Share

Bab 31

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2024-10-09 05:48:45

Entah sudah ke berapa kali, wajah Kanaya dibuat merona oleh Alan. Semua sikap yang Alan tunjukkan padanya, benar-benar membuat dia melayang. Meskipun, Kanaya pun tak tahu bagaimana perasaan Alan yang sebenarnya. Karena kata cinta itu belum pernah terucap. Namun, untuk saat ini dia benar-benar bahagia.

"Kok nglamun?" tanya Alan, ketika melihat Kanaya yang terdiam. Kanaya tak menjawab, hanya kian merapatkan tubuhnya. Lebih erat, dan dekat dengan Alan.

"Kamu lihat pasangan yang di sana."

Alan menunjuk ke bagian bawah cafe, yang terlihat dari jendela VIP room tempat mereka saat ini berada. Kanaya kemudian memperhatikan sekitar cafe tersebut.

"Itu yang di pojok!" tunjuk Alan kembali.

"Memangnya kenapa, Pa?" tanya Kanaya saat melihat pasangan yang ada di bawah sana.

"Berani taruhan nggak kalau mereka backstreet?" Kanaya pun menatap Alan dengan tatapan heran.

"Kok Papa mikirnya gitu?"

"Kamu lihat aja tuh, muka mereka kaya ketakutan gitu. Mata mereka, memperhatikan setiap wajah orang yang m
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 32

    BEBERAPA TAHUN SEBELUMNYA .... Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan sekarang Arumi sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Setelah pertengkarannya tadi sore dengan Alan, Arumi merasa penat. Jadi, ketika Kanaya sudah tertidur, Arumi memutuskan untuk keluar dari rumah. Saat ini, Alan memang sedang pergi ke Singapura, untuk urusan bisnis. Karena itulah, Arumi merasa bebas. Sebenarnya, Alan meminta Arumi ikut ke Singapura, untuk melakukan cek kesehatan reproduksi mereka berdua. Memang, sudah beberapa tahun belakangan ini, Alan meminta Arumi untuk melakukan program hamil. Akan tetapi, Arumi tak mau jiwa bebasnya terkekang. Itulah sebabnya, dulu Arumi mengadopsi Kanaya, sebagai anak angkatnya, karena dia tidak suka hamil, dan melahirkan. Sejak menikah dengan Alan, Arumi memang tidak suka dikekang dengan berbagai peraturan, dan untungnya Alan selalu bersedia mengalah untuknya. Namun, tidak dengan keturunan, karena kedua orang tua mereka juga selalu menuntut

    Last Updated : 2024-10-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 33

    Tanpa banyak berpikir panjang, pemuda bernama Rain itu mengambil kunci mobil milik Arumi di dalam tas, lalu mengendarai mobil tersebut, menuju ke hotel, yang ada di depan club malam tempat saat ini mereka berada.Rain sengaja membawa mobil itu, agar saat Arumi bangun, dia bisa langsung pergi dengan mengendarai mobilnya, tanpa harus pergi ke club malam itu kembali.Sesampainya di hotel tersebut, Rain memesan kamar, dan memapah tubuh Arumi, ke dalam kamar yang sudah dipesan olehnya. Kala itu, Arumi sudah bisa membuka mata, tapi masih belum sepenuhnya sadar. Beberapa kali mulutnya pun terdengar merancau tidak jelas.Arumi yang tak masih dalam pengaruh alkohol, hanya bisa pasrah berjalan dalam dekapan Rain, menyusuri koridor hotel menuju ke kamarnya."Ini kamar kamu, Mba. Kamu istirahat di dalam dulu ya," ujar Rain, saat mereka sudah ada di depan pintu kamar tersebut.Entah mengerti atau tidak dengan yang dikatakan oleh Rain, Arumi hanya menganggukkan kepala."Ayo, kita masuk ke kamarmu.

