Share

Bab 23

Penulis: Miss Secret
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-06 08:16:11

Alan yang mendengar ungkapan suka dari Kanaya pun terkekeh. "Kamu suka sama laki-laki berumur kaya Papa?" sahut Alan. Lalu, dijawab anggukkan kepala malu-malu kucing oleh Kanaya.

Alan pun kembali terkekeh. Dia kemudian membelai wajah putih Kanaya yang malam ini terlihat begitu cantik.

"Pa, kita pulang sekarang. Mama pasti udah nunggu." Alan menganggukkan kepalanya, lalu mengendarai mobilnya kembali.

Sepanjang perjalanan, keduanya terdiam. Dalam benak Alan, dan Kanaya, mereka terlalu sibuk memikirkan apa yang terjadi.

Semua terasa mengalir begitu saja. Kanaya tentunya masih tak menyangka semua ini akan terjadi. Dicium oleh oleh laki-laki yang dia cintai, sungguh membuat dirinya melayang. Meskipun, lelaki tersebut adalah ayah angkatnya.

Kanaya pikir, memiliki hubungan lebih dengan Alan adalah sesuatu hal yang mustahil. Kanaya juga berpikir, jika Alan sangatlah mencintai Arumi, dan tidak pernah tertarik pada wanita lain. Namun, nyatanya tidak.

Melihat Kanaya yang terdiam. Perlahan, Alan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 24

    Arumi mengetuk kamar Kanaya, tapi tak ada sahutan. Beberapa detik kemudian, pintu kamar itu pun terbuka. Namun, bukan Kanaya yang keluar, tapi seorang pembantu rumah tangga yang kemungkinan baru saja membersihkan kamar tersebut."Bi Asih, Kanaya mana?""Non Kanaya di bawah, lagi masak sarapan. Kata Non Kanaya dia saja yang masak sarapan, terus bibi suruh bersihin kamar."Arumi pun menganggukkan kepala mendengar penuturan Bi Asih. "Sepertinya, Kanaya memang bisa diandalkan," gumamnya lirih, disertai sebuah ide yang tiba-tiba terlintas dalam benaknya. Arumi kemudian bergegas kembali ke kamarnya, lalu mendekat pada Alan yang saat ini masih meringkuk di atas ranjang."Mas ...!"Alan tak menyahut, tentunya dia masih kesal dengan sikap semena-mena Arumi. "Mas, kamu beneran hari ini jadi ke Bandung?"Alan masih tak menyahut, dan hanya memunggungi istrinya, karena pertanyaan tersebut tak perlu dijawab. Seharusnya Arumi sudah paham bagaimana sifatnya.Alan tak pernah menunda pekerjaan karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 25

    "Lu ngaco ya? Otak lu sebenarnya waras nggak sih, Arumi?" seru Boby di dalam mobil, ketika dia sedang mengendarai mobil Arumi menuju ke lokasi untuk live.Arumi yang saat itu sedang mengoleskan lipstik seketika menoleh pada Boby. "Lu pikir, gue gila, Bob?""Ih dasar, otak lu emang kadang rada-rada ya!""Bob, gue nggak ngerti. Sebenarnya lu lagi ngomongin apaan sih?" "Arumi, lu udah lupa sama cerita lu barusan? Dasar amnesia!""Cerita gue tentang apa? Kanaya sama Mas Alan?" sahut Arumi dengan begitu polos, masih tak mengerti dengan perkataan Boby. "Ya iyalah, emang lu lagi ngomongin siapa tadi?" balas Boby ketus, saat Arumi tak juga mengerti maksudnya."Emang mereka kenapa, Bob? Perasaan gue tadi cuma bilang kalo Kanaya gue suruh temenin Mas Alan ke Bandung. Memangnya ada yang salah?""Nah itu maksud gue, Arumi. Lu udah ambil keputusan yang salah."Arumi pun menoleh kesal pada Boby, tak terima jika lelaki gemulai itu menyalahkan dirinya."Salah bagian mananya sih? Bukannya Mas Alan l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 26

