabarkan, setiap orang berbeda-beda dalam menafsirkannya.”“Ya sih, tapi yang pasti cinta itu indentik dengan kesetiaan. Setiap orang harus bisa menanamkan kesetiaan itu, jika dia benar-benar mencintai seseorang.”
Setelah makan siang bersama, mereka lanjutkan obrolan di ruang tengah. Beberapa menit kemudian, karena Pak Syamsul sekeluarga tahu jika calon menantu dan besan mereka baru saja datang dan tentunya merasa masih capek Anton dan kedua pembantu Bramasta itu pun disarankan untuk beristirahat.*****Seperti yang telah dijanjikan Angel akan datang mengunjungi rumah kedua orang tuanya, siang itu ia berangkat dengan Roy menuju rumah Pak Jonan dan Bu Via itu menggunakan sedan BMW yang dikemudikan Angel.Kebetulan siang itu di jalan tidak terlalu macet, hingga Angel dan Roy cepat tiba di rumah yang mereka tuju itu. Kedatangan Angel dan Roy tentu saja disambut gembira oleh Pak Jonan dan Bu Via serta adik-adik Angel yang hari minggu itu sengaja tidak ke mana-mana karena di rumah mereka akan diadakan acara kumpul keluarga.“Mari Roy kita masuk!” ajak Angel setelah mereka turun dari sedan BMW yang diparkir di halaman rumah yang lebih besar dan megah itu.Roy yang didampingi Angel segera masuk ke dal
Seperti yang pernah dilakukan Roy di rumah Angel, setelah tiba di ruangan dapur dia menunjukan bumbu-bumbu yang akan dibuat pada Bi Dirah, kemudian belasan ikan yang tadi direndam Roy iris-iris bagian badannya. Irisan itu tentu hanya tipis saja tidak sampai membuat daging ikan itu terpotong, itu dilakukannya agar nanti bumbu-bumbu yang sekarang dimasak Bi Dirah saat dilumuri dapat meresap ke dalam daging ikan-ikan itu.Setelah bumbu masak dan ikan-ikan dilumuri keseluruhannya, Roy, Bi Dirah dan Angel menuju bagian ruangan terbuka yang berada di samping luar dapur itu. Di sana telah tersedia tempat pemanggangan, dan dalam beberapa menit bara yang dinyalakan Roy pun telah siap untuk dilakukan pemanggangan.Roy pun memanggang ikan-ikan tuna yang telah dilumuri bumbu-bumbu itu, sekali panggang 5 sampai 6 ekor ikan. Jika di desanya dulu saat memanggang ikan selalu menggunakan pengipas yang biasanya terbuat dari anyaman bambu, namun baik di rumah Angel maupun dirumah Pak Jonan itu, Roy meng
Malam pun tiba, cuaca yang cerah di kota Jakarta membuat acara makan malam bersama semakin menyenangkan. Pak Jonan sengaja membuat acara makan malam keluarga besar itu di halaman depan rumahnya, di tempat terbuka itu suasana lebih fres dan terasa berbeda.“Udah lama sekali kita nggak makan bareng berkumpul begini ya, Mas?” ujar Bu Via sembari makan di meja panjang yang ditempatkan sedemikian rapinya dihalaman rumah megah itu.“Iya Via, ini berawal karena kita ketagihan akan ikan panggang buatan Roy saat makan di rumah Angel minggu yang lalu.” ujar Pak Jonan dengan senyum gembiranya.“Bagaimana kalau kamu bekerja saja di rumah ini, Roy? Nanti Bapak akan membiayai agar kamu melanjutkan pendidikanmu ke perguruan tinggi.” Pak Jonan mulai melakukan rencananya yang ternyata telah jauh-jauh hari ia rembukan dengan Bu Via untuk mengajak Roy ke rumah itu, Angel terkejut dan membuatnya terbatuk-batuk.“Hemmm, terima kasih sebelumnya aku ucapkan pada Bapak dan Ibu yang telah menawarkan aku untuk
“Mari, Pak Sobri dan Bu Ginah bisa beristirahat di kamar lantai atas bersebelahan dengan kamar Yurika.” ajak Pak Syamsul menunjukan kamar yang ia maksud di lantai atas rumahnya.“Nah, ini kamarnya. Selamat beristirahat Pak, Bu!” ucap Pak Syamsul.“Terima kasih, Pak.” ucap Pak Sobri, setelah kedua pembantu Bramasta itu masuk ke dalam kamar, Pak Syamsul pun turun ke lantai bawah menuju kamarnya.“Kamu tidur aja di atas Ginah, aku di sini saja.” tutur Pak Sobri sembari meletakan bantal di bawah tempat tidur yang beralaskan karpet itu.“Ya Mas, sebenarnya nggak enak juga begini tapi mau gimana lagi kita terpaksa melakukannya.” ujar Bi Ginah.“Ya, nggak usah dipikirin. Kita hanya satu malam lagi berada di rumah ini, lusa kita udah kembali ke Jakarta. Yang penting bagaimana kita dapat menyelesaikan kepura-puraan ini dengan baik, hingga selesai acara resepsi nanti.” tutur Pak Sobri yang telah berbaring di bawah tempat tidur beralaskan karpet itu.“Istri Mas Sobri nggak tahu kan jika kita dim