    Last Updated : 2024-10-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 34

    "Aaaaa ...!" Boby sontak berteriak ketika Arumi mengakhiri kisahnya, tentang kejadian buruk yang dia alami beberapa tahun silam. Arumi pun bergegas membekap mulut Boby, hingga membuat lelaki gemulai itu susah untuk bernapas."Arumi lepas!" protes Boby dengan artikulasi yang tidak terlalu jelas, tapi dapat dimengerti oleh Arumi."Janji dulu nggak usah teriak-teriak lebay gitu!"Boby pun mengangguk cepat, agar Arumi bisa melepaskan bekapannya. Detik selanjutnya, Arumi pun menarik telapak tangannya dari mulut Boby. Lelaki itu kini terlihat terengah-engah disertai deru napas patah-patah setelah terbebas dari bekapan tangan Arumi.Reflek Arumi pun melotot tajam ketika Bobby mulai membuka mulutnya, seolah mengisyaratkan agar Bobby mengerem mulut itu agar tidak berbicara terlalu keras."Iya gue ngerti!" tukas Boby, sembari menarik tubuhnya ke belakang, agar Arumi tidak membekapnya lagi."Makanya jangan keras-keras, ini rahasia kita berdua, Boby. Cukup kita berdua aja yang tahu."Boby pun men

    Last Updated : 2024-10-10
  • Simpanan Ayah Angkat   35

    Chyntia menggelengkan kepalanya. "Ah nggak mungkin. Mereka cuma bapak, dan anak. Wajar aja kalo mereka gandengan tangan," gerutu Chyntia sambil terus berjalan di belakang Kanaya, dan Alan.Sebenarnya, Chyntia tidak nyaman, karena ayah, dan anak itu, terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Seolah, tak menganggap dirinya ada. Namun, Chyntia tak mau menyerah. Dalam benaknya, Chyntia harus bisa mencari kesempatan, agar bisa berdua dengan Alan.Saat ini, mereka sudah duduk di restoran yang ada di bagian bawah hotel. Alan, dan Kanaya duduk bersebelahan. Sedangkan Chyntia duduk di depan Alan.Chyntia hanya bisa tersenyum getir, melihat mereka yang masih saja mengabaikan keberadaan dirinya. Bahkan, ketika memesan makanan, Alan sama sekali tak menanyakan pesanan Chyntia."Oh iya, sampe lupa ada Tante Chyntia." Kanaya yang baru saja memberikan buku menu pada pelayan yang berdiri di dekat mereka, tersenyum getir.Chyntia pun hanya mengulum senyum simpul. "Tante Chyntia udah pesen makanannya belu

    Last Updated : 2024-10-11
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 36

    Arumi tersenyum manis. Sebuah senyuman yang sebenarnya cukup dipaksakan. Sedangkan Rain, tampak menelisik penampilan Arumi, dari atas rambut, sampai ujung kaki.Seutas senyum pun tersungging di bibir lelaki itu. Wanita yang berdiri di depannya, memang selalu sukses membuat Rain terpana akan kecantikannya."Bis kita ngobrol sebentar?" tanya Arumi kembali.Rain pun mengangguk, lalu memberikan kode pada Arumi agar masuk ke dalam unit apartemennya. "Terima kasih."Arumi masuk, diikuti Rain yang berjalan di belakangnya. "Kamu duduk dulu, aku mau ambil baju.""Iya," jawab Arumi, sembari menahan perasaan campur aduk. Rasanya sungguh berat bersikap manis di depan orang yang dia benci. Namun, Arumi harus melakukan itu.Setelah Rain masuk, Arumi memindai pandangannya ke seluruh sudut apartemen, yang terlihat cukup rapi, untuk ukuran apartemen seorang lelaki."Mau minum apa?" tanya Rain ketika keluar dari dalam kamar, setelah mengenakan pakaiannya."No thanks." Mendengar jawaban Arumi, Rain pun

    Last Updated : 2024-10-11
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 37

