Share

Bab 28

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2024-10-08 05:41:24

"Ih Boby, apaan sih udah dibilangin juga! Nggak mungkin lah, Mas Alan kepincut sama Kanaya!" sahut Arumi kesal, sembari memelototkan mata. Padahal, baru beberapa saat yang lalu, dia memarahi Boby, tapi laki-laki gemulai itu, sudah mengatakan hal itu lagi.

"Ya nggak harus Kanaya juga keleus, tapi bisa aja cewek lain. Sekretarisnya mungkin."

"Ck, buat apa aku suruh Kanaya ikut coba? Ya buat mata-matain mereka, lah!" Boby tak menyahut, hanya mendengkus lirih.

Di saat itulah, ponsel Arumi berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk dari Alan.

Mas Alan :

[Maaf aku, lagi rapat, Arumi. Jangan telepon dulu.]

Membaca pesan tersebut, seutas senyuman pun tersungging di bibir Arumi. Dia kemudian memperlihatkan pesan dari Alan pada Boby.

"Nih baca sendiri, Mas Alan lagi rapat jadi dia nggak bisa angkat telepon aku."

Boby mengangguk, sembari memainkan ekspresi muka, seolah sedang meledek pada Arumi.

"Iya ... iya, Tuan Putri."

"Udah ah, gue mau beresin penampilan dulu. Habis ini, mereka jadi dateng, '
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 29

    "Apa maksud Anda, Bu Arumi? Anda sudah menandatangani kontrak dengan kami, dan Anda tidak bisa memutuskan kerja sama ini begitu saja. Anda bisa dituntut wan prestasi karena menyalahi kontrak." Arumi menghembuskan napas sepenuh dada. Jika dia dituntut kasus wan prestasi, kemungkinan Alan bisa membayar denda tersebut. Namun, itu sama saja mematikan karirnya, karena setelah itu, Arumi yakin jika suaminya pasti tidak akan mengijinkan dia untuk kembali menjadi seorang influencer. "Bagaimana Bu Arumi? Anda tetap mau membatalkan kontrak kerja sama kita?" "Maafkan atas sikap lancang saya, Pak Leo. Tadi saya sedikit emosional, karena masalah pribadi. Saya akan tetap pada komitmen awal," jawab Arumi pasrah, karena dia sudah tidak punya pilihan. Lebih tepatnya, untuk kali ini, Arumi tidak bisa memilih. "Bagus, saya harap. Kita bisa menjalin kerja sama sebaik mungkin, Bu Arumi." Arumi mengangguk, sembari tersenyum tipis. Meskipun di dalam hatinya, perasaannya begitu campur aduk. Dia ke

    Last Updated : 2024-10-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 30

    Di sisi lain ....Selama meeting, Chyntia kali ini lebih banyak diam, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya, kecuali masalah pekerjaan. Dimas, salah seorang staf cabang perusahaan Alan di Bandung yang beberapa kali meledeknya pun dia acuhkan."Habis ini kamu mau kemana, Dimas?" tanya Alan, ketika mereka sudah selesai meeting."Mau jalan-jalan lagi dong Pak, namanya juga jomblo. Kecuali, Neng Chyntia mau temenin Abang."Dimas terkekeh, sembari melirik ke arah Chyntia yang masih terdiam. Sebenarnya, saat ini Chyntia, sedang bingung, memikirkan rencana untuk mendekati Alan. Karena saat ini, ada Kanaya bersama mereka.Chyntia ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, tapi dia masih belum menemukan cara."Neng Chyntia, nanti mau kemana? Jalan-jalan yuk, sama Abang, masa anak gadis di kamar terus sih, kaya lagi di pingit aja.""Maaf, saya sedang tidak enak badan," sahut Chyntia datar, tanpa menoleh sama sekali ke arah Dimas."Masa nggak enak badan terus sih? Padahal kan belum Aba

    Last Updated : 2024-10-08
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 31

    Entah sudah ke berapa kali, wajah Kanaya dibuat merona oleh Alan. Semua sikap yang Alan tunjukkan padanya, benar-benar membuat dia melayang. Meskipun, Kanaya pun tak tahu bagaimana perasaan Alan yang sebenarnya. Karena kata cinta itu belum pernah terucap. Namun, untuk saat ini dia benar-benar bahagia. "Kok nglamun?" tanya Alan, ketika melihat Kanaya yang terdiam. Kanaya tak menjawab, hanya kian merapatkan tubuhnya. Lebih erat, dan dekat dengan Alan."Kamu lihat pasangan yang di sana."Alan menunjuk ke bagian bawah cafe, yang terlihat dari jendela VIP room tempat mereka saat ini berada. Kanaya kemudian memperhatikan sekitar cafe tersebut. "Itu yang di pojok!" tunjuk Alan kembali."Memangnya kenapa, Pa?" tanya Kanaya saat melihat pasangan yang ada di bawah sana."Berani taruhan nggak kalau mereka backstreet?" Kanaya pun menatap Alan dengan tatapan heran."Kok Papa mikirnya gitu?""Kamu lihat aja tuh, muka mereka kaya ketakutan gitu. Mata mereka, memperhatikan setiap wajah orang yang m

