Share

Bab 32

Penulis: Miss Secret
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
BEBERAPA TAHUN SEBELUMNYA ....

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan sekarang Arumi sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Setelah pertengkarannya tadi sore dengan Alan, Arumi merasa penat. Jadi, ketika Kanaya sudah tertidur, Arumi memutuskan untuk keluar dari rumah.

Saat ini, Alan memang sedang pergi ke Singapura, untuk urusan bisnis. Karena itulah, Arumi merasa bebas.

Sebenarnya, Alan meminta Arumi ikut ke Singapura, untuk melakukan cek kesehatan reproduksi mereka berdua. Memang, sudah beberapa tahun belakangan ini, Alan meminta Arumi untuk melakukan program hamil.

Akan tetapi, Arumi tak mau jiwa bebasnya terkekang. Itulah sebabnya, dulu Arumi mengadopsi Kanaya, sebagai anak angkatnya, karena dia tidak suka hamil, dan melahirkan.

Sejak menikah dengan Alan, Arumi memang tidak suka dikekang dengan berbagai peraturan, dan untungnya Alan selalu bersedia mengalah untuknya. Namun, tidak dengan keturunan, karena kedua orang tua mereka juga selalu menuntut
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 33

    Tanpa banyak berpikir panjang, pemuda bernama Rain itu mengambil kunci mobil milik Arumi di dalam tas, lalu mengendarai mobil tersebut, menuju ke hotel, yang ada di depan club malam tempat saat ini mereka berada.Rain sengaja membawa mobil itu, agar saat Arumi bangun, dia bisa langsung pergi dengan mengendarai mobilnya, tanpa harus pergi ke club malam itu kembali.Sesampainya di hotel tersebut, Rain memesan kamar, dan memapah tubuh Arumi, ke dalam kamar yang sudah dipesan olehnya. Kala itu, Arumi sudah bisa membuka mata, tapi masih belum sepenuhnya sadar. Beberapa kali mulutnya pun terdengar merancau tidak jelas.Arumi yang tak masih dalam pengaruh alkohol, hanya bisa pasrah berjalan dalam dekapan Rain, menyusuri koridor hotel menuju ke kamarnya."Ini kamar kamu, Mba. Kamu istirahat di dalam dulu ya," ujar Rain, saat mereka sudah ada di depan pintu kamar tersebut.Entah mengerti atau tidak dengan yang dikatakan oleh Rain, Arumi hanya menganggukkan kepala."Ayo, kita masuk ke kamarmu.

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 34

    "Aaaaa ...!" Boby sontak berteriak ketika Arumi mengakhiri kisahnya, tentang kejadian buruk yang dia alami beberapa tahun silam. Arumi pun bergegas membekap mulut Boby, hingga membuat lelaki gemulai itu susah untuk bernapas."Arumi lepas!" protes Boby dengan artikulasi yang tidak terlalu jelas, tapi dapat dimengerti oleh Arumi."Janji dulu nggak usah teriak-teriak lebay gitu!"Boby pun mengangguk cepat, agar Arumi bisa melepaskan bekapannya. Detik selanjutnya, Arumi pun menarik telapak tangannya dari mulut Boby. Lelaki itu kini terlihat terengah-engah disertai deru napas patah-patah setelah terbebas dari bekapan tangan Arumi.Reflek Arumi pun melotot tajam ketika Bobby mulai membuka mulutnya, seolah mengisyaratkan agar Bobby mengerem mulut itu agar tidak berbicara terlalu keras."Iya gue ngerti!" tukas Boby, sembari menarik tubuhnya ke belakang, agar Arumi tidak membekapnya lagi."Makanya jangan keras-keras, ini rahasia kita berdua, Boby. Cukup kita berdua aja yang tahu."Boby pun men

  • Simpanan Ayah Angkat   35

    Chyntia menggelengkan kepalanya. "Ah nggak mungkin. Mereka cuma bapak, dan anak. Wajar aja kalo mereka gandengan tangan," gerutu Chyntia sambil terus berjalan di belakang Kanaya, dan Alan.Sebenarnya, Chyntia tidak nyaman, karena ayah, dan anak itu, terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Seolah, tak menganggap dirinya ada. Namun, Chyntia tak mau menyerah. Dalam benaknya, Chyntia harus bisa mencari kesempatan, agar bisa berdua dengan Alan.Saat ini, mereka sudah duduk di restoran yang ada di bagian bawah hotel. Alan, dan Kanaya duduk bersebelahan. Sedangkan Chyntia duduk di depan Alan.Chyntia hanya bisa tersenyum getir, melihat mereka yang masih saja mengabaikan keberadaan dirinya. Bahkan, ketika memesan makanan, Alan sama sekali tak menanyakan pesanan Chyntia."Oh iya, sampe lupa ada Tante Chyntia." Kanaya yang baru saja memberikan buku menu pada pelayan yang berdiri di dekat mereka, tersenyum getir.Chyntia pun hanya mengulum senyum simpul. "Tante Chyntia udah pesen makanannya belu