    Kanaya tersenyum saat melihat Alan keluar dari sebuah ruangan, di kantor salah satu anak perusahaan yang ada di Bandung. Sejujurnya, Kanaya pun tak menduga jika dia begitu berani datang ke kantor ayahnya. Padahal dia belum pernah ke kantor itu, hanya bermodal alamat yang dia tanyakan pada salah satu staf hotel.Entah mengapa, hari ini rasanya Kanaya begitu jenuh menunggu di hotel. Hingga akhirnya memutuskan untuk mendatangi kantor Alan. Tanpa ragu, wanita itu pun mendekat ke arah Alan yang saat ini juga tersenyum padanya. "Kok kamu dateng ke sini? Tau darimana alamat kantor Papa?" tanya Alan yang cukup terkejut dengan kedatangan Kanaya. "Apa sih yang Kanaya nggak tahu," sahut Kanaya, kemudian menoleh sinis ke arah Chyntia yang kini berdiri di samping Alan."Papa jadi ninjau proyek?""Nggak jadi. Tadi malem hujan lebat, dan tempatnya masih belum memenuhi syarat kalo kita berkunjung ke sana. Masih rawan.""Oh jadi habis ini Papa free dong?"Belum sempat Alan menjawab, tiba-tiba terde

    Last Updated : 2024-10-12
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 38

    Seperti yang sudah Alan, dan Kanaya rencanakan, sore ini mereka akan berenang di kolam renang yang ada di samping vila.Saat Alan melihat Kanaya setelah berganti pakaian, sontak Alan meneguk salivanya, terpesona dengan kemolekan tubuh Kanaya yang berbalut pakaian renang.Kanaya sudah menyiapkan pakaian khusus untuk berenang. Sejak mereka ke Bandung, dia memang sudah berencana menikmati berenang di kolam renang hotel tempatnya menginap dengan Alan.Akan tetapi, dia tak menyangka jika Alan akan mengajaknya ke vila seperti ini. Kini Kanaya duduk di pinggiran kolam, mencelupkan sebagian kakinya ke air. Sedangkan Alan sudah terlebih dulu berenang."Kamu lagi ngelamun apa?" tanya Alan yang tiba-tiba muncul persis di sebelah kaki Kanaya."Lagi mikirin ....' Kanaya menggantung kalimatnya, lalu menatap sayu pada Alan.Alan yang seolah tahu apa yang dipikirkan Kanaya, kemudian menarik tubuh wanita itu secara tiba-tiba, hingga membuat Kanaya terkejut."Ih Papa ngagetin aja deh! Sekarang hobi Pap

    Last Updated : 2024-10-12
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 39

    Alan mulai membuka tali bathrobe yang dikenakan oleh Kanaya, perlahan disertai segenap kecamuk di dada. Meskipun anggukan kepala Kanaya beberapa saat yang lalu, bisa menjelaskan jika gadis itu tak keberatan dengan permintaan Alan. Namun, tetap saja ada ketakutan, dan rasa cemas tersendiri yang dirasakan oleh Alan. Ada perang batin yang sangat sulit dia redam. Bagaimanapun juga, Kanaya adalah gadis kecil yang sedari dulu sudah dia anggap sebagai anak kandungnya sendiri, dan sekarang haruskah dirinya yang merenggut kesuciannya?Akan tetapi, saat melihat Kanaya yang tampak sedang memejamkan mata, disertai raut wajah sensual. Lagi-lagi Alan menyerah pada gairah, dan kegilaannya. Alan bahkan kini tak mau banyak membuang waktu.Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan salah satu bukit kenyal itu, lalu mulai melumat dan mengisapnya. Sedangkan salah satu tangannya meremas bukit kembar yang lain.Saat ini, Kanaya hanya bisa pasrah dengan kelakuan Alan. Nalarnya sudah entah ada di mana, hati, da

    Last Updated : 2024-10-13

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 224

    "Kamu baru sembuh, aku nggak mungkin tega mengatakan bagian paling menyakitkan dalam rumah tangga kita.""Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepintas, aku masih ingat senyuman hangatmu padaku, tapi sekarang kenapa jadi seperti ini? Siapa yang salah, aku atau kamu?"Alan menghela napas, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali menatap Arumi."Nggak penting siapa yang salah, kita berdua memang sudah tidak satu tujuan. Terlalu banyak ketidakcocokan, dan pola pikir."Arumi mengernyit, merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Tapi kenapa tatapanmu begitu dingin padaku? Apa aku yang salah?"Alan menggeleng pelan. "Ini bukan tentang siapa yang salah. Kita memang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku, begitu pula kamu. Aku sering kali merasa diabaikan sebagai seorang suami, dan kau berpikir aku ngga pernah mengerti keadaanmu. Kita sering bertengkar, hal-hal kecil jadi besar. Kita lelah, tapi tidak ada yang mau mengalah."Arumi menatap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 223