“Ya udah biar aku yang call kamu.” Anton memutuskan panggilan ponselnya lalu ia alihkan dengan melakukan video call seperti yang diinginkan Bramasta.“Wah, meriah sekali Mas!” seru Bramasta saat mereka telah terhubung melalui video call, dan Anton pun memperlihatkan suasana di sana.“Nih dia ipar mu!” ujar Anton mengarahkan camera ponselnya pada Yurika.“Hemmm, iparku itu cantik Mas. Hallo Yurika!” sapa Bramasta.“Hallo juga, ini siapa ya Bang?” sahut Yuriga lalu bertanya pada Anton.“Itu adik sepupu aku yang saat ini aku percayakan memimpin perusahaan pusat di Jakarta, namanya Bramasta.” jawab Anton.“Selamat ya Yurika, Mas Anton.” ucap Bramasta.“Ya Bang, terima kasih.” ulas Yurika dengan senyum bahagianya.“Nanti kapan-kapan ajak Mas Anton ke Jakarta ya, Yurika?” pinta Bramasta.“Tentu saja Bang, aku akan ajak Bang Anton nanti ke Jakarta. Aku pun belum pernah ke sana.” ujar Yurika.“Ya udah dilanjut aja acaranya, aku akan kembali bekerja. Sekali lagi selamat ya untuk kalian berdua
“Hemmm...!” Bi Ginah hanya tersenyum sembari anggukan kepalanya, sementara Anton terlihat memaksakan senyumnya karena dia belum dapat berfikir bagaimana cara menerima jika mertuanya itu datang berkunjung ke Jakarta.Tak berselang lama panggilan keberangkatan Malaysia menuju Jakarta pun terdengar, mereka sama-sama berdiri dari duduk dikursi ruang tunggu itu. Bersalaman dan berpelukan, Pak Sobri dan Bi Ginah pun masuk menuju pesawat yang akan mereka naiki. Pesawat itu tak lama pun landing, Anton dan Yurika serta kedua mertuanya kembali kerumah.Bramasta hari itu sengaja akan lebih awal pulang dari kantor, karena mendapat telepon dari Anton jika hari itu Pak Sobri dan Bi Ginah akan kembali ke Jakarta. Tepat di jam yang diperkirakan pesawat dari Malaysia itu take off di salah satu bandara di kota Jakarta, Bramasta pun telah hadir di bandara itu menunggu Pak Sobri dan Bi Ginah turun dari pesawat.Bramasta berdiri dari duduknya di ruang tunggu saat melihat Pak Sobri dan Bi Ginah muncul dari
Satu Tahun Kemudian......Di sebuah meja makan mewah di dalam rumah yang super mewah pula, terlihat sepasang suami istri tengah menikmati menu-menu makan malam mereka. Yang pria berparas tampan berwajah pria timur tengah, sementara wanita berwajah cantik seperti wanita asia pada umumnya.Mereka tidak lain adalah kedua orang Viola yang berada di Qatar, di sela-sela makan malam itu mereka selingi dengan obrolan.“Sampai saat ini kita belum juga mendapat kabar dari Viola tentang seorang pria yang akan ia jadikan pendamping hidup, padahal saat ini usianya sudah cukup untuk berumah tangga.” Papi Viola yang bernama Husein membuka obrolan.“Iya Pi, Mami juga sepemikiran dengan Papi. Setiap kali Mami tanya Viola selalu saja menjawab jika nanti ia telah menemukan seorang pria yang dia rasa sesuai dengannya, dia akan memberi tahu kita.” Mami Viola yang bernama Astrid menanggapi.“Tapi Mi, harus sampai kapan kita menunggu? Papi udah nggak sabar ingin memiliki cucu yang tentu saja nanti sebagai p
