"Sebelum sarapan mau mandi dulu atau tidak?" Ratna mendekati Doni yang termenung di kasur, dia menyentuh dahi pria itu. Panasnya lumayan reda, tidak seperti semalam."Mas mandi saja, biar segar.""Sepertinya begitu.""Kalau begitu aku siapin dulu kamar mandinya. Di ranselmu ada handuk, bukan?"Doni menggelengkan kepalanya. "Biasanya aku hanya membawa pakaian tidur serta baju untuk bekerja. Untuk handuk sudah disediakan pihak hotel.""Kalau begitu pakai handukku saja." Ratna menarik kedua sudut bibirnya dan menyerahkan handuk kepada Doni."Sambil menunggu kamu mandi sekalian aku mau bikin teh jahe, agar tubuhmu panas usai mandi nanti."Ratna menemani dan menuntun Doni menuju ke kamar mandi."Terima kasih atas kebaikanmu padaku. Aku berjanji akan membalasnya. Bagaimanapun caranya …""Tidak perlu membalas. Cukup menjadi temanku saja, semuanya sudah bisa kembali seperti sedia kala."Doni menganggukkan kepala dan masuk ke kamar mandi. Dia akan membersihkan diri di sana."Mbak, Mbak Ratna,
Doni sedikit banyaknya mulai paham bagaimana karakter Ratna. Meskipun usianya yang bisa dikatakan sudah sangat dewasa, namun Doni tahu Ratna itu merupakan gadis yang haus akan kasih sayang. Buktinya saja dia tidak keberatan sama sekali dirinya tinggal di sana.Sehingga Doni masuk ke kamar Ratna dan duduk di samping gadis itu."Kalau kamu tidak keberatan, bisa ceritakan dan jujur padaku spa yang sebenarnya terjadi. Aku berjanji padamu tidak akan marah apalagi meninggalkanmu di sini sendirian. Aku paham, kamu merupakan korban di sini karena perilaku suamimu dan hasutan dari Ajeng.Aku tahu bagaimana kamu Ratna, dan aku juga tahu bagaimana karakter istriku sehingga aku tidak akan mudah terpancing emosi atas kesalahan yang tidak kamu lakukan."Ratna menoleh ke arah Doni, menatap pria itu mencari kebohongan di sela-sela kata yang dia ucapkan. Tidak ada satupun tanda-tanda Doni mengatakan kebohongan kepadanya. Semuanya merupakan sebuah kejujuran dan ketulusan."Aku terlahir dari keluarga ya
Doni menarik kedua sudut bibirnya. Sangat polos ternyata gadis yang ada di hadapannya kini. Namun telah dirusak oleh Ajeng, beruntung saja dia segera mendekati Ratna dan gadis itu tidak melangkah lebih jauh lagi dari garis yang seharusnya."Jadi kamu ingin mencoba melakukannya!""Melakukan ini?" Ratna mengangkat ponselnya. "Kita akan membuat anak?"Doni menggelengkan kepalanya. "Kalau untuk membuat anak bukan sekarang, kita menikah terlebih dahulu baru kita bikin anak sebanyak yang kamu inginkan sekarang begini dulu."Doni menangkup pipi kanan Ratna. Menggenggam tangannya, membiarkan jantung mereka berdegup cepat. Merasakan kedekatan yang belum biasa, tapi rasanya sangat nyaman dan berbeda.Ini kali pertama Ratna berkeringat dingin disentuh seorang pria. Ah, tidak, ini kali pertama dia dekat dengan seorang pria, tentu saja pertama kali pula merasakan getaran aneh di hatinya.Mata Ratna perlahan terpejam ketika Doni memiringkan kepalanya. Menyatukan bibir mereka. Ini kali kedua Doni me
