Bab 114Menerima Fikri*******Pagi-pagi sekali, Bu Bejo dan Intan sudah menyiapkan sarapan pagi. Sedangkan Yana disibukkan dengan Dila yang ngotot ingin berangkat ke sekolah. Yana sudah meminta izin kepada Asri kalau hari ini dan beberapa hari ke depan tidak bisa masuk di karenakan akan berangkat ke Kota Jambi untuk menemui Arka dan Fikri.Asri memberi izin dan memberi support pada Yana agar percaya pada keadilan."Percaya sama Mbak. Kamu akan memenangkan hak asuh Dila. Arif tidak akan mendapatkan Dila saat ini," ujar Asri mengusap bahu Yana ketika perempuan berstatus janda itu menangis di hadapan Asri."Yana takut, Mbak. Yana khawatir kalau setelah berusia 17 tahun, Dila akan tinggal bersama Mas Arif. Itu berarti, Yana berpisah dengan Dila," sahut Yana ditengah isak tangisnya."Yana, 15 tahun itu bukanlah waktu yang sebentar. Kamu dan Dila sudah saling mengisi. Diusia itu, Dila sudah besar, bahkan sudah matang. Dia pasti bisa mengambil sikap. Yang terpenting, saat ini, Dila bersama
Bab 115*****Bu Indah mempersilahkan tamunya untuk makan siang bersama. Setelah itu, mereka langsung istirahat menjelang Fikri pulang dari dinas."Ada masalah apa, Nak?" Bu Indah menghampiri Yana yang sedang duduk di ruang tamu."Masalah?" Yana mengerutkan keningnya."Ibu yakin, kalian sedang dalam masalah. Ada apa?" Bu Indah menatap Yana dengan seksama.Yana yang memang merasa nyaman berada di samping Bu Indah segera berhambur memeluknya. Ia pun terisak menangis di pelukan Bu Indah. Bu Indah mengusap punggung Yana dengan lembut. Perempuan yang pernah menjalani hidup dalam kesulitan bersamanya itu adalah harapan Bu Indah untuk menjadi menantunya."Mas Arif mau ambil hak asuh Dila, Bu!" ujar Yana menyeka air matanya."Arif? Bagaimana mungkin?" Bu Indah mengerutkan keningnya."Mas Arif kemarin kemari. Dia mau ambil Dila secara baik-baik. Tapi Yana tolak. Mas Arif mengancam akan membawa ke pengadilan!" sahut Yana masih dengan Isak tangisnya."Keterlaluan! Bisa-bisanya dia mau ambil hak
Bab 116Perasaan yang berbeda*****"Sayang, Papa ganti baju dulu. Setelah itu kita jalan-jalan, ya," ujar Fikri membujuk Dila dengan lembut.Dila mengangguk dan duduk di sofa. Di samping Bu Indah. "Fikri ganti baju dulu ya, Pak! Bu!" ujar Fikri memberi hormat pada Pak Bejo dan istrinya.Pasangan suami istri itu tersenyum. Mereka melanjutkan mengobrol ringan. Bu Indah sangat bahagia dikunjungi oleh Yana dan keluarganya. Karena dalam keseharian, Bu Indah hanya berdua dengan Fikri. Untuk mengusir kebosanan, terkadang Bu Indah ikut bantu-bantu di restoran."Sering-sering ke sini ya, Pak! Bu! Saya suka rumah dalam keadaan ramai," ujar Bu Indah.Fikri telah selesai berganti pakaian. Segera bergabung bersama ibunya dan keluarga Yana.Yana mengingat satu hal, dulu, Fikri suka meminta ibunya untuk membuatkan kopi jika sedang ngobrol seperti saat ini.Yana beranjak ke dapur. Membuat kopi untuk Fikri. Senyum terus terbit dari wajahnya. Yana sering tersenyum jika mengingat senyum yang Fikri l
Bab 117********Yana terbangun ketika jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Yana merasa tenggorokannya kering.Yana segera beranjak dari tempat tidur dan melangkah menuju dapur. Yana segera mengambil gelas kosong dan berjalan menuju dispenser. Karena Yana terbiasa minum air hangat kuku.CeklekLampu dapur menyala. Yana terkejut begitu melihat Fikri yang mengenakan piyama berada di dapur.Mereka sama-sama terperanjat."Ngapain kamu di dapur?" tanya Fikri menatap Yana yang sedang memegang gelas berisi air putih."Yana haus," ujar Yana menundukkan kepalanya."Abang sendiri. Ngapain ke dapur?" tanya Yana."Abang juga haus. Biasanya Abang bawa air minum sebelum tidur ke dalam kamar. Tapi tadi malam Abang lupa," sahut Fikri.Yana meletakkan gelas ke atas meja."Ya udah, Yana kembali ke kamar dulu!" ujar Yana segera berlalu dari hadapan Fikri.Ketika Yana melewati Fikri, dengan sigap, Fikri memegang tangan Yana. Menarik perempuan itu ke dalam pelukannya. Jantung Yana bertalu-talu
Bab 118Penyesalan****** "Keterlaluan kamu, Mas!" Sinta menatap tajam kakak laki-lakinya itu.Sinta memang kesal pada kelakuan Arif. Namun, Sinta tidak tega jika melihat Arif diperlakukan seperti itu oleh Kakaknya. Menurut Sinta, Seno benar-benar keterlaluan."Dia yang keterlaluan, Sinta!" Seno menunjuk wajah Arif yang lemas tidak berdaya.Gigi Seno bergemelutuk. Seno tidak menyangka jika Arif nekad menemui Yana dan menentang perintahnya. Seno melakukan semua itu karena rasa sayang pada Sinta. Satu-satunya adik perempuan yang dimilikinya.Seno tidak pernah berniat untuk memusuhi Arif, tapi, semenjak Arif melakukan pemerkosaan kepada Yana. Seno menjadi sangat membenci Arif. Seno menganggap kalau Arif telah merusak hidup Sinta.Terlebih, Arif berniat untuk mengambil hak asuh Dila. Seno berpikir kalau itu terjadi, maka bisa saja, anak yang berada dalam kandungan Sinta akan terancam tidak mendapat kasih sayang dari Arif. Selaku ayahnya."Dia datang ke Jambi karena menemui mantan istriny
Bab 119*****Bu Wongso kembali teringat pada Yana. Setelah hidup beberapa bulan bersama Sinta, Bu Wongso baru menyadari kalau Yana adalah menantu terbaik.Yana tidak pernah membantah, rajin melakukan pekerjaan rumah, dan sangat telaten dalam merawat Bu Wongso.Nasi sudah menjadi bubur. Yana tidak mungkin lagi kembali pada Arif. Terbukti, Yana yang telah menggugat cerai Arif. Yana bahkan menyewa pengacara untuk mengurus perceraian tersebut.Mobil parkir di halaman klinik Dokter Mita. Sinta segera turun dan meminta perawat untuk membawa Arif ke dalam klinik. Beberapa perawat keluar dari klinik dan segera membawa Arif masuk