Ajeng tidak terkunci sama sekali sehingga dia bisa masuk dan meminta ASI untuk Rafki.Ratna yakin Ajeng berada di rumah karena sendal wanita itu berada di luar pintu kontrakannya . Pintu juga terkunci dari dalam semakin meyakinkan Ratna kini Ajeng bersenang-senang dengan seorang pria, karena tadi dia sempat melihat ada sepeda motor yang terparkir di halaman kontrakan.Ratna mengetuk terlebih dahulu agar tidak dianggap lancang, tapi dia tidak juga mendapatkan jawaban dari Ajeng sehingga dengan sangat terpaksa dia masuk lewat pintu belakang yang kebetulan tidak dikunci sama sekali.Tidak lagi menyeru Ajeng, Ratna mencari keberadaan wanita itu seraya menimbang-nimbang Rafki agar diam dan tidak menimbulkan suara apapun. Dan betapa Ratna terkejut ketika dia berada di depan pintu kamar Ajeng. Dia mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamar.Ratna menautkan kedua alisnya, seingat Ratna tadi Doni sudah berangkat bekerja beberapa menit yang lalu. Sehingga dia yakin tidak mungkin Doni
Danis menarik kedua sudut bibirnya dan merangkul Ajeng ke dalam pelukannya. “Terima kasih atas cinta yang telah kamu berikan padaku. Kita tinggal menunggu saja agar bisa menjalani rumah tangga seperti yang kita impikan.”“Aku pegang janjimu Mas meskipun sudah hampir 2 tahun lamanya janji itu belum juga kamu tepati.Tapi tidak apa, dengan kedatanganmu selalu ke rumahku dan mencari cara agar istrimu tidak curiga, tetap menjaga hubungan kita dengan baik itu sudah cukup bagiku sebagai bukti kalau kamu itu memang serius menjalin hubungan denganku.”Ratna sedikit tertawa menanggapi perkataan Ajeng. “Kalian ini benar-benar aneh, kalau saling mencintai Kenapa tidak jujur saja kepada kedua orang tua kalian berdua daripada membohongi pasangan masing-masing seperti ini? Mas Danis membohongi istrinya kamu juga membohongi suamimu. Tidakkah kalian merasa kasihan kepada mereka yang memberikan kesetiaannya kepada kalian?” tanya Ratna meskipun Ajeng sudah bercerita panjang lebar tetap saja gadis itu m
Doni meninggalkan Ratna di kamar dan merebus air di dalam panci. Segala sederhana kehidupan Ratna selama ini, sehingga gadis itu tidak memiliki niat untuk melengkapi dapurnya dengan alat memasak air otomatis. Dia lebih suka memanasi menggunakan panci.Lagi pula,selama ini dia tidak memiliki suami yang akan disuguhi kopi atau teh hangat.Seraya menunggu, Ratna memberikan pesan singkat kepada Ajeng. Memberitahu jika suami wanita itu kini tengah membuatkannya sesuatu di dapur. Dia juga memerintahkan Ajeng untuk meminta Danis keluar dari kontrakan agar Doni bisa segera pulang.Bukannya setuju, Ajeng malah memberikan perintah baru kepada Ratna. Wanita itu memintanya untuk melepaskan segala dalaman yang sedang dia kenakan agar Doni tergoda dan berniat untuk menyentuhnya. Untuk kali ini Ratna tidak mau menuruti keinginan Ajeng karena sumpah demi apapun dia belum berani tidur bersama Doni.Jangankan melepaskan dalaman, masih mengenakan daster lengkap dengan dalaman saja rasanya jantung Ratna
“Mbak Ratna kenapa malah berdiri di situ? Seharusnya tadi ikut berbasa-basi kepada Doni ketika dia berangkat bekerja. Dua hari lho Mbak, dia tidak ada di sini,” tutur Ajeng mendekati Ratna yang berdiri di depan kontrakannya.“Tidak apa-apa. Lagi pula dia bukan suamiku. Seharusnya memang hanya kamulah yang memberikan kata selamat jalan kepada Mas Doni.”“Ya, memang aku istrinya Mbak, tapi rasanya aku malas jika harus berbasa-basi terlalu banyak kepadanya setiap dia ingin keluar kota. Kalau mau pergi ya, pergi saja. Sebenarnya dia tidak perlu berpamitan kepadaku apalagi Rafki, karena bayi mungilku ini tidak ada hubungan dengan mas Doni.Ratna memaksakan senyumannya sedikit membungkukkan tubuh dan kembali ke dalam kontrakan. Berlama-lama mengajak Ajeng berbicara malah membuatnya pusing tujuh keliling. Wanita itu benar-benar santai dalam menghadapi masalah rumah tangga yang sangat berantakan tersebut.Untuk hari ini satu hari ini Ratna ingin beristirahat dalam artian yang sesungguhnya. Mu
