Ah, bagian ini semakin membuat Ratna semakin salah tingkah. Pipinya merona, membayangkan bagaimana menjalani rumah tangga bersama Doni. Pastilah sangat membahagiakan bisa berdampingan dengan seorang pria yang tak sungkan mengerjakan pekerjaan yang menurut orang banyak merupakan pekerjaan istri."Sebenarnya aku masih mengantuk dan lelah. Masih malas rasanya untuk bangkit dari kamar, tapi aroma masakan kamu begitu menggoda," puji Doni. Berdiri di samping Ratna, melihat apa yang gadis itu masak di wajan."Mas terlalu berlebihan," balas Ratna dengan kedua pipi yang semakin panas saja."Tidak. Aku mengatakan hal yang sesungguhnya. Dan aku rasa, bisa melar jika makan terus. Mau diet, tapi enggak bisa lepas dari masakan kamu. Enak banget soalnya.""Mas," keluh Ratna. Mengusap kedua pipinya. Jika dibiarkan, dia bisa meleleh seperti es.Doni mengulas senyum. Momen yang sangat sederhana, tapi tidak bisa dia dapatkan dari Ajeng. Bolehkah dia berharap lebih nantinya dari sosok Ratna? Bolehkah dia
Danis merupakan orang yang sangat berambisi dan tidak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya. Dia juga cenderung ingin merampas apapun yang ada di tanganku karena dia tidak ingin aku bahagia."Ratna menatap Doni. Sangat terlihat dari sorot mata pria itu dia tidak menyukai sosok saudara kembarnya sendiri. Ratna juga bisa melihat bahwasanya selama ini hubungan yang terjalin antara Doni dan Danis memang tidak pernah baik, bahkan cenderung Danis lebih sering menyakiti saudara kembarnya ini."Jadi sekarang bagaimana?""Kita tunggu beberapa saat." Doni mengusap punggung Ratna. Menenangkan gadis itu agar tidak panik seperti sekarang ."Jika seandainya dalam kurun waktu 15 menit dia tak kunjung pulang atau ada tetangga yang bertanya kepadanya, maka kamu harus keluar. Jangan sampai tetangga itu pergi kamu harus langsung usir Danis."Ratna mengerti apa yang dikatakan Doni, tapi tetap saja dia ketakutan. Takut pria itu menerobos masuk. Menunggu sejenak seperti yang Doni inginkan, Ratna tampak
Kakinya sudah terasa sakit mencari Doni kesana kemari,mengunjungi teman pria itu, tapi tak juga menemukan jawaban. Jauh-jauh ke kantor Doni mencari karyawan yang masih bekerja ternyata tidak mendapatkan hasil sama sekali padahal Ajeng sudah mengorbankan segala tenaganya untuk mencari karyawan mana yang sedang lembur malam ini.Alih-alih mendapatkan kabar dan titik terang, Ajeng justru malah memperlihatkan kepada teman sekantor Doni kalau dirinya bukanlah seorang istri yang baik sampai-sampai tidak mengetahui di mana kini suaminya berada. Sampai-sampai dia juga tidak mengetahui bahwasanya Doni memiliki nomor ponsel cadangan."Awas aja kalau seandainya aku bisa menemukan keberadaanmu," gerutunya dalam hati. Kini dia berdiri di depan gerbang menunggu ojek online pesanannya. Sebenarnya Ajeng ingin pulang dengan taksi, tapi dia harus hemat sedikit lagi karena belum tentu Doni mau memberikannya uang bulanan ketika gajian nanti.Jadi Ajeng harus berusaha untuk menekan pengeluarannya, menunda
Rasanya penasaran dan menyesal. Sudah bergabung menjadi satu dan mendesak Yandi untuk datang memastikan apakah Ratna dan Danis sudah menikah atau belum. Sebagai suami yang belum pernah mencicipi Ratna, tentunya Yandi tak enak hati saat ini. Dia sempat melihat kemolekan dan kekencangan tubuh Ratna. Dulunya dia tolak sekarang? Jangankan menikmati, menyentuh saja rasanya tidak mungkin karena harus berlawanan dengan Danis terlebih dahulu, itu menurut Yandi.Untuk memenuhi segala rasa ingin tau itu, Yandi yang berpamitan kepada Risa ingin mengantarkan barang ke Sumatera, justru memarkirkan truknya di persimpangan jalan menuju rumah Ratna. Dia ingin bertanya banyak hal kepada mantan istri, yang kini malah dambakan.Yandi duduk di teras. Kenangan saat Ratna mencoba menggoda dan membujuk untuk melakukan hubungan suami istri terngiang di pikirannya. Tidak lupa semua bayangan yang indah itu juga menari di pelupuk matanya. Yandi meneguk ludah. Dulu dia tak acuh dan biasa saja. Kini, membayangkan