"Ceraikan Ratna atau videomu dan Ajeng aku serahkan kepada kakekmu dan Ratna. Tersenyum tipis, mengejek Yandi yang masuk ke dalam perangkapnya.. Dia juga mengambil ponsel yang tadi diletakkan di dekat nakas. Dengan sangat jelas ponsel tersebut merekam setiap kegiatan yang mereka lakukan."Sialan!!" umpat Yandi, keluar dari kontrakan Ajeng. Dia sempat menoleh sekilas ke kontrakan Ratna, istri yang selama ini dia sia-siakan kehadirannya. Namun, kini dia tidak lagi bisa meneruskan jika tidak ingin kejadian tadi sampai ke tangan sang kakek, yang akan membuatnya kehilangan segalanya."Mas, coba jelaskan apa maksudmu? Kenapa malah …." Tak peduli dengan tubuhnya yang polos, Ajeng berusaha merebut ponsel Danis."Sayang, eh, tunggu. Ini semua tidak seperti yang kamu bayangkan. Ratna dan Yandi itu harus bercerai agar Doni bisa menikah dengannya. Mengerti?""Lalu kenapa harus aku? Kenapa harus menjadi janda dulu, baru Doni …""Kamu diam dan jangan banyak bicara. Ikuti saja apa yang akan aku laku
"Siapa yang canggung? Aku biasa saja dan jangan mencari ribut apalagi masalah.Aku tidak ingin membahas apapun saat ini.""Oh ya? Tapi istri mana yang tidak ingin ribut jika melihat suaminya malah cemberut seperti itu? Padahal itulah yang kita inginkan selama ini, kamu berpisah dari Ratna agar aku menjadi satu-satunya istrimu.""Terserah, kalau kamu berpikir demikian. Mau dijelaskan pun kamu tidak akan mau mendengarkannya lebih baik aku diam saja dan hanyut lah dengan fantasi dan pikiranmu sendiri!"Yandi membatalkan niatnya untuk beristirahat. Dia tidak ingin membahas tentang Ratna, yang akan membuat rasa penyesalan itu semakin besar.***Ratna tak pernah melepaskan genggaman Doni di tangannya. Mereka berjalan beriringan selayaknya sepasang kekasih yang baru saja mengenal cinta. Dia juga sesekali mencuri pandang ke arah Doni. Melihat bagaimana garis wajah pria itu.Sangat tampan. Jangan lupakan tahi lalat yang ada di bawah matanya. Sebagai pembeda antara Doni dengan Danis. Sebenarnya
Ah, bagian ini semakin membuat Ratna semakin salah tingkah. Pipinya merona, membayangkan bagaimana menjalani rumah tangga bersama Doni. Pastilah sangat membahagiakan bisa berdampingan dengan seorang pria yang tak sungkan mengerjakan pekerjaan yang menurut orang banyak merupakan pekerjaan istri."Sebenarnya aku masih mengantuk dan lelah. Masih malas rasanya untuk bangkit dari kamar, tapi aroma masakan kamu begitu menggoda," puji Doni. Berdiri di samping Ratna, melihat apa yang gadis itu masak di wajan."Mas terlalu berlebihan," balas Ratna dengan kedua pipi yang semakin panas saja."Tidak. Aku mengatakan hal yang sesungguhnya. Dan aku rasa, bisa melar jika makan terus. Mau diet, tapi enggak bisa lepas dari masakan kamu. Enak banget soalnya.""Mas," keluh Ratna. Mengusap kedua pipinya. Jika dibiarkan, dia bisa meleleh seperti es.Doni mengulas senyum. Momen yang sangat sederhana, tapi tidak bisa dia dapatkan dari Ajeng. Bolehkah dia berharap lebih nantinya dari sosok Ratna? Bolehkah dia
Danis merupakan orang yang sangat berambisi dan tidak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya. Dia juga cenderung ingin merampas apapun yang ada di tanganku karena dia tidak ingin aku bahagia."Ratna menatap Doni. Sangat terlihat dari sorot mata pria itu dia tidak menyukai sosok saudara kembarnya sendiri. Ratna juga bisa melihat bahwasanya selama ini hubungan yang terjalin antara Doni dan Danis memang tidak pernah baik, bahkan cenderung Danis lebih sering menyakiti saudara kembarnya ini."Jadi sekarang bagaimana?""Kita tunggu beberapa saat." Doni mengusap punggung Ratna. Menenangkan gadis itu agar tidak panik seperti sekarang ."Jika seandainya dalam kurun waktu 15 menit dia tak kunjung pulang atau ada tetangga yang bertanya kepadanya, maka kamu harus keluar. Jangan sampai tetangga itu pergi kamu harus langsung usir Danis."Ratna mengerti apa yang dikatakan Doni, tapi tetap saja dia ketakutan. Takut pria itu menerobos masuk. Menunggu sejenak seperti yang Doni inginkan, Ratna tampak