    "Chyntia, ayo cepat masuk. Kita harus kejar waktu biar nggak kena macet!" perintah Alan, sembari memberi kode agar wanita itu masuk ke dalam mobilnya.Chyntia pun mengangguk, lalu melangkah masuk dalam mobil dengan kesal."Tante Chyntia kenapa mukanya jadi lesu gitu? Bukannya tadi ceria banget ya?" ledek Kanaya disertai tatapan penuh cemooh."Lesu gimana, Non Kanaya? Aku masih ceria, kok."Chyntia menoleh, sambil menyunggingkan senyum. Namun, senyuman tersebut tampak sekali begitu dipaksakan."Bagus deh, itu artinya Tante Chyntia seneng bisa ikut ke Bandung. Tante Chyntia emang loyal sama kerjaan.""Tentu saja. Saya sangat mencintai pekerjaan saya," sahut Chyntia, seolah sedang mencari muka pada Alan. Namun, jawaban tersebut diabaikan oleh Alan, dan juga Kanaya, yang saat ini justru terlihat sedang asyik sendiri.Alan menempelkan kedua telapak tangannya di pipi Kanaya. Sedangkan Kanaya, tampak mengerucutkan bibir, setelah itu, keduanya tertawa terbahak-bahak.Interaksi mereka terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 27

    "Chyntia, ayo cepat masuk. Kita harus kejar waktu biar nggak kena macet!" perintah Alan, sembari memberi kode agar wanita itu masuk ke dalam mobilnya. Chyntia pun mengangguk, lalu melangkah masuk dalam mobil dengan kesal. "Tante Chyntia kenapa mukanya jadi lesu gitu? Bukannya tadi ceria banget ya?" ledek Kanaya disertai tatapan penuh cemooh. "Lesu gimana, Non Kanaya? Aku masih ceria, kok." Chyntia menoleh, sambil menyunggingkan senyum. Namun, senyuman tersebut tampak sekali begitu dipaksakan. "Bagus deh, itu artinya Tante Chyntia seneng bisa ikut ke Bandung. Tante Chyntia emang loyal sama kerjaan." "Tentu saja. Saya sangat mencintai pekerjaan saya," sahut Chyntia, seolah sedang mencari muka pada Alan. Namun, jawaban tersebut diabaikan oleh Alan, dan juga Kanaya, yang saat ini justru terlihat sedang asyik sendiri. Alan menempelkan kedua telapak tangannya di pipi Kanaya. Sedangkan Kanaya, tampak mengerucutkan bibir, setelah itu, keduanya tertawa terbahak-bahak. Interaksi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 28

    "Ih Boby, apaan sih udah dibilangin juga! Nggak mungkin lah, Mas Alan kepincut sama Kanaya!" sahut Arumi kesal, sembari memelototkan mata. Padahal, baru beberapa saat yang lalu, dia memarahi Boby, tapi laki-laki gemulai itu, sudah mengatakan hal itu lagi. "Ya nggak harus Kanaya juga keleus, tapi bisa aja cewek lain. Sekretarisnya mungkin.""Ck, buat apa aku suruh Kanaya ikut coba? Ya buat mata-matain mereka, lah!" Boby tak menyahut, hanya mendengkus lirih. Di saat itulah, ponsel Arumi berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk dari Alan.Mas Alan :[Maaf aku, lagi rapat, Arumi. Jangan telepon dulu.]Membaca pesan tersebut, seutas senyuman pun tersungging di bibir Arumi. Dia kemudian memperlihatkan pesan dari Alan pada Boby."Nih baca sendiri, Mas Alan lagi rapat jadi dia nggak bisa angkat telepon aku."Boby mengangguk, sembari memainkan ekspresi muka, seolah sedang meledek pada Arumi."Iya ... iya, Tuan Putri.""Udah ah, gue mau beresin penampilan dulu. Habis ini, mereka jadi dateng, '

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 29

    "Apa maksud Anda, Bu Arumi? Anda sudah menandatangani kontrak dengan kami, dan Anda tidak bisa memutuskan kerja sama ini begitu saja. Anda bisa dituntut wan prestasi karena menyalahi kontrak." Arumi menghembuskan napas sepenuh dada. Jika dia dituntut kasus wan prestasi, kemungkinan Alan bisa membayar denda tersebut. Namun, itu sama saja mematikan karirnya, karena setelah itu, Arumi yakin jika suaminya pasti tidak akan mengijinkan dia untuk kembali menjadi seorang influencer. "Bagaimana Bu Arumi? Anda tetap mau membatalkan kontrak kerja sama kita?" "Maafkan atas sikap lancang saya, Pak Leo. Tadi saya sedikit emosional, karena masalah pribadi. Saya akan tetap pada komitmen awal," jawab Arumi pasrah, karena dia sudah tidak punya pilihan. Lebih tepatnya, untuk kali ini, Arumi tidak bisa memilih. "Bagus, saya harap. Kita bisa menjalin kerja sama sebaik mungkin, Bu Arumi." Arumi mengangguk, sembari tersenyum tipis. Meskipun di dalam hatinya, perasaannya begitu campur aduk. Dia ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 30