“Iya, setiap bulannya Mas memang musti memberi laporan tentang pekerjaan atau kegiatan Mas Roy di luar. Akan tetapi nggak ada salahnya jika bulan ini Mas Roy langsung memberi laporan pada beliau, sebentar aku akan memberi tahunya jika mulai bulan ini Mas Roy akan memberi laporan langsung kepadanya.” habis berkata, Puspa langsung meraih gagang telpon kantor yang ada di atas mejanya untuk menghubungi atasannya yang berada di ruangan sebelah.Selama Puspa menelpon Roy hanya duduk diam saja sembari mendengarkan percakapan mereka, Puspa yang masih ingin menyembunyikan identitas atasannya itu sengaja tak menyertai nama setelah memanggil Bu agar Roy tidak tahu jika Viola lah CEO perusahaan pariwisata itu. Selain itu tujuan Puspa ingin memberi kejutan pada Roy, meskipun ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu Roy akan merasa surprise atau sebaliknya merasa kecewa karena selama ini disangkanya Viola telah membohonginya tentang indentitas sebenarnya kekasihnya itu.“Oh ya udah kalau gitu a
Seiring berjalannya waktu Roy dan Viola pun menjalin hubungan spesialnya layaknya sepasang kekasih, hal itu terjalin secara alami karena semakin kerapnya mereka bertemu dan jalan bareng.Cukup lama juga Roy merasa risih dengan hubungan itu, secara sejak dulunya Roy memang tak pernah jatuh hati pada wanita selain menggauli mereka karena pengaruh hubungan terlarangnya dengan Angel pertama kali ia datang ke Kota Jakarta.Namun entah kenapa rasa risih dan canggung itu perlahan sirna dan Roy benar-benar merasakan ada getaran berbeda di relung hatinya yang terdalam, getaran itu sama sekali tak ada hasrat nakal yang sering muncul hingga memancingnya untuk melakukan hal yang sepatutnya dilakukan pasangan suami istri.Getaran itu melarikan rasa sayang yang tak pernah ia duga akan hadir di hatinya pada Viola, sementara Viola sendiri tentu saja semakin senang karena perasaan cintanya yang selama ini ia pendam pada Roy terwujud.Hari-hari Viola lalui dengan penuh keceriaan seperti halnya wanita m
Karena sering bertemu dan jalan bareng di luar, Roy pun merasa ada perbedaan sikap yang ditunjukan Viola padanya. Akan tetapi sejauh ini Roy tak berani menduga-duga apalagi yakin jika sikap Viola itu menunjukan jika CEO cantik pemilik perusahaan pariwisata itu suka padanya.Sejauh ini Roy juga belum mengetahui jika Viola sebenarnya adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan pariwisata tempat ia bekerja itu, hingga akhirnya melalui Puspa sebagai kepala bagian personalia, Roy mendapat keterangan jika Viola suka padanya.“Jadi Bu Puspa memanggil ku ke sini hanya ingin menyampaikan hal itu?” tanya Roy ketika Puspa meminta menghadap ke ruangannya.“Hemmm, iya Mas Roy. Sahabatku itu curhat ke aku beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu di salah satu cafe,” jawab Puspa mengarang cerita, padahal Viola curhat dengannya di ruangan CEO cantik itu saat Viola memanggilnya kemarin siang.Untuk beberapa saat Roy hanya nampak terdiam, sepertinya ia bingung harus berkata apalagi untuk menanggapi h
“Viola..!” panggil Roy, Viola yang baru ke luar dari salah satu ruangan dan akan berjalan menuju lift seketika hentikan langkah dan membalikan badannya.“Eh, Bang Roy.” Ulasnya sembari tersenyum.“Ngapain kamu ke sini Viola? Apa Oma dan Opa pengen nginap di salah satu hotel di pulau ini sembari liburan? Kalau emang benar biar aku aja yang mengantar mereka ke manapun mereka mau,” tanya dan tawar Roy.“Hemmm, nggak kok Bang. Aku ke sini ingin bertemu dengan temanku,” jawab Viola.“Siapa temannya? Dan apa kamu udah ketemu dengannya?” tanya Roy lagi.“Udah Bang, kata temanku Bang Roy selalu sibuk tugas di luar mengantar para turis yang baru datang ke pulau ini?” Viola balik bertanya.“Iya, sebentar lagi aku akan ke luar mengantar mereka. Tadi karena aku melihat kamu ke luar dari salah satu ruangan kantor ini, makanya aku menghampiri kamu.” Jawab Roy.“Oh ya, temanku juga bilang bahwa selama Bang Roy kerja di sini pendapatan perusahaan ini meningkat drastis karena ramainya para pengunjung