Kakinya sudah terasa sakit mencari Doni kesana kemari,mengunjungi teman pria itu, tapi tak juga menemukan jawaban. Jauh-jauh ke kantor Doni mencari karyawan yang masih bekerja ternyata tidak mendapatkan hasil sama sekali padahal Ajeng sudah mengorbankan segala tenaganya untuk mencari karyawan mana yang sedang lembur malam ini.Alih-alih mendapatkan kabar dan titik terang, Ajeng justru malah memperlihatkan kepada teman sekantor Doni kalau dirinya bukanlah seorang istri yang baik sampai-sampai tidak mengetahui di mana kini suaminya berada. Sampai-sampai dia juga tidak mengetahui bahwasanya Doni memiliki nomor ponsel cadangan."Awas aja kalau seandainya aku bisa menemukan keberadaanmu," gerutunya dalam hati. Kini dia berdiri di depan gerbang menunggu ojek online pesanannya. Sebenarnya Ajeng ingin pulang dengan taksi, tapi dia harus hemat sedikit lagi karena belum tentu Doni mau memberikannya uang bulanan ketika gajian nanti.Jadi Ajeng harus berusaha untuk menekan pengeluarannya, menunda
Kakeknya Ratna mengangkat satu tangannya, meminta Ratna dan Doni untuk diam. Menyerahkan semuanya kepada dirinya sebagai bentuk bukti bahwasanya dia mampu dan sanggup menerima Doni sebagai suaminya Ratna dan mengakhiri segala penderitaan yang selama ini telah dirasakannya."Kami memiliki rumah yang tak jauh dari sini. Jika berkenan silahkan mampir untuk bersilaturahmi. Dan asal kamu tahu, cucuku ini tinggal di sini bukan karena rumah ini merupakan tempat satu-satunya yang bisa mereka tinggali. Namun Ratna memilih angkat kaki dari rumah karena aku tidak merestui hubungannya dengan Doni yang lumpuh.Karena besarnya cinta yang dimiliki Ratna dia rela membuangku dan meninggalkan rumah mewahnya hanya membawa beberapa barang serta kendaraan saja untuk mengangkut seluruh keluarganya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena Ratna keras dengan keputusannya dan tidak bisa diganggu gugat sama sekali. Seharusnya sebagai orang yang memiliki tahta yang lebih tinggi daripada kalian akulah yang melaran
"Kesempatan kedua, apakah tadi kamu bertemu dengan kakek?" Doni menoleh ke arah Ratna yang kini duduk di sampingnya.Ratna menganggukan kepalanya. "Tepat di depan gang rumah kakek menghadang jalanku dan memohon agar memberitahu di mana kita tinggal. Aku rasa itu hanya bualan kakek semata, aku tidak yakin dia tidak mengetahui di mana kita. Jika kakek sudah sampai di sana itu artinya dia sudah mengetahui kalau di sinilah kita tinggal untuk sementara waktu.""Kenapa kamu tidak mau memberi kesempatan kepada kakek sedangkan dia melakukan ini semua demi kebaikan kamu? Wajar jika kakek ingin memberikan hal yang sempurna padamu dan memintaku menjauh semua semata-mata beliau lakukan pasti karena menyayangi kamu dan tidak ingin kamu susah di masa depan nanti.""Aku tahu itu tapi, rasanya aku belum bisa menerima hal tersebut karena aku tidak pernah menuntut kamu untuk menjaga laki-laki sempurna ketika mendampingiku. Kakek seharusnya mengetahui bahwasanya aku ini sangat mencintaimu jadi sangatlah