    Last Updated : 2024-10-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 32

    BEBERAPA TAHUN SEBELUMNYA .... Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan sekarang Arumi sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Setelah pertengkarannya tadi sore dengan Alan, Arumi merasa penat. Jadi, ketika Kanaya sudah tertidur, Arumi memutuskan untuk keluar dari rumah. Saat ini, Alan memang sedang pergi ke Singapura, untuk urusan bisnis. Karena itulah, Arumi merasa bebas. Sebenarnya, Alan meminta Arumi ikut ke Singapura, untuk melakukan cek kesehatan reproduksi mereka berdua. Memang, sudah beberapa tahun belakangan ini, Alan meminta Arumi untuk melakukan program hamil. Akan tetapi, Arumi tak mau jiwa bebasnya terkekang. Itulah sebabnya, dulu Arumi mengadopsi Kanaya, sebagai anak angkatnya, karena dia tidak suka hamil, dan melahirkan. Sejak menikah dengan Alan, Arumi memang tidak suka dikekang dengan berbagai peraturan, dan untungnya Alan selalu bersedia mengalah untuknya. Namun, tidak dengan keturunan, karena kedua orang tua mereka juga selalu menuntut

    Last Updated : 2024-10-09
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 33

    Tanpa banyak berpikir panjang, pemuda bernama Rain itu mengambil kunci mobil milik Arumi di dalam tas, lalu mengendarai mobil tersebut, menuju ke hotel, yang ada di depan club malam tempat saat ini mereka berada.Rain sengaja membawa mobil itu, agar saat Arumi bangun, dia bisa langsung pergi dengan mengendarai mobilnya, tanpa harus pergi ke club malam itu kembali.Sesampainya di hotel tersebut, Rain memesan kamar, dan memapah tubuh Arumi, ke dalam kamar yang sudah dipesan olehnya. Kala itu, Arumi sudah bisa membuka mata, tapi masih belum sepenuhnya sadar. Beberapa kali mulutnya pun terdengar merancau tidak jelas.Arumi yang tak masih dalam pengaruh alkohol, hanya bisa pasrah berjalan dalam dekapan Rain, menyusuri koridor hotel menuju ke kamarnya."Ini kamar kamu, Mba. Kamu istirahat di dalam dulu ya," ujar Rain, saat mereka sudah ada di depan pintu kamar tersebut.Entah mengerti atau tidak dengan yang dikatakan oleh Rain, Arumi hanya menganggukkan kepala."Ayo, kita masuk ke kamarmu.

    Last Updated : 2024-10-10
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 34

    "Aaaaa ...!" Boby sontak berteriak ketika Arumi mengakhiri kisahnya, tentang kejadian buruk yang dia alami beberapa tahun silam. Arumi pun bergegas membekap mulut Boby, hingga membuat lelaki gemulai itu susah untuk bernapas."Arumi lepas!" protes Boby dengan artikulasi yang tidak terlalu jelas, tapi dapat dimengerti oleh Arumi."Janji dulu nggak usah teriak-teriak lebay gitu!"Boby pun mengangguk cepat, agar Arumi bisa melepaskan bekapannya. Detik selanjutnya, Arumi pun menarik telapak tangannya dari mulut Boby. Lelaki itu kini terlihat terengah-engah disertai deru napas patah-patah setelah terbebas dari bekapan tangan Arumi.Reflek Arumi pun melotot tajam ketika Bobby mulai membuka mulutnya, seolah mengisyaratkan agar Bobby mengerem mulut itu agar tidak berbicara terlalu keras."Iya gue ngerti!" tukas Boby, sembari menarik tubuhnya ke belakang, agar Arumi tidak membekapnya lagi."Makanya jangan keras-keras, ini rahasia kita berdua, Boby. Cukup kita berdua aja yang tahu."Boby pun men