    Di sisi lain ....Selama meeting, Chyntia kali ini lebih banyak diam, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya, kecuali masalah pekerjaan. Dimas, salah seorang staf cabang perusahaan Alan di Bandung yang beberapa kali meledeknya pun dia acuhkan."Habis ini kamu mau kemana, Dimas?" tanya Alan, ketika mereka sudah selesai meeting."Mau jalan-jalan lagi dong Pak, namanya juga jomblo. Kecuali, Neng Chyntia mau temenin Abang."Dimas terkekeh, sembari melirik ke arah Chyntia yang masih terdiam. Sebenarnya, saat ini Chyntia, sedang bingung, memikirkan rencana untuk mendekati Alan. Karena saat ini, ada Kanaya bersama mereka.Chyntia ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, tapi dia masih belum menemukan cara."Neng Chyntia, nanti mau kemana? Jalan-jalan yuk, sama Abang, masa anak gadis di kamar terus sih, kaya lagi di pingit aja.""Maaf, saya sedang tidak enak badan," sahut Chyntia datar, tanpa menoleh sama sekali ke arah Dimas."Masa nggak enak badan terus sih? Padahal kan belum Aba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 31

    Entah sudah ke berapa kali, wajah Kanaya dibuat merona oleh Alan. Semua sikap yang Alan tunjukkan padanya, benar-benar membuat dia melayang. Meskipun, Kanaya pun tak tahu bagaimana perasaan Alan yang sebenarnya. Karena kata cinta itu belum pernah terucap. Namun, untuk saat ini dia benar-benar bahagia. "Kok nglamun?" tanya Alan, ketika melihat Kanaya yang terdiam. Kanaya tak menjawab, hanya kian merapatkan tubuhnya. Lebih erat, dan dekat dengan Alan."Kamu lihat pasangan yang di sana."Alan menunjuk ke bagian bawah cafe, yang terlihat dari jendela VIP room tempat mereka saat ini berada. Kanaya kemudian memperhatikan sekitar cafe tersebut. "Itu yang di pojok!" tunjuk Alan kembali."Memangnya kenapa, Pa?" tanya Kanaya saat melihat pasangan yang ada di bawah sana."Berani taruhan nggak kalau mereka backstreet?" Kanaya pun menatap Alan dengan tatapan heran."Kok Papa mikirnya gitu?""Kamu lihat aja tuh, muka mereka kaya ketakutan gitu. Mata mereka, memperhatikan setiap wajah orang yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 233

    Arumi menoleh, menatap Rain sejenak sembari menggenggam cangkir kopinya dengan kedua tangan. Sorot matanya terlihat kosong, seolah pikirannya melayang entah ke mana. Rain memperhatikannya dengan seksama, mencoba membaca ekspresi di wajah Arumi."Kamu dari tadi liatin mereka terus. kamu cemburu?" sambung Rain kembali, memperjelas pertanyaannya yang belum sempat dijawab. "Hah? Maksud kamu?""Sejak tadi, kamu merhatiin mereka terus. Kalo aku ajak ngobrol, kamu lebih banyak diam. Apa kehadiranku justru buat kamu nggak nyaman?"Arumi tersenyum tipis, mencoba terlihat biasa saja. "Nggak, aku cuma, masih butuh adaptasi dengan situasi rumah. Selain itu aku juga masih mencoba berusaha mengingat masa lalu. Aku penasaran dengan masa laluku."Rain miringkan kepala, menatapnya dalam-dalam. "Masa lalu yang berhubungan dengan Alan?"Arumi tersentak, cangkir di tangannya hampir terlepas. Dia menatap Rain dengan tatapan terkejut, lalu mengalihkan pandangannya."Kenapa tiba-tiba bawa-bawa Alan? Kenapa

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 232

    Arumi berdiri di balkon kamar, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Tatapannya terpaku pada sosok laki-laki yang baru saja melangkah masuk ke rumahnya, Alan. Pria yang diam-diam selalu mengisi pikirannya, yang kehadirannya selalu dia nantikan. Namun, juga yang seharusnya tidak dia rasakan seperti ini.Senyum Alan yang hangat membuat hatinya bergetar, tetapi dalam waktu yang sama, perasaan bersalah mencengkeramnya erat. Bagaimana bisa dia merasa bahagia melihat pria yang sebentar lagi menjadi milik adiknya?"Bukankah Kanaya sedang pergi?" batin Arumi, bersamaan dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Wanita itu kemudian menoleh, menatap Rain yang masih duduk di sofa."Rain, radi kamu bilang bawa makanan buat aku?"Rain pun mengangguk samar. Bisa dibilang, perasaannya belum baik-baik saja saat melihat sikap Arumi."Bagaimana kalau kita makan di bawah."Rain kembali mengangguk, mengiyakan permintaan Arumi. Meskipun, dia tahu maksud Arumi memintanya ke bawah, pasti karena ingi