"Nggak bakalan masuk ingin karena aku hangat." Meraih tangan Ratna, sehingga gadis itu terduduk di pangkuan Doni. Sigap pria itu ingin memagut kedua belah bibir Ratna, tapi dia malah mengindar."Kenapa!" tanya Doni. Dia tak menyangka Ratna malah menolaknya ketika mereka berdua sudah menikah."A-aku … belum mandi. Bau, Mas. Aku nggak …"Ratna tak berdaya melanjutkan kata-katanya, apalagi menghindari lumatan Doni. Dia tidak menyangka pria itu malah menenggelamkannya dalam lumatan serta kuluman yang amat menggebu.Rasanya aneh. Ada sensasi asing yang menggelitik Ratna di perut bawahnya. Ketika Doni menurun, menyapu lehernya. Dengan tangan yang bekerja melepaskan gaun tidur yang dia kenakan. Mengeluarkan dua bulatkan yang tak lagi memiliki penutup karena semalam Doni sengaja mengganti pakaian Ratna tanpa memakaikan dalamnya agar tak kesulitan seperti sekarang.Ratna menengadahkan kepalanya. Ketika mulut basah nan hangat Doni sudah menyapa ujung bulatan yang merekah, meraupnya dengan rakus
"Aku tidak bisa memasak apapun karena aku selama ini hanya membeli makanan cepat saji. Semua kebutuhanku selama ini dipenuhi Mas Doni jadi tidak pernah sekalipun aku diminta memasak apalagi memiliki stok bahan makanan.""Dasar wanita yang tidak bisa diharapkan. Itu pula kamu mengharap ingin menjadi istriku?" Danis kembali beranjak dari ranjang, dia melewati Ajeng. Tidak lupa sedikit menyenggol lengan wanita itu, membuat hati Ajeng merasa sakit diberlakukan demikian.Rasanya belakangan ini Danis berubah dari yang biasanya, dan terkesan memperlakukannya dengan tak baik.Danis selama ini memang tak sebaik Doni, tapi tidak buruk seperti sekarang. Ajeng terduduk di tepi ranjang, dia kembali menangis meratapi nasibnya. Dulu dia menyerahkan diri begitu saja kepada Danis, membuka kedua pahanya karena bujuk rayu dari pria itu. Sekaligus sebagai bukti bahwasanya dia memang mencintai Danis.Dengan mudahnya Ajeng menyerahkan semuanya. Danis hanya memberikan kata cinta dan janji semata. Seharusnya
"Kamu kemana saja aku hubungi tidak bisa? Sekalinya bisa dihubungi kamu malah bersama wanita lain, sampai-sampai aku juga mendengar kamu membahas tentang dalaman. Coba sekarang jujur padaku wanita seperti apa yang sedang bersamamu itu?!" Cecar Ajeng, ketika dia melihat siapa pria yang kini berdiri di hadapannya."Kamu mau marah-marah dulu atau mempersilakan suamimu untuk masuk?""Bagaimana aku bisa mempersilakan laki-laki yang baru saja berkencan dengan seorang wanita masuk ke rumah ini?" tantang Ajeng, dengan dagu terangkat."Jadi kamu benar-benar tidak mengizinkanku untuk masuk?" Kedua alis Doni terangkat, mengintimidasi Ajeng yang berkacak pinggang di ambang pintu rumah."Aku akan mempersilahkan kamu masuk jika kamu jujur kemana selama ini menghilang tanpa kabar. Bahkan aku tidak bisa menghubungimu sama sekali. Tidak biasanya kamu seperti ini, Mas. Biasanya kemanapun kamu pergi selalu jujur dan memberi kabar kepadaku, bahkan orang-orang di kantormu mengatakan kamu sudah pulang seki
"Tidak, Mbak. Saat ini aku cuma sibuk makan. Mbak Ratna sudah makan? Sekalian saja kita makan bareng kalau belum.""Tidak Mas. Aku sudah makan. Aku datang kesini ingin meminta bantuan sama Mas Doni untuk membetulkan keran air di rumah sepertinya tersumbat makanya mati. Karena tadi aku cek di keran belakang air menyala. Daripada capek mengangkat menggunakan ember, lebih baik diperbaiki, bukan?""Memang sih Mbak, tapi aku kurang paham tentang air keran seperti itu.""Tidak apa-apa. Aku ada alat-alatnya. Memang air di kontrakanku sering macet seperti itu. Sebenarnya aku bisa memperbaiki sendiri, tapi tenaga aku tidak cukup untuk membuka baut yang ada. Nanti aku akan mengarahkan bagian mana saja yang harus mesti dibersihkan, sisanya biar aku yang akan memberitahu atau mengerjakannya.""Ya sudah, nanti aku akan ke kontrakan Mbak begitu selesai makan." Doni mengangkat mangkuk mie instannya yang sisa setengah bagian.Ratna menganggukkan kepalanya. "Ajeng tidak masalah kan, aku pinjam suaminy