    Di Sisi Lain....Setelah memberi tahu Rain jika dia berhasil meyakinkan pihak rumah sakit untuk membawa pulang Arumi, Alan melangkah memasuki ruang perawatan dengan langkah ragu. Keraguan itu, bukan karena dia takut. Namun, lebih pada sosok yang akan dia temui.Di ranjang, seorang wanita duduk bersandar pada bantal, matanya kosong menatap jendela. Arumi, mantan istrinya. Wanita yang pernah dia cintai lebih dari apapun, tapi dulu. Bukan sekarang.Alan mendekat, menarik kursi, lalu duduk di depannya. "Arumi ...."Arumi mengalihkan pandangannya dari jendela, menatap Alan dengan tatapan asing."Maaf, Anda?"Alan merasakan sesuatu yang mencengkeram hatinya. Ini aneh. Perempuan yang dulu dia kenal begitu dalam, kini menatapnya seperti orang asing."Aku Alan, aku temanmu dulu."Arumi mengerutkan kening, seolah mencoba menangkap sesuatu di pikirannya. Nama Alan memang terdengar tak asing. Apalagi, kemarin sosok laki-laki yang menemuinya juga mengatakan jika hari ini Alan akan menemuinya."Ala

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 222

    Malam itu, rumah besar milik Kakek Wang berubah menjadi pusat kemewahan dan kegembiraan. Dikelilingi taman yang luas dengan lampu-lampu berkelap-kelip, pesta yang diadakan di mansion megah itu bagaikan perayaan para bangsawan. Para tamu berdatangan dalam pakaian terbaik mereka—gaun berkilauan dan setelan jas mahal—sambil membawa gelas sampanye yang berkilauan di bawah cahaya lampu gantung kristal raksasa.Di tengah aula utama yang luas, sebuah orkestra memainkan musik klasik yang lembut, sementara para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi hidangan mewah: kaviar, lobster, dan anggur terbaik dari seluruh dunia. Taman belakang yang dihiasi air mancur dan patung-patung marmer menjadi tempat bagi mereka yang ingin berbincang lebih santai, dengan suara tawa dan gelak kebahagiaan memenuhi udara.Kakek Wang, seorang miliarder yang dikenal karena kemurahan hatinya, berdiri di balkon lantai dua, mengangkat gelasnya dan menyampaikan pidato singkat. Dengan senyuman bijaksana, dia menyambut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 221

    Kanaya berdiri di depan cermin besar, tubuhnya dibalut gaun pengantin berwarna putih gading dengan renda yang halus. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dadanya yang berdebar.Cahaya dari lampu gantung di butik membuat wajahnya tampak lebih lembut, tapi tidak bisa menghilangkan bayangan kegundahan di matanya. Ocha, yang duduk di sofa butik, menatapnya penuh kagum."Ya ampun, Nay. Kamu cantik banget, aku yakin Mas Alan bakalan terpesona liat kamu. Aku foto ya, nanti kamu kirim ke calon suami kamu!" pekik Ocha, dengan sorot mata berbinar, kagum akan kecantikan sahabatnya.Kanaya tersenyum kecil, lalu merapikan bagian lengan gaunnya. "Tapi aku malu.""Ck ngapain malu sih. Aku aja yang cewek terpesona. Apalagi Mas Alan!" sahut Ocha, seraya tertawa kecil.Kanaya ikut tersenyum, tapi hanya sebentar. Matanya kembali menatap pantulan dirinya di cermin, seakan mencari sesuatu yang hilang."Nay, lo kenapa sih kaya sedih gitu? Nggak cocok sama gaunnya?"Kanaya menggeleng pelan. "