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 231

    Kanaya mengaduk-aduk minumannya dengan gelisah, sesekali menatap ke arah luar jendela kafe. Cuaca yang panas menyengat di luar sana, menambah suasana hatinya yang sedang kacau, kian memanas. Di depannya, Ocha menyandarkan dagu di tangan, mengamati keresahan di wajah Kanaya dengan saksama."Kamu kenapa sih, Nay?""Aku ngrasa kalo Kak Arumi kayaknya nggak suka sama aku."Ocha mengernyit, berpikir sejenak sebelum bertanya, "Emangnya dari dulu dia bener-bener tulus sama lo?"Ocha pun terkekeh, lalu mendapat balasan tatapan mata tajam dari Kanaya. "Aku serius, Cha. Kalau Kak Arumi amnesia, seharusnya dia nggak inget masa lalu kita, 'kan? Tapi kenapa sikap dia gitu?""Emang, dia ngapain aja ke lo, Nay?"Kanaya mengigit bibir bawahnya, sembari mengerutkan kening. "Tadi malem waktu aku anter susu buat dia, dia malah bentak aku. Waktu kami sarapan, dia nggak bales sapaanku. Saat sarapan, dia juga cuma mau ngobrol sama Papa, terus waktu aku pamit mau pergi sama kamu, dia nggak nyahut sama sekal

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 230

    "Arumi, ibu kandung Kanaya sudah meninggal." Pak Rama menjawab dengan nada bicara rendah. Arumi pun mengernyit. Dia pikir, ibu kandungnya tak berada di rumah tersebut karena posisinya direbut oleh ibu kandung Kanaya. Namun, ternyata tebakannya salah."Arumi lebih baik kamu istirahat dulu. Biar bibi yang antar kamu. Bi tolong antarkan Arumi ke kamar!" perintah Pak Rama.Seorang pembantu rumah tangga lalu mendekat ke arah mereka. Kemudian mengantarkan Arumi ke kamarnya."Non Arumi kalo ada apa-apa, Non bisa panggil bibi ya!" ujar pembantu rumah tangga tersebut setelah mereka berada di dalam kamar Arumi. Wanita itu pun mengangguk perlahan, lalu mengamati sekeliling kamarnya. Arumi menarik napas dalam, merasakan aroma lembut dari ruangan yang terasa begitu asing, tapi entah mengapa juga familiar.Pandangan Arumi menyapu sekeliling. Dinding-dinding berwarna pastel, rak buku kecil di sudut ruangan, dan tirai putih yang bergoyang perlahan diterpa angin dari jendela yang sedikit terbuka. Se

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 229

    "Ka-kamu?" "Kak Arumi, ini Naya. Adik Kak Arumi. Adik tiri Kak Arumi."Arumi seketika berdiri membatu mendengarnya, tatapannya kosong, pikirannya kalut. Tangannya gemetar, mencengkeram ujung gaun yang dia kenakan seolah itu satu-satunya pegangan agar dia tidak jatuh ke dalam jurang kekecewaan. Napasnya pendek dan tersendat, berusaha menenangkan badai yang berkecamuk di dadanya. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin dunia sekejam ini padanya? Baru saja dia mengingat Alan sebagai suaminya, meskipun kini ternyata telah berstatus sebagai mantan, tapi lagi-lagi dia harus ditampar kenyataan pahit jika calon istri mantan suaminya adalah adiknya sendiri, Kanaya.Alan, satu-satunya sosok yang membuat hatinya bergetar, dan membuat Arumi sepintas mengingat masa lalu, ternyata akan menikah dengan wanita lain.Mengetahui hal tersebut saja sudah cukup menyakitkan. Namun yang menghancurkan hatinya saat ini adalah kenyataan bahwa perempuan itu adalah adiknya sendiri.Detik itu juga, Arumi ingin mara