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 36

    Arumi tersenyum manis. Sebuah senyuman yang sebenarnya cukup dipaksakan. Sedangkan Rain, tampak menelisik penampilan Arumi, dari atas rambut, sampai ujung kaki.Seutas senyum pun tersungging di bibir lelaki itu. Wanita yang berdiri di depannya, memang selalu sukses membuat Rain terpana akan kecantikannya."Bis kita ngobrol sebentar?" tanya Arumi kembali.Rain pun mengangguk, lalu memberikan kode pada Arumi agar masuk ke dalam unit apartemennya. "Terima kasih."Arumi masuk, diikuti Rain yang berjalan di belakangnya. "Kamu duduk dulu, aku mau ambil baju.""Iya," jawab Arumi, sembari menahan perasaan campur aduk. Rasanya sungguh berat bersikap manis di depan orang yang dia benci. Namun, Arumi harus melakukan itu.Setelah Rain masuk, Arumi memindai pandangannya ke seluruh sudut apartemen, yang terlihat cukup rapi, untuk ukuran apartemen seorang lelaki."Mau minum apa?" tanya Rain ketika keluar dari dalam kamar, setelah mengenakan pakaiannya."No thanks." Mendengar jawaban Arumi, Rain pun

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 37

    Kanaya tersenyum saat melihat Alan keluar dari sebuah ruangan, di kantor salah satu anak perusahaan yang ada di Bandung. Sejujurnya, Kanaya pun tak menduga jika dia begitu berani datang ke kantor ayahnya. Padahal dia belum pernah ke kantor itu, hanya bermodal alamat yang dia tanyakan pada salah satu staf hotel.Entah mengapa, hari ini rasanya Kanaya begitu jenuh menunggu di hotel. Hingga akhirnya memutuskan untuk mendatangi kantor Alan. Tanpa ragu, wanita itu pun mendekat ke arah Alan yang saat ini juga tersenyum padanya. "Kok kamu dateng ke sini? Tau darimana alamat kantor Papa?" tanya Alan yang cukup terkejut dengan kedatangan Kanaya. "Apa sih yang Kanaya nggak tahu," sahut Kanaya, kemudian menoleh sinis ke arah Chyntia yang kini berdiri di samping Alan."Papa jadi ninjau proyek?""Nggak jadi. Tadi malem hujan lebat, dan tempatnya masih belum memenuhi syarat kalo kita berkunjung ke sana. Masih rawan.""Oh jadi habis ini Papa free dong?"Belum sempat Alan menjawab, tiba-tiba terde

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 38

    Seperti yang sudah Alan, dan Kanaya rencanakan, sore ini mereka akan berenang di kolam renang yang ada di samping vila.Saat Alan melihat Kanaya setelah berganti pakaian, sontak Alan meneguk salivanya, terpesona dengan kemolekan tubuh Kanaya yang berbalut pakaian renang.Kanaya sudah menyiapkan pakaian khusus untuk berenang. Sejak mereka ke Bandung, dia memang sudah berencana menikmati berenang di kolam renang hotel tempatnya menginap dengan Alan.Akan tetapi, dia tak menyangka jika Alan akan mengajaknya ke vila seperti ini. Kini Kanaya duduk di pinggiran kolam, mencelupkan sebagian kakinya ke air. Sedangkan Alan sudah terlebih dulu berenang."Kamu lagi ngelamun apa?" tanya Alan yang tiba-tiba muncul persis di sebelah kaki Kanaya."Lagi mikirin ....' Kanaya menggantung kalimatnya, lalu menatap sayu pada Alan.Alan yang seolah tahu apa yang dipikirkan Kanaya, kemudian menarik tubuh wanita itu secara tiba-tiba, hingga membuat Kanaya terkejut."Ih Papa ngagetin aja deh! Sekarang hobi Pap