"Hai apa kabar saudara kembarku?" sapa Danis mendekati Doni. Dia tidak tahan tidak mencari tahu siapa sosok dua anak kecil yang kini berada di depan saudara kembarnya itu.Doni yang sedang sibuk memperhatikan kedua anaknya menoleh ke arah pintu masuk. bBetapa dia terkejut mendapati keberadaan Danis di sana. Dia tidak menemukan kata untuk membalas sapaan Danis karena benar-benar tidak menyangka Danis bisa menemukan keberadaannya hanya dalam kurun waktu satu malam saja.Danis semakin mendekat dan berkacak pinggang tepat di samping Doni."Aku tidak perlu bertanya siapa mereka karena dari wajah dan semua yang ada pada mereka sangatlah mirip dengan kita berdua. Aku curiga mereka merupakan anakku bukan anakmu karena …""Jangan coba-coba mengacaukan rumah tanggaku dan Ratna. Karena istriku berbeda dengan Ajeng. Dia tidak mudah melakukan hubungan dengan pria manapun, buktinya hingga detik ini, meskipun aku sudah lama menghilang dia masih sendiri . Mencari keberadaanku, tidak ada sedikitpun n
Ratna bersimpuh di hadapan Doni dan menatap kedua anaknya secara bergantian. "Terkadang bukan hanya kesempurnaan yang merupakan sebuah kebahagiaan melainkan kebersamaan. Apapun kekuranganmu asalkan kita selalu berkumpul bersama rasanya itu bukanlah sebuah masalah dan aku yakin keberadaan kami bisa mendorongmu untuk sembuh. Tidak ada penyakit di dunia ini yang tidak bisa disembuhkan aku yakin Tuhan bisa memberikan itu semua untukmu. Asalkan kita mau berusaha dan berdoa lebih kuat lagi," tuturnya menenangkan hati Doni yang sempat ingin mundur.Memiliki istri yang begitu cantik dan sempurna tentu saja menghadirkan rasa rendah diri di hati Doni, terlebih lagi kedua buah hatinya yang begitu cantik dan tampan, sangat menggemaskan.Doni hanya mengangguk pelan menerima semangat dari sang istri dia berharap Tuhan menjabah doa Ratna agar dia bisa bekerja seperti dulu menafkahi istri dan anak-anaknya."Kamu tahu Mas, diantara barang-barang ini masih ada barang-barangmu. Aku tidak pernah mengusik
Risa juga tidak mengenal siapa sosok Ajeng yang dipertanyakan Danis kepadanya. Sebagai orang yang belum pernah bertemu dengan Ajeng tentu saja Danis mempercayai segala perkataan Risa, dia juga tidak mungkin mengatakan bahwasanya Ajeng itu merupakan selingkuhan Yandi yang baru sehingga dia menyerah dan berhenti mencari keberadaan istri dari adiknya tersebut padahal dia sudah sangat merindukan sang buah hati.Meskipun kini Danis sudah menikah dengan asisten rumah tangganya sendiri dan sudah memiliki buah hati yang baru tetap saja dia masih membutuhkan Rafki. Dia masih merindukan sosok anak yang lebih dahulu dia miliki bersama Ajeng, meskipun Rafki terlahir karena hubungan di luar nikah tetap saja Rafki itu merupakan darah dagingnya sendiri."Jadi sekarang kamu ingin menuntut balasan atas semua yang Mama berikan kepadamu? Kamu menuntut kasih sayang begitu?" Ibunya Doni tertawa. "Kalau memang itu yang kamu inginkan tolong kembalikan segala fasilitas yang telah kamu nikmati selama ini, tol
"Kamu yakin dengan ini semua?" Doni menahan pergelangan tangan Ratna, mencegah istrinya itu untuk turun dari mobil. Meskipun Ratna sudah kokoh dengan pendiriannya, tapi tetap saja Doni merasa rendah diri. Takut sang kakek malah berpikir bahwasanya dia berusaha kembali mendekat dan meracuni pikiran Ratna agar bisa menampung hidupnya yang kini tak lagi sempurna.Ratna menarik kedua sudut bibirnya, menganggukan kepala. Hatinya telah mantap untuk melangkah, membawa Doni menuju masa depan yang lebih baik. Dia tidak peduli dengan siapapun nantinya. Entah itu sang kakek atau bahkan semua orang di dunia ini mencegah mereka untuk menjadi pasangan suami istri kembali..Ratna tidak peduli karena di matanya Doni merupakan satu-satunya tumpuan hidup untuk mendampinginya dalam membesarkan kedua buah hati mereka."Aku tidak akan pernah peduli lagi dengan mereka semua. Sama seperti mereka yang tidak peduli dengan perasaan kita. Jadi kamu tidak perlu khawatir, Mas. Semuanya akan baik-baik saja dan per