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 228

    Rain menatap sendu ke luar jendela pesawat, memperhatikan awan-awan yang berarak seperti gumpalan kapas tak berujung. Cahaya senja membias di antaranya, menciptakan gradasi jingga yang seharusnya terasa hangat, tetapi baginya hanya menghadirkan kehampaan.Di balik kaca tebal itu, dunia tampak begitu tenang. Tidak seperti hatinya yang berkecamuk. Napasnya pelan, nyaris seperti bisikan, seiring pikirannya melayang ke daratan yang perlahan menjauh di bawah sana. Ke rumah yang kini terasa asing. Ke wanita yang selalu dia panggil dengan penuh kasih, tapi kini seolah tak lagi mengenalnya.Arumi mengalami amnesia sejak kecelakaan itu. Dia tahu prosesnya sampai pada detik ini tidak akan mudah, tapi Rain tak pernah membayangkan, bahwa yang kembali dalam ingatan perempuan itu bukanlah dirinya, melainkan lelaki lain, Alan, mantan suaminya."Aku ingat dia Alan. Kami dulu pernah menikah dan memiliki dua orang anak."Perkataan itu terus terngiang dalam benak Rain, dan yang membuat hatinya kian mema

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 227

    Di sisi lain, Rain melangkah memasuki lobi hotel dengan tergesa-gesa. Napasnya masih memburu setelah bergegas ke tempat ini begitu mendapat kabar dari Alan. Pandangannya menyapu ruangan, mencari sosok yang sejak tadi memenuhi pikirannya—Arumi.Alan meneleponnya sejam yang lalu, suaranya berat dan tegang. "Aku sudah berhasil membawa Arumi keluar dari rumah sakit. Dia aman sekarang. Aku membawanya ke hotel ini." Itu saja yang Alan katakan sebelum menutup telepon.Setelah menyelesaikan urusannya dengan Kakek Wang dan Stela, Rain bergegas menuju ke hotel, tempat Arumi dan Alan saat ini berada.Tanpa banyak bicara, Rain melangkah menuju lift, hatinya berdebar kencang saat mengetuk pintu kamar hotel tersebut.Tak berapa lama, pintu kamar terbuka, Rain mendapati Alan berdiri di depannya."Di mana Arumi?""Di dalam, kamu masuk saja temani dia bicara, atau menonton televisi. Dia terlihat bimbang, dan mengatakan kesulitan untuk tidur."Rain pun mengangguk, lalu bergegas masuk ke kamar tersebut

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 226

    Kanaya menatap langit-langit kamar dengan mata yang tetap terbuka meski malam sudah begitu larut. Lampu tidur di sudut ruangan memancarkan cahaya redup, menciptakan bayangan samar di dinding. Namun, bukan gelap yang membuatnya sulit memejamkan mata, melainkan bayangan di dalam pikirannya sendiri.Pikirannya terus melayang pada satu sosok Alan, dan yang lebih menyakitkan, pada perempuan yang saat ini sedang bersamanya, Arumi.Sejujurnya Kanaya menyadari jika tidak sepantasnya dia memiliki perasaan tak nyaman seperti ini. Arumi adalah kakaknya, dan Alan datang ke Shanghai dengan tujuan menyelamatkan Arumi, tidak lebih. Namun, bagaimanapun juga Arumi adalah mantan istri Alan. Kenyataan itu, tak bisa lepas dan membuat kecemburuan tersendiri di dalam hatinya.Kanaya menghela napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan yang semakin memenuhi dada. Dia ingin percaya, ingin berpikir bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan. Namun, mengapa hatinya tetap saja berdegup tak karuan?Kanaya berusaha m

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 225

    Kakek Wang bergegas mengambil ponsel Rain yang menunjukkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan Stela."Kakek, Rain bohong, bukti-bukti itu palsu!" seru Stela, mencoba meyakinkan kakeknya. Namun, pria paruh baya itu tak bergeming, dan tetap melihat semua bukti-bukti tersebut.Stela berniat mendekat, untuk mengambil ponsel milik Rain. Namun, buru-buru dicegah oleh dua orang bodyguard Kakek Wang.Sementara itu, bisik-bisik mulai menyebar di antara para tamu. Beberapa orang mencoba mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi, sementara yang lain memilih menjauh, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dalam hitungan menit, suasana kian tegang. Tuan rumah yang semula tersenyum ramah kini terlihat gelisah, keringat dingin membasahi dahinya."Ada apa?" tanya seseorang dengan suara hati-hati.Namun, sebelum ada jawaban, seorang anggota keluarga tuan rumah memberi isyarat agar para tamu segera meninggalkan tempat. Tanpa banyak bertanya, mereka mulai beringsut keluar, beberapa dengan langkah ter

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status