Doni meninggalkan Ratna di kamar dan merebus air di dalam panci. Segala sederhana kehidupan Ratna selama ini, sehingga gadis itu tidak memiliki niat untuk melengkapi dapurnya dengan alat memasak air otomatis. Dia lebih suka memanasi menggunakan panci.Lagi pula,selama ini dia tidak memiliki suami yang akan disuguhi kopi atau teh hangat.Seraya menunggu, Ratna memberikan pesan singkat kepada Ajeng. Memberitahu jika suami wanita itu kini tengah membuatkannya sesuatu di dapur. Dia juga memerintahkan Ajeng untuk meminta Danis keluar dari kontrakan agar Doni bisa segera pulang.Bukannya setuju, Ajeng malah memberikan perintah baru kepada Ratna. Wanita itu memintanya untuk melepaskan segala dalaman yang sedang dia kenakan agar Doni tergoda dan berniat untuk menyentuhnya. Untuk kali ini Ratna tidak mau menuruti keinginan Ajeng karena sumpah demi apapun dia belum berani tidur bersama Doni.Jangankan melepaskan dalaman, masih mengenakan daster lengkap dengan dalaman saja rasanya jantung Ratna
“Mbak Ratna kenapa malah berdiri di situ? Seharusnya tadi ikut berbasa-basi kepada Doni ketika dia berangkat bekerja. Dua hari lho Mbak, dia tidak ada di sini,” tutur Ajeng mendekati Ratna yang berdiri di depan kontrakannya.“Tidak apa-apa. Lagi pula dia bukan suamiku. Seharusnya memang hanya kamulah yang memberikan kata selamat jalan kepada Mas Doni.”“Ya, memang aku istrinya Mbak, tapi rasanya aku malas jika harus berbasa-basi terlalu banyak kepadanya setiap dia ingin keluar kota. Kalau mau pergi ya, pergi saja. Sebenarnya dia tidak perlu berpamitan kepadaku apalagi Rafki, karena bayi mungilku ini tidak ada hubungan dengan mas Doni.Ratna memaksakan senyumannya sedikit membungkukkan tubuh dan kembali ke dalam kontrakan. Berlama-lama mengajak Ajeng berbicara malah membuatnya pusing tujuh keliling. Wanita itu benar-benar santai dalam menghadapi masalah rumah tangga yang sangat berantakan tersebut.Untuk hari ini satu hari ini Ratna ingin beristirahat dalam artian yang sesungguhnya. Mu
“Mas Doni sudah pulang?” tanya Ratna cukup senang melihat kedatangan Doni.Pria itu mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya. Menatap ke arah Ratna yang terlihat lelah. Gadis itu sedang menyapu di teras rumahnya.“Rencananya sih, aku pulang besok sore Mbak, tapi karena ada masalah baru di kantor pusat jadi aku harus segera pulang ke rumah.”“Oh ya, Ajeng ada di dalam? Kok pintunya tertutup dan rumah terlihat gelap?” Doni bersikap seolah-olah dia tidak pernah melihat sang istri menginap di hotel yang sama dengan Danis. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Ajeng ketika dia pulang sebelum waktu yang ditentukan.“Oh, Mbak Ajeng katanya ada keperluan penting di luar kota. Kalau tidak salah ada saudaranya yang datang kesini untuk menjemput.”“Dan dia tidak membawa Rafi?”“Benar, Mas. Rafki ada di kamarku”“Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu ya, Mbak. Aku mau beres-beres dan bersih-bersih, setelah itu aku akan menjemput Rafki ke sebelah.”Ratna mengangguk cepat, membiarkan Doni menghilang
Sudah mendapatkan izin dari Ajeng untuk tinggal dan menginap di rumahnya, tentu saja Ratna tidak ragu sama sekali untuk melakukannya. Sehingga dia membiarkan Doni tidur seraya memeluknya di kamar dengan Rafki yang terlelap di samping mereka berdua, seakan kini mereka menjadi ibu dan ayah untuk Rafki.Dan ketika Rafki sedikit merengek. Menggeliat, merasa lapar sekaligus popoknya yang penuh, bayi mungil itu terbangun dari tidurnya. Rengekan demi rengekan meluncur dari bibirnya yang mungil, .mengusik Ratna dan Doni yang sedang terlelap.Ratna menarik diri dari Doni, merapikan selimut pria itu dan beralih pada Rafki. Dia memeriksa popok Rafki terlebih dahulu dan menggantinya dengan yang baru.Setelah itu Ratna menimang bayi mungil tersebut dan membawanya ke dapur untuk memanaskan ASI. Ratna yakin sekarang Rafki kelaparan karena terakhir kali dia meminum ASI tadi sebelum tidur, sekarang dini hari tentu saja ada banyak waktu yang telah bayi itu lalui tanpa mengkonsumsi ASI.Seraya menunggu