Egois. Begitulah penilaian Ratna terhadap keluarganya maupun keluarga Doni. Jadi untuk apa lagi mereka memiliki keluarga jika seperti itu kenyataannya. Sumpah demi apapun, Ratna tidak bisa memaafkan sang kakek..Ini kali kedua menorehkan luka di hatinya hanya karena Doni tidak bisa berjalan. Sang kakek mengatakan bahwasanya sampai detik ini belum memiliki informasi apapun tentang keberadaan Doni. Nyatanya sang kakek sudah meminta Doni untuk menjauhinya dan tidak mencoba untuk mencari keberadaannya lagi. Seperti inikah cara manusia berpikir? Sang kakek meminta Doni menjauh karena dia sudah lumpuh. Kedua orang tua Doni memintanya menjauh karena merasa dia hanyalah seorang gadis desa yang tidak memiliki apa-apa, sungguh kenyataan yang begitu miris tapi, begitulah adanya."Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, Mas. Apa yang akan kamu lakukan dan apa yang harus aku lakukan untuk rumah tangga kita? Jika meminta berpisah maaf aku tidak bisa," tutur Ratna pada Doni yang tengah memeluk Alya. G
"Tidak, ini tadi Mami kelilipan nyamuk makanya seperti ini.""Ooo." bibir mungil Alya membulat sempurna, dia juga menganggukan kepalanya hingga rambutnya yang sedang berdiri, di kepang dua ikut bergerak.Ratna mengusap pipi Alya. "Kamu benar-benar anak yang manis dan perhatian," ucapnya memaksakan senyuman agar Alya tak khawatir padanya. "Kamu persis seperti ayahmu. Pria yang begitu baik dan lembut. Tuhan bolehkah aku menuntutMu sekarang, mempertemukan kami dengannya?" sambung Ratna dalam hati.Tujuan mereka datang ke lapangan bola tersebut untuk melihat wahana permainan tapi, nyatanya malah membuat kedua buah hatinya merasa iri melihat anak-anak yang lain didampingi kedua orang tuanya. Ingin rasanya Ratna berteriak menuntut keadilan untuk dirinya dan kedua buah hatinya agar mereka juga bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna."Mami mau itu!" seru Bima tanpa menunggu Ratna terlebih dahulu, dia langsung berlari menuju ke arah penjual mainan. Bocah laki-laki tersebut sangat tert
“Itu tuduhan!” Bantah Yandi, meskipun benar apa yang istrinya itu katakan tapi, dia tidak ingin mengakui secara jujur bahwasanya tuduhan yang diajukan Risa merupakan sebuah kenyataan.“Percuma kamu mengatakan patahan seperti itu tapi, di mataku kamu itu sudah menghianati pernikahan kita. Sakit, namun karena aku dulu juga menyakiti hati Ratna jadi aku anggap ini semua sebagai karma atas perbuatanku di masa lalu.”Risa melanjutkan langkahnya menuju kamar, jika perdebatan dengan Yandi diteruskan yang ada dia akan bersedih lagi gara-gara merasa bersalah kembali atas dosa yang dia lakukan di masa lalu.Jujur saja saat ini dia menyesal merebut Yandi dari Ratna. Andai saja hari itu dia mendengarkan hati kecilnya untuk berhenti dan tidak melanjutkan hubungan dengan suami orang, Risa yakin ini tidak akan pernha terjadi padanya.Dulu Risa tidak takut hal ini terjadi ,tapi sekarang dia sangat ingin memutar waktu dan tidak mau memulai hubungan apapun dengan Yandi.***Yandi hanya bisa menembus ke