“Orang tuaku tinggal di Qatar, Mama asli Jawa dan Papa orang Qatar.” Jawab Viola.“Oh gitu? Pantas aja wajahmu blasteran timur tengah, aku tadinya malah sempat berfikir kamu itu turis yang liburan ke pulau ini.” ujar Roy.“Hemmm, bukan Mas aja yang bilang gitu dulu juga banyak yang menyangka kalau aku ini turis. Terkecuali di lingkungan tempat tinggalku bareng Oma dan Opa, di sana mereka semua udah tahu kalau aku asli orang Indonesia dan tinggal di pulau ini.” tutur Viola diiringi senyumnya.“Jadi dari kecil kamu tinggal bareng Oma Opamu di sini?” tanya Roy lagi.“Nggak Mas, aku menetap di sini setelah aku menamatkan S2 ku di Qatar. Aku ingin tinggal bareng Oma dan Opa, sementara kedua adikku memilih tinggal di Qatar bersama Mama dan Papa.” Jelas Viola.“Oh, jadi kamu lulusan S2 di Qatar? Lalu di sini kamu kerja atau di rumah aja?” kembali Roy bertanya karena penasaran melihat megahnya rumah yang ditempati Viola.“Aku kerja Mas.” Jawab Viola singkat.“Kerja di mana?”“Aku memiliki seb
”Loh, kenapa buru-buru? Masuklah dulu, ntar lagi baru kita jalan.” Kembali Viola menawarkan Roy masuk ke dalam rumah megah miliknya itu.Karena tak enak kembali menolak, akhirnya Roy memenuhi ajakan Viola untuk masuk ke rumah meskipun Roy merasa sangat sungkan.Roy bukannya tak pernah melihat bangunan mewah dan megah, sejak ia datang ke Jakarta ia pun langsung ditawari dan tinggal di rumah mewah milik Angel. Begitu pula rumah milik Cindy serta hotel berbintang tempat ia bekerja sebelumnya, akan tetapi rumah milik Viola benar-benar lebih megah dan jauh lebih mewah kesannya hingga ia terlihat sungkan dan gerogi ketika melangkah masuk ke dalam rumah itu.Tak lama setelah Roy dipersilahkan duduk di kursi tamu yang juga super mewah, Viola yang tadi mohon diri ke ruangan tegah kembali ke ruangan tamu itu dengan pria dan seorang wanita yang usianya lebih dari 70 tahunan akan tetapi mereka berdua belum tampak tua sesuai dengan usia mereka.“Perkenalkan ini Opa dan Omaku, Mas.” Ujar Viola memp
Bahkan Roy mendapatkan bonus di luar gaji yang ia terima di bulan pertama itu, semua itu bukan saja perintah Viola melainkan juga karena prestasi yang ditunjukan Roy sebagai karyawan yang bertugas sebagai pemandu para pengunjung untuk memakai jasa pelayanan perusahaan pariwisata itu.****Malam itu setelah magrib, Roy yang berada di tempat tinggal yang disediakan itu nampak menelpon seseorang dengan ponselnya.“Hallo Mas Roy,” sapa seorang wanita setelah mengangkat panggilan di ponsel Roy.“Hallo juga Viola, gimana kabarmu?” balas dan tanya Roy.“Alhamdulillah baik, Mas Roy sendiri gimana?” Viola balik bertanya.“Alhamdulillah baik juga,” ucap Roy.“Oh ya Viola, kamu ada acara nggak malam ini?” sambung Roy.“Acara? Kayaknya nggak ada tuh, emangnya kenapa Mas?” jawab dan Viola balik bertanya.“Aku mau traktir kamu makan malam karena aku tadi pagi menerima gaji pertamaku, gimana kamu mau kan?” harap Roy.“Wah.. Yang baru aja nerima ngaji pertama, nggak usahlah repot-repot ngetraktirku s
Sebuah gedung perkantoran bertingkat 5 melebar seperti bangunan hotel, mobil yang dikemudikan Viola pun berhenti. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus, Viola mengajak Roy untuk turun dan masuk ke dalam gedung perkantoran yang megah itu.“Bukankah ini perusahaan pariwisata yang dikenal terbesar di Pulau Bali ini?” tanya Roy setelah melihat merek perusahaan tertera besar di tengah-tengah bangunan megah itu di antara tepatnya di lantai 3.“Hemmm, ya. Aku ingin memasukan Mas Roy bekerja di kantor ini,” jawab Viola diiringi senyumnya.“Wah.. Yang benar aja Viola? Mana mungkin aku diterima bekerja di perusahaan semegah ini,” Roy merasa tak yakin.“Kita coba aja dulu masuk dan menanyakannya pada bagian personalia kantor perusahaan ini, siapa tahu Mas diterima.” Ujar Viola kembali diiringi senyumnya.Setelah naik lift tepatnya di lantai paling atas, Roy diajak ke sebuah ruangan yang di pintunya tertera Kepala Bagian Personalia.“Mas tunggu di sini biar aku yang masuk menanyaka