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 39

    Alan mulai membuka tali bathrobe yang dikenakan oleh Kanaya, perlahan disertai segenap kecamuk di dada. Meskipun anggukan kepala Kanaya beberapa saat yang lalu, bisa menjelaskan jika gadis itu tak keberatan dengan permintaan Alan. Namun, tetap saja ada ketakutan, dan rasa cemas tersendiri yang dirasakan oleh Alan. Ada perang batin yang sangat sulit dia redam. Bagaimanapun juga, Kanaya adalah gadis kecil yang sedari dulu sudah dia anggap sebagai anak kandungnya sendiri, dan sekarang haruskah dirinya yang merenggut kesuciannya?Akan tetapi, saat melihat Kanaya yang tampak sedang memejamkan mata, disertai raut wajah sensual. Lagi-lagi Alan menyerah pada gairah, dan kegilaannya. Alan bahkan kini tak mau banyak membuang waktu.Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan salah satu bukit kenyal itu, lalu mulai melumat dan mengisapnya. Sedangkan salah satu tangannya meremas bukit kembar yang lain.Saat ini, Kanaya hanya bisa pasrah dengan kelakuan Alan. Nalarnya sudah entah ada di mana, hati, da

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 40

    Mata Arumi perlahan terbuka, dan mendapati sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Arumi menghembuskan napas panjang, seolah ingin melepaskan kekesalan di dada.Entah bagaimana kehidupan yang akan dia jalani kedepan, Arumi tak dapat menerka, yang jelas, tak akan seindah, dan sebebas dulu. Hidupnya kini benar-benar terkekang, dan dia benci itu.Akan tetapi, Arumi tak punya pilihan. Lebih tepatnya, dia tak bisa memilih, dan hanya mengikuti keinginan laki-laki yang saat ini sedang tertidur, dalam keadaan telanjang di sampingnya. Ya, Arumi mau tak mau harus menuruti permintaan Rain, jika ingin aman.Arumi menoleh, dan melihat Rain saat ini masih terlelap. Mungkin, dia kelelahan karena permainan mereka hari ini. Entah berapa kali, Arumi pun tak tahu. Rasanya dia juga enggan untuk mengingat semua itu.'Menyebalkan sekali, sampai kapan aku harus berpura-pura baik di depannya seperti ini,' batin Arumi sembari menatap kesal pada Rain. Bercinta dengan Alan saja, terkadang Arumi enggan melakuk

Bab terbaru

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 77

    Di sisi lain ....Chyntia tampak mondar-mandir di depan meja kerjanya. Dia terlihat begitu resah. Usahanya untuk memata-matai Arumi belakangan ini, memang berhasil, dan sekarang dia sudah mendapat banyak bukti-bukti tentang kedekatan Arumi dengan Leo. Sebenarnya Chyntia berniat untuk memeras Arumi terlebih dulu. Namun, Arumi justru mengabaikannya. Bahkan mengancam melaporkan pencemaran nama baik.Saat ini, Arumi benar-benar merasa jumawa karena mendapat perlindungan dari Leo. Akhirnya Chyntia pun mengubah rencananya, dan berniat memberi tahu Alan tentang kebusukan istrinya.Akan tetapi, akhir-akhir ini, Alan sangat jarang masuk ke kantor. Kalaupun dia datang, hanya jika ada meeting atau pertemuan penting. Sedangkan, untuk laporan, atau hal lainnya dia biasanya meminta anak buahnya untuk mengirim via email.Email Alan yang digunakan pun bersifat publik. Sedangkan email pribadi Alan, Chyntia tak mengetahuinya. Yang membuat Chyntia geram adalah, Alan tak mau diganggu urusan pekerjaan,

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 76

    Beberapa Hari Kemudian ....Alan menatap nanar pada ruang operasi yang ada di depan matanya. Sudah hampir 8 jam Kanaya menjalani operasi transplantasi hati. Namun belum ada tanda-tanda operasi tersebut akan berakhir.Setelah menjalani pemeriksaan, ternyata hati Kanaya cocok. Hal tersebut, tentunya membuat Oma Dahlia, merasa lega, tapi tidak dengan Alan.Sebelum operasi itu dilakukan, dia bahkan sudah mencarikan pembantu pribadi untuk Kanaya. Awalnya, Kanaya menolak, karena hal tersebut terlihat berlebihan. Namun, karena Alan terus memaksa, akhirnya Kanaya pun mengikuti perkataan Ayah angkat itu. Saat ini, pembantu pribadi Kanaya sedang Alan perintahkan untuk menjaga Kenan. Setelah Kanaya sadar, baru Alan memintanya untuk menemani Kanaya di rumah sakit. "Sabar Alan, yang tenang. Mama yakin, kalau Kanaya pasti akan baik-baik saja."Oma Dahlia yang awalnya sedang duduk di dekat ruang operasi, kini beranjak dari tempat duduknya. Lalu mendekat pada Alan, dan menepuk bahu laki-laki itu de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 75