“Mas Doni sudah pulang?” tanya Ratna cukup senang melihat kedatangan Doni.Pria itu mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya. Menatap ke arah Ratna yang terlihat lelah. Gadis itu sedang menyapu di teras rumahnya.“Rencananya sih, aku pulang besok sore Mbak, tapi karena ada masalah baru di kantor pusat jadi aku harus segera pulang ke rumah.”“Oh ya, Ajeng ada di dalam? Kok pintunya tertutup dan rumah terlihat gelap?” Doni bersikap seolah-olah dia tidak pernah melihat sang istri menginap di hotel yang sama dengan Danis. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Ajeng ketika dia pulang sebelum waktu yang ditentukan.“Oh, Mbak Ajeng katanya ada keperluan penting di luar kota. Kalau tidak salah ada saudaranya yang datang kesini untuk menjemput.”“Dan dia tidak membawa Rafi?”“Benar, Mas. Rafki ada di kamarku”“Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu ya, Mbak. Aku mau beres-beres dan bersih-bersih, setelah itu aku akan menjemput Rafki ke sebelah.”Ratna mengangguk cepat, membiarkan Doni menghilang
Sudah mendapatkan izin dari Ajeng untuk tinggal dan menginap di rumahnya, tentu saja Ratna tidak ragu sama sekali untuk melakukannya. Sehingga dia membiarkan Doni tidur seraya memeluknya di kamar dengan Rafki yang terlelap di samping mereka berdua, seakan kini mereka menjadi ibu dan ayah untuk Rafki.Dan ketika Rafki sedikit merengek. Menggeliat, merasa lapar sekaligus popoknya yang penuh, bayi mungil itu terbangun dari tidurnya. Rengekan demi rengekan meluncur dari bibirnya yang mungil, .mengusik Ratna dan Doni yang sedang terlelap.Ratna menarik diri dari Doni, merapikan selimut pria itu dan beralih pada Rafki. Dia memeriksa popok Rafki terlebih dahulu dan menggantinya dengan yang baru.Setelah itu Ratna menimang bayi mungil tersebut dan membawanya ke dapur untuk memanaskan ASI. Ratna yakin sekarang Rafki kelaparan karena terakhir kali dia meminum ASI tadi sebelum tidur, sekarang dini hari tentu saja ada banyak waktu yang telah bayi itu lalui tanpa mengkonsumsi ASI.Seraya menunggu
Ratna merasa heran, seingatnya beberapa saat yang lalu dia mendengar suara sepeda motor yang terparkir di depan. Ketika ingin memastikan siapa yang datang, Ratna melihat Doni meskipun hanya sekilas saja. Dia bergegas kembali berlari masuk ke kontrakan.Rasanya cukup gugup jika harus bertemu dengan pria itu. Namun menunggu beberapa saat Doni tak kunjung datang ke rumahnya, tidak seperti biasa pria itu langsung menemui Rafki dan memastikan bagaimana keadaan putranya terlebih dahulu barulah Doni kembali ke kontrakannya. Namun sekarang berbeda, dia justru langsung pulang dan tidak terlihat lagi.Menebus rasa penasarannya Ratna keluar, mengintip dari celah pintu melihat bagaimana keadaan di luar sana. Dia terkejut karena tidak menemukan keberadaan sepeda motor Doni di sana. Pintu dibuka lebar, dia keluar dan mengintip ke kontrakan samping. Kedua alisnya bertaut melihat pintu yang tertutup, tapi pintu jendela kaca terlihat terbuka.Itu artinya Doni berada di dalam karena Ratna tahu Doni tid
"Kamu lihat, aku baik-baik saja tidak perlu berlebihan seperti ini. Kamu ingin bidan itu berpikir yang tidak-tidak tentang kita berdua, tengah malam seperti ini kamu menyerunya untuk memeriksaku sedangkan aku di sini, di kontrakanmu.Nanti mereka malah berpikir kita ini pasangan yang tidak beres apalagi Ajeng dan suamimu tidak ada bersama kita.""Tapi Mas," Ratna ingin membantah tapi Doni sudah mengambil alih jaketnya dan memasukkan kembali ke lemari."Visa bantu aku kembali ke sana?" Menunjuk tempat tadi dia berbaring.Ratna menghela nafas panjang, kesal juga dengan Doni yang ternyata sangat keras kepala. Dengan berat hati dia memeluk Doni dan menuntun pria itu untuk duduk kembali."Bolehkah aku memelukmu? Tak lama," tanyanya."Tentu," sahut Ratna acuh memperlihatkan betapa dia marah dan kecewa atas penolakan yang sudah diberikan. Meskipun dia sendiri sadar hal tersebut merupakan sebuah kebenaran.Mana mungkin dia akan dilepaskan begitu saja, berduaan dengan suami orang."Aku tidak m