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 220

    Di sebuah ruang perawatan rumah sakit yang diterangi cahaya lembut dari jendela, Rain duduk di tepi ranjang pasien setelah beberapa saat berusaha menenangkan Arumi.Wajah itu, menyimpan kelelahan, tapi sorot matanya penuh harapan saat menatap perempuan yang duduk di depannya. Arumi—atau kini, yang hanya mengenal dirinya sebagai Celine—terlihat ragu. Tatapannya kosong, seolah berusaha mengaitkan kembali kepingan memori yang hilang."Dengarkan aku, kamu bukan Celine, kamu Arumi. Aku tahu ini membingungkan, tapi aku mohon, percayalah padaku.""A-aku nggak ngerti. Semua orang bilang aku Celine. Stela bilang jangan pernah percaya orang lain, kecuali dirinya.""Stela bohong. Namamu Arumi."Rain menggeleng, suaranya tegas tapi terdengar lembut. Arumi kemudian mengerutkan kening, matanya berkabut."Kalau benar, kenapa aku nggak ingat kalo aku Arumi?""Lalu, apa kau juga ingat jati dirimu sebagai Celine?" sahut Rain, kemudian menarik napas dalam, berusaha menahan emosi."Tapi kenapa Stela bila

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 219

    Di dalam ruang tengah, Rain menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Cahaya dari layar memantul di matanya yang penuh amarah dan kekecewaan. Napasnya memburu, dadanya naik turun seiring gelombang emosi yang meluap di dalam dirinya. Beberapa saat yang lalu, dia menyadap ponsel milik Stela, dan menemukan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.Bukti, percakapan, rencana. Semua tertulis jelas. Stela adalah dalang di balik kecelakaan Arumi.Rain mengeratkan genggamannya pada ponselnya sendiri, seakan benda itu bisa membantunya mengendalikan amarah yang hampir meledak. Pikirannya berputar, mengulang-ulang momen saat dia melihat bagaimana mobil tersebut terbakar, bagaimana hancurnya dia saat mengira jika Arumi telah meninggal, dan ternyata semua itu palsu. Semua itu adalah konspirasi semata yang sangat menyakiti hatinya. Rain pikir itu kecelakaan biasa. Takdir buruk yang menimpa tanpa peringatan. Namun, tidak. Itu ulah Stela. Orang yang selama ini ada di dekatnya.Rahangnya mengera

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 218

    Atmosfer ruang tamu itu terasa panas meskipun AC yang menyala, menunjukkan suhu rendah. Lampu terang yang menyinari membuat bayangan wajah mereka terlihat lebih tegang.Alan duduk di sofa dengan tubuh sedikit condong ke depan, kedua tangannya saling menggenggam erat. Kanaya berdiri di dekat jendela, menggigit bibir bawahnya, sembari mendengar penjelasan Rain di ujung sambungan telepon.Sementara Pak Rama, duduk di kursi berhadapan dengan Alan. Wajahnya kusut, matanya merah dan penuh kecemasan.Di atas meja, secangkir kopi yang disajikan sejak tadi sudah dingin, tak ada yang sempat menyentuhnya. Udara di ruangan itu seperti membeku setelah Alan menyampaikan kabar yang baru saja ia dapatkan.Setelah Kanaya menutup sambungan telepon tersebut, gadis itu tampak menghela napas berat."Aku baru saja mendapat kabar dari Rain. Dia bilang, tadi saat menunggu ibunya yang masuk rumah sakit, Rain melihat seseorang yang mirip Arumi di sebuah rumah sakit tersenyum. Namun, saat Rain mendekat, wanita

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 217

    Di ruang makan yang luas dan elegan, sebuah meja panjang berhiaskan lilin serta peralatan makan berlapis perak tersusun rapi. Lampu kristal menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya keemasan yang hangat. Aroma hidangan menguar, memenuhi ruangan dengan keharuman menggoda.Pak Rama meletakkan garpunya dengan tenang, lalu menatap putrinya dengan penuh perhatian."Udah sampe sejauh mana persiapan pernikahan kamu sama Alan?"Kanaya tersenyum malu-malu, meletakkan sendoknya, lalu menatap ayahnya dengan sorot mata berbinar."Hampir 75 persen, Pa. Besok kita mau fitting baju pengantin. Kita nggak undang banyak tamu, karena lebih ke acara private party."Pak Rama mengangguk pelan, ekspresinya tenang, tapi penuh makna. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menghela napas pendek sebelum berbicara."Pernikahan itu bukan sekedar tentang cinta, Kanaya. Tapi juga tentang kesiapan, tanggung jawab, dan kesabaran. Kamu harus ingat itu, dan jangan pernah melakukan kesalahan seperti yang perna

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status