    Senyum penuh kemenangan terukir di bibir Chyntia tatkala melihat beberapa foto yang dikirim salah seorang temannya ke ponsel yang saat ini dia genggam. Pagi ini, ketika baru saja bagun, Chyntia i bergegas mengecek ponselnya. Dia ingin mengetahui apakah ada perkembangan yang dilaporkan temannya, dan benar saja, saat dia membuka pesan yang masuk, temannya sudah mengirimkan beberapa foto, dan video.Pada salah satu foto tersebut, tampak Arumi yang saat itu terlihat terpukul, ketika sedang bermasalah dengan Rain. Sedangkan, salah satu lagi berupa video, tatkala Arumi baru saja keluar dari kamar Leo.Weekend pagi ini, Chyntia masih merebahkan tubuh malas-malasan di atas ranjang, dan berita indah ini sungguh membuat awal harinya terasa begitu menyenangkan. Meskipun, saat weekend, terasa ada yang kurang, yaitu dia tak bisa bertemu dengan Alan."Ternyata, kamu itu munafik, Arumi. Aku sudah menduga wanita sepertimu pasti hanya memanfaatkan semua laki-laki untuk kenyamananmu semata!"Chyntia t

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 74

    "Beri jarak, jangan terlalu dekat. Di sini, banyak kru dan karyawan. Aku nggak mau mereka curiga. Kamu masuk dulu, biar aku mengalihkan perhatian mereka saat kamu masuk ke kamarku!" terang Leo, sebelum mereka turun dari mobil.Sebagai seorang laki-laki dewasa, tentunya dia mengerti apa maksud Arumi. Leo yang biasanya setia, kini akhirnya terpikat pada Arumi, yang sejak kemarin terus menggodanya.Arumi pun menganggukkan kepala. Setelah turun dari mobil, Arumi berjalan dengan begitu tergesa-gesa, menuju ke kamar Leo. Sedangkan Boby yang sudah tahu apa yang akan dilakukan Arumi, tampak berjalan dengan tenang menuju ke kamar Arumi, sembari mengalihkan atensi yang lain agar tidak melihat Arumi ketika masuk ke dalam kamar Leo.Entah mengapa, malam ini, Leo terlihat begitu menarik bagi Arumi. Laki-laki dengan postur tubuh tinggi disertai otot-otot kekarnya yang baru dia ketahui saat tadi siang masuk ke kamar lelaki itu, tampak sangat menarik perhatian Arumi.Sebenarnya suaminya jauh lebih ta

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 73

    Alan begitu terkejut mendengar pertanyaan Oma Dahlia kali ini. Sungguh pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan wanita itu, seakan menghujam jantungnya. Alan pun tak tahu, apa yang mendasari mertuanya, sampai menanyakan hal tersebut padanya. Apakah dia takut jika Alan akan meninggalkan Arumi? Atau, dia sudah memiliki firasat buruk jika dia memiliki wanita simpanan yang merupakan anak angkatnya sendiri.Alan menghela napas kaaar. Rasanya, sungguh ingin pergi menjauh, menghindar dari pertanyaan tersebut. Namun, tak mungkin. "Alan, jujur saja. Kamu tidak perlu ragu, Nak."Ketika Alan hendak membuka suaranya, tiba-tiba suara Kanaya pun terdengar."Oma, Papa. Opa sudah bisa dibawa ke ruang perawatan."Alan, dan Oma Dahlia pun tersentak, lalu menoleh pada gadis itu yang kini sudah berdiri tak jauh dari mereka."Oh sudah siap ya ruang perawatannya?" sahut Oma Dahlia canggung, tentunya dia tak ingin Kanaya mendengar percakapannya dengan Alan."Sudah Oma, ayo kita ke sana.""Tunggu Kanaya." Al

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 72

    Alan pun reflek mendekat pada Kanaya. "Kanaya, jangan main-main kamu!""Siapa yang lagi main-main sih, Pa? Papa pikir, nyawa Opa itu permainan?"Kanaya kembali menoleh pada dokter yang berdiri di sampingnya. "Dokter, bisa nggak kita lakukan pemeriksaan sekarang?""Mari ikut saya!"Kanaya pun mengikuti dokter tersebut. Sedangkan Alan, dan Oma Dahlia, hanya bisa menatap pasrah gadis itu. Mencegah juga rasanya percuma, Kanaya pasti akan bersikeras melakukan semua itu.Alan pun mengusap wajahnya dengan kasar, lalu duduk di depan ruang emergency tersebut di samping Oma Dahlia. Ada kecemasan yang begitu mendalam yang dirasakan Alan. Kanaya masih muda, dan Alan tak ingin sesuatu terjadi pada gadis yang dia cintai itu."Kalaupun dia sampai livernya cocok, Mama yakin, dia pasti akan baik-baik saja. Kita akan merawat Kanaya sebaik mungkin.""Aku tahu, Ma. Resikonya memang tak seperti donor organ yang lain. Namun, tetap saja, aku merasa cemas.""Mama bisa ngerti gimana perasaan kamu sebagai oran