Ratna merasa heran, seingatnya beberapa saat yang lalu dia mendengar suara sepeda motor yang terparkir di depan. Ketika ingin memastikan siapa yang datang, Ratna melihat Doni meskipun hanya sekilas saja. Dia bergegas kembali berlari masuk ke kontrakan.Rasanya cukup gugup jika harus bertemu dengan pria itu. Namun menunggu beberapa saat Doni tak kunjung datang ke rumahnya, tidak seperti biasa pria itu langsung menemui Rafki dan memastikan bagaimana keadaan putranya terlebih dahulu barulah Doni kembali ke kontrakannya. Namun sekarang berbeda, dia justru langsung pulang dan tidak terlihat lagi.Menebus rasa penasarannya Ratna keluar, mengintip dari celah pintu melihat bagaimana keadaan di luar sana. Dia terkejut karena tidak menemukan keberadaan sepeda motor Doni di sana. Pintu dibuka lebar, dia keluar dan mengintip ke kontrakan samping. Kedua alisnya bertaut melihat pintu yang tertutup, tapi pintu jendela kaca terlihat terbuka.Itu artinya Doni berada di dalam karena Ratna tahu Doni tid
"Kamu lihat, aku baik-baik saja tidak perlu berlebihan seperti ini. Kamu ingin bidan itu berpikir yang tidak-tidak tentang kita berdua, tengah malam seperti ini kamu menyerunya untuk memeriksaku sedangkan aku di sini, di kontrakanmu.Nanti mereka malah berpikir kita ini pasangan yang tidak beres apalagi Ajeng dan suamimu tidak ada bersama kita.""Tapi Mas," Ratna ingin membantah tapi Doni sudah mengambil alih jaketnya dan memasukkan kembali ke lemari."Visa bantu aku kembali ke sana?" Menunjuk tempat tadi dia berbaring.Ratna menghela nafas panjang, kesal juga dengan Doni yang ternyata sangat keras kepala. Dengan berat hati dia memeluk Doni dan menuntun pria itu untuk duduk kembali."Bolehkah aku memelukmu? Tak lama," tanyanya."Tentu," sahut Ratna acuh memperlihatkan betapa dia marah dan kecewa atas penolakan yang sudah diberikan. Meskipun dia sendiri sadar hal tersebut merupakan sebuah kebenaran.Mana mungkin dia akan dilepaskan begitu saja, berduaan dengan suami orang."Aku tidak m
"Mas tunggu di sini, aku akan mengantarkan Rafki ke sebelah.""Terima kasih," jawab Doni memejamkan matanya kuat. Entah kenapa dia malah memilih kembali ke tempat Ratna, bukannya pulang ke rumah karena di sini istrinya Ajeng bukan Ratna.Ratna bergegas meraih Rafki dan menggendongnya. Membawa bayi mungil itu keluar untuk menyerahkannya kepada sang ibu. Sudah cukup rasanya beberapa hari ini dia menjadi pengasuh meskipun ada bayarannya, tetap saja Ratna belum siap menghabiskan banyak waktu dengan seorang bayi.Dia juga memiliki kehidupan yang lain. Beda lagi ceritanya jika seandainya suatu saat nanti Tuhan memberikan kesempatan baginya untuk memiliki malaikat mungil tersebut.Ratna mengetuk pintu kontrakan terlebih dahulu, menyeru nama Ajeng agar wanita itu keluar dan menjemput buah hatinya. Namun tak ada jawaban sama sekali dari dalam. Dia mendengus kesal entah sampai kapan harus mengasuh anak orang seperti sekarang?Ratna juga ingin menikmati hidupnya bukan malah jadi baby sitter sepe
"Sebelum sarapan mau mandi dulu atau tidak?" Ratna mendekati Doni yang termenung di kasur, dia menyentuh dahi pria itu. Panasnya lumayan reda, tidak seperti semalam."Mas mandi saja, biar segar.""Sepertinya begitu.""Kalau begitu aku siapin dulu kamar mandinya. Di ranselmu ada handuk, bukan?"Doni menggelengkan kepalanya. "Biasanya aku hanya membawa pakaian tidur serta baju untuk bekerja. Untuk handuk sudah disediakan pihak hotel.""Kalau begitu pakai handukku saja." Ratna menarik kedua sudut bibirnya dan menyerahkan handuk kepada Doni."Sambil menunggu kamu mandi sekalian aku mau bikin teh jahe, agar tubuhmu panas usai mandi nanti."Ratna menemani dan menuntun Doni menuju ke kamar mandi."Terima kasih atas kebaikanmu padaku. Aku berjanji akan membalasnya. Bagaimanapun caranya …""Tidak perlu membalas. Cukup menjadi temanku saja, semuanya sudah bisa kembali seperti sedia kala."Doni menganggukkan kepala dan masuk ke kamar mandi. Dia akan membersihkan diri di sana."Mbak, Mbak Ratna,