    Last Updated : 2024-10-10
  • Simpanan Ayah Angkat   35

    Chyntia menggelengkan kepalanya. "Ah nggak mungkin. Mereka cuma bapak, dan anak. Wajar aja kalo mereka gandengan tangan," gerutu Chyntia sambil terus berjalan di belakang Kanaya, dan Alan.Sebenarnya, Chyntia tidak nyaman, karena ayah, dan anak itu, terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Seolah, tak menganggap dirinya ada. Namun, Chyntia tak mau menyerah. Dalam benaknya, Chyntia harus bisa mencari kesempatan, agar bisa berdua dengan Alan.Saat ini, mereka sudah duduk di restoran yang ada di bagian bawah hotel. Alan, dan Kanaya duduk bersebelahan. Sedangkan Chyntia duduk di depan Alan.Chyntia hanya bisa tersenyum getir, melihat mereka yang masih saja mengabaikan keberadaan dirinya. Bahkan, ketika memesan makanan, Alan sama sekali tak menanyakan pesanan Chyntia."Oh iya, sampe lupa ada Tante Chyntia." Kanaya yang baru saja memberikan buku menu pada pelayan yang berdiri di dekat mereka, tersenyum getir.Chyntia pun hanya mengulum senyum simpul. "Tante Chyntia udah pesen makanannya belu

    Last Updated : 2024-10-11
  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 36

    Arumi tersenyum manis. Sebuah senyuman yang sebenarnya cukup dipaksakan. Sedangkan Rain, tampak menelisik penampilan Arumi, dari atas rambut, sampai ujung kaki.Seutas senyum pun tersungging di bibir lelaki itu. Wanita yang berdiri di depannya, memang selalu sukses membuat Rain terpana akan kecantikannya."Bis kita ngobrol sebentar?" tanya Arumi kembali.Rain pun mengangguk, lalu memberikan kode pada Arumi agar masuk ke dalam unit apartemennya. "Terima kasih."Arumi masuk, diikuti Rain yang berjalan di belakangnya. "Kamu duduk dulu, aku mau ambil baju.""Iya," jawab Arumi, sembari menahan perasaan campur aduk. Rasanya sungguh berat bersikap manis di depan orang yang dia benci. Namun, Arumi harus melakukan itu.Setelah Rain masuk, Arumi memindai pandangannya ke seluruh sudut apartemen, yang terlihat cukup rapi, untuk ukuran apartemen seorang lelaki."Mau minum apa?" tanya Rain ketika keluar dari dalam kamar, setelah mengenakan pakaiannya."No thanks." Mendengar jawaban Arumi, Rain pun

    Last Updated : 2024-10-11

Latest chapter

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 136

    Tubuh Pak Rama membeku, dia tak tahu maksud dari perkataan Alan yang memintanya untuk menyelamatkan anak kandungnya. Namun, dia justru menyebut nama Kanaya. "Kanaya itu cucuku, Alan."Kanaya adalah putri Anda, dengan Cempaka Lestari. Dia anak kandung yang selama ini Anda cari ...!"Tubuh Pak Rama bergetar hebat, kakinya melemas seakan tak sanggup menahan tubuhnya. Sungguh, semua di luar ekspektasinya. Bahkan, Pak Rama hampir saja ambruk.Akan tetapi, Alan dengan gerakkan cepat menahan tubuh pria paruh baya itu, dan meminta masuk ke mobilnya."Cepat, Pa! Kita udah nggak punya banyak waktu!"Pak Rama pun mengangguk, lalu mengikuti Alan masuk ke mobil, dan duduk di samping Alan dengan segala rasa yang bergumul di dada. Hancur, marah, dan kecewa pada dirinya sendiri.Kanaya, gadis yang selama ini dia anggap, dan sayangi sebagai cucunya, ternyata adalah anak kandungnya dengan Cempaka. Di sisi lain, hatinya pun bertanya-tanya, apakah Arumi, dan Dahlia tahu hal ini? Ataukah mereka memang se

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 135

    Malam ini terasa begitu hening. Napas Bu Dahlia tercekat, berusaha tetap tenang meski detak jantungnya menggema di telinganya.Langit yang tadinya cerah kini tertutup mendung kelabu, seakan menyatu dengan rasa gelisah yang menggantung di dadanya. Jemarinya gemetar, menggenggam ponsel yang layar kacanya memperlihatkan pesan terakhir yang baru saja diterima."Aku di sini, dan aku melihatmu."Matanya terbelalak, menoleh cepat ke sekeliling. Tak ada siapa pun. Hanya suara angin yang mendesir pelan di antara dedaunan, namun rasanya seperti berbisik ancaman di telinganya. Bu Dahlia melangkah mundur, perlahan, takut suara langkahnya mengundang sesuatu yang tak diinginkan. Namun, di balik keheningan itu, ia mendengar suara lain, tawa seorang wanita yang terdengar begitu kencang.Suara itu semakin keras. Bu Dahlia menahan napas, tubuhnya kaku seperti membatu. Di dadanya, rasa takut bertumpuk hingga membuatnya hampir menangis."TIDAK ...!""Dahlia, kamu kenapa?"Bahu Bu Dahlia terguncang. "Bagu

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 134

    Semua berawal dari sebuah unggahan anonim yang tiba-tiba viral di media sosial. Unggahan itu memuat bukti foto dan video yang sangat sensitif. Dalam waktu satu jam, konten tersebut pun sudah dilihat ribuan viewer. Komentar demi komentar buruk pun menyerbu, merajalela menuduh dua insan manusia itu seolah tanpa memiliki moral."Naya, apa benar kamu simpanan Papa angkat kamu?" Ocha kembali mengulang pertanyaannya saat Kanaya tak menjawab.Kanaya yang tak tahu apa yang terjadi di luar sana, tak bisa menjawab. Hanya ada berbagai tanda tanya yang memenuhi isi kepalanya."Cha, kenapa lo tanya gitu?""Naya sekarang lo buka akun medsos. Lo lihat sendiri, skandalnya sudah tersebar di mana-mana!"Tubuh Kanaya seketika menegang, sekarang dia baru tahu mengapa Ocha begitu panik. "Gue belum liat beritanya, Cha."Helaan napas berat pun terdengar di ujung sambungan telepon. "Nay, lo sekarang jadi bahan pembicaraan netizen. Semua hujat lo, kalo berita itu nggak bener, lo buruan kasih klarifikasi de

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 133

    "Naya, sebenarnya Mama cuma mau minta tolong satu hal."Kening Kanaya mengernyit, ada rasa cemas yang merambat ke dalam hatinya, jika Arumi meminta hal yang ada hubungannya dengan Alan."Tentang Papa?" Kanaya berusaha menebak terlebih dulu. Namun Arumi menggeleng, dan hal tersebut, tentunya membuat Kanaya merasa lega.Arumi kemudian menggenggam jemari Kanaya, sembari menatapnya dengan sorot mata sayu."Naya, tahu kan, kamu satu-satunya orang yang Mama percaya."Kanaya pun mengangguk. "Naya, setelah kamu tahu semua tentang rahasia Mama, apa kamu pernah kasih tau ke Papa?"Kanaya kini mulai mengerti, maksud perkataan Arumi beberapa saat yang lalu. Kanaya yakin, pasti Arumi merasa khawatir jika Kanaya menceritakan rahasianya pada Alan. Jadi, dia seolah mengungkit kebaikannya di masa lalu, agar Kanaya setidaknya tahu balas budi."Naya nggak pernah kasih tahu siapapun, Ma. Mama udah banyak berjasa buat hidup Naya, jadi Naya tahu hal-hal mana saja yang dirahasiakan, dan mana yang harus dice

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 132

    Di dalam kamar tidur yang gelap dengan hanya sedikit cahaya bulan yang masuk melalui jendela.Suasana tampak hening, tapi penuh ketegangan. Suara jam berdetak menjadi latar belakang yang menambah kesan sunyi.Pak Rama, masih duduk di tepi tempat tidur, matanya terbuka lebar meskipun malam sudah larut. Dia tampak memikirkan sesuatu, alisnya berkerut, dan tatapannya kosong, tetapi sesekali melirik istrinya yang sedang tidur gelisah di sampingnya.Tiba-tiba, Bu Dahlia berteriak keras dalam tidurnya. "Tidak! Jangan ... aku tidak bermaksud ...!"Bu Dahlia terbangun dengan napas terengah-engah. Wajahnya berkeringat, matanya membelalak, jelas sekali ia baru saja mengalami mimpi buruk. Dia kemudian duduk di tepi ranjang, mengusap wajah dengan kedua tangannya, mencoba menenangkan diri.Pak Rama menoleh cepat, tetapi dia tetap duduk diam, memerhatikan istrinya dengan pandangan curiga.Pak Rama mulai membuka suara dengan nada tenang, tetapi penuh intimidasi. "Apa yang kamu mimpikan, Dahlia? Kede

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 131

    Malam itu, hujan turun rintik-rintik, menambah keheningan yang mencekam di dalam sebuah kamar.Arumi berdiri, di jendela tepi balkon kamar. Tangannya yang menggenggam ponsel, tampak bergetar. Matanya terpaku pada pemandangan di layar ponsel, di mana Alan, pria yang selama ini dia yakini sangat mencintainya, saling menindih dengan wanita yang sudah dia angkat sebagai putrinya sendiri.Detik itu, dia melihat bagaimana tangan Alan menyentuh wajah Kanaya dengan lembut. Lalu, tanpa ragu, pria itu mendekat dan mencium wanita tersebut. Ciuman yang penuh kehangatan, ciuman yang dulu hanya dia miliki.Dunia seakan runtuh di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang. Namun, entah mengapa tubuhnya terasa beku, tak mampu bergerak. Matanya panas, air mata mendesak keluar, tetapi ia menahannya sekuat tenaga. Ia tak ingin membuat suara, tak ingin merusak momen itu.Perasaan sakit menyeruak, seperti ribuan jarum menusuk hatinya. Dia ingin berteriak, meluapkan emosi yang membuncah. Namun, yang keluar ha

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 130

    Keesokan Harinya ....Di depan sebuah sekolah yang ramai. Seorang pria, berusia hampir40-an, mengenakan kemeja rapi yang terlihat sederhana, berdiri di samping seorang perempuan muda, berusia 18 tahunan, dengan rambut diikat dan mengenakan pakaian casual, tapi anggun. Mereka sedang menunggu di dekat gerbang sekolah.Tak berapa lama, seorang anak laki-laki keluar dari kerumunan siswa, dengan ransel besar di punggungnya, dan tersenyum lebar ketika melihat kedua sosok yang menunggu."Papa ... Kak Naya ...!" Pria itu merendahkan tubuhnya untuk menyambut sang anak, lalu mengacak-acak rambutnya dengan kasih sayang. Begitu pula, perempuan di sampingnya yang juga memberikan senyuman hangat."Seneng banget deh, bisa dijemput Kak Naya sama Papa.""Kita makan siang bareng ya, kebetulan jam kuliah Kak Naya hari ini kosong, diganti hari yang lain.""Hore ... makan siangnya, Kenan yang pilih ya!" pekik bocah tersebut.Alan, dan Kanaya pun mengangguk. Mereka bertiga kemudian berjalan ke arah mobil,

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 129

    Wanita itu duduk di sudut kamar, cahaya remang-remang dari lampu meja menyoroti wajahnya yang lelah. Matanya sembab, penuh jejak air mata yang seakan tak lagi bisa ditahan.Janji-janji manis yang dulu membuatnya terbang kini terasa seperti belati yang menusuk perlahan. Kata-kata penuh harapan berubah menjadi kebohongan yang membakar kepercayaannya. Ia terjebak dalam pusaran pikiran yang terus mengulang, “Mengapa aku percaya? Mengapa aku begitu bodoh?”"Kenapa aku bisa kehilangan uang sebanyak itu?"Kesunyian malam menjadi saksi bisu dari kekacauan yang bergejolak di dalam dirinya. Dia ingin berteriak, ingin melarikan diri dari rasa sakit ini, tetapi kakinya terasa lumpuh. Frustrasi itu menelannya hidup-hidup, membuatnya merasa kecil, rapuh, dan tak berdaya. Di balik amarah dan kecewa, ada luka dalam yang tak bisa ia sembuhkan seorang diri.Di tengah rasa sakit, dan hancur yang melanda dirinya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Wanita itu tak menyahut, tapi detik berikutnya, pintu kama

  • Simpanan Ayah Angkat   Bab 128

    "Dia? Bukankah ...?""Kenapa dia ada di sini?"Kanaya bergumam lirih, sembari melontarkan berbagai pertanyaan di bibirnya. Namun, ketika Kanaya sedang hanyut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada panggilan yang masuk.[Halo, iya, Pa.][Sayang, Papa udah di luar.][Oke, tunggu bentar ya, Pa. Aku lagi di toilet.]Setelah Kanaya menutup panggilan tersebut, ketika hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya."Naya ...!" Kanaya seketika menutup mata, tatkala mengenali suara yang memanggilnya. Padahal, dia sudah menghindar. Namun, entah mengapa, Arga selalu mengetahui keberadaan dirinya. Laki-laki itu, seolah memiliki radar untuk mengetahui di mana Kanaya berada.Kanaya pun menoleh, lalu tersenyum pada Arga yang kini sudah berdiri di depannya."Nay, aku anter, ya.""Nggak usah, aku udah dijemput Papa di depan. Aku keluar dulu ya, Kak," pamit Kanaya, lalu bergegas pergi meninggalkan Arga begitu saja."Kanaya, tunggu. Aku mau ng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status