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 71

    "Papa apa-apaan sih, kok malah ikutan ke kamar mandi!" protes Kanaya, sembari mengerucutkan bibir, tatkala Alan justru berjalan di belakangnya."Ya udah kalo gitu kita mandi bareng!""Apa?" sahut Kanaya, disertai mata yang membelalak lebar."Iya mandi bareng, Sayang. Kaya waktu di hotel, kamu mau 'kan?"Mau tak mau, Kanaya menyetujui permintaan Alan. Jika dia menolak pun Kanaya yakin Alan akan memaksa. Kanaya kemudian menganggukkan kepalan, disertai rona wajah yang memerah. Mereka baru saja menyelesaikan sesi bercintanya beberapa menit yang lalu, dan Alan meminta hal itu kembali.Tanpa aba-aba, Alan mengangkat tubuh Kanaya, lalu mereka masuk ke dalam kamar mandi. Dia kemudian menyalakan shower agar sensasinya terasa lebih nikmat.Kini, desahan dan erangan itu kembali terdengar secara bersamaan, seolah saling berlomba dengan suara gemercik air shower kamar mandi yang mendominasi ruangan berdinding marmer itu.Hentakan demi hentakan dari Alan, membuat Kanaya berulang kali berteriak. Era

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 70

    "Kanaya, tolong katakan pada Oma. Apa yang sebenarnya terjadi?" cecar Oma Dahlia, disertai wajah yang memerah.Jujur saja, dia takut. Jika Kenan membenci Arumi, seperti yang sudah lama dia khawatirkan."Oma nggak ada apa-apa, Kenan cuma lagi kesel, Mama sering ninggalin dia. Oma percaya ya, sama Kanaya."Kenan hendak protes mendengar penjelasan Kanaya pada Oma Dahlia. Namun, saat Kenan hendak membuka suaranya, tiba-tiba ponsel Oma Dahlia berbunyi.Wanita paruh baya itu pun berjalan menjauh dari kedua cucunya, untuk mengangkat panggilan itu terlebih dulu.Sedangkan Kanaya, tampak menoleh pada Kenan sembari menatap mata bocah kecil itu lekat."Kenan, tolong jangan bilang kayak gitu dulu sama Oma. Kamu tahu 'kan, Opa lagi sakit. Apa Kenan mau kondisi Opa memburuk kalau sampai tahu hal ini?"Kenan menggelengkan kepalanya, lalu Kanaya mengusap rambut bagian atasnya."Nah itu namanya anak pintar. Kalau begitu, kita harus jaga rahasia ini dulu ya. Kita tunggu waktu yang tepat buat kasih tahu

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 69

    "Tante Chyntia kenapa ketawa-ketawa sendiri gitu?" tanya Kanaya ketika baru keluar dari ruang kerja Alan.Mendengar suara Kanaya, Chyntia pun mengangkat wajah. Lalu, tersenyum dan pura-pura bersikap ramah pada Kanaya."Ini, habis liat film lucu."Bibir Kanaya pun membulat. "Oh, ya udah mulai kerja lagi ya, waktu istirahat udah abis, 'kan? Jangan ketawa-ketawa mulu, ntar jadi kuntilanak loh.""Iya Non Kanaya," jawab Chyntia, sembari tersenyum, dan menatap Kanaya yang berlalu dari hadapannya. Setelah Kanaya berjalan cukup jauh, Chyntia mengumpat kesal padanya."Sok bossy banget sih!"Kanaya sedikit melirik, dan melihat Chyntia bibirnya tampak sedang komat-kamit. Kanaya tahu, Chyntia pasti kesal padanya."Ck, dasar wanita gatel!" gumam Kanaya, sembari terus berjalan, menuju ke basement parkir.Setengah jam kemudian, Kanaya pun sudah sampai di rumah, dan mendapati Oma Dahlia saat ini tengah bermain bersama Kenan di ruang tengah."Kak Naya habis dari mana?" pekik Kenan, sembari berlari, d

DMCA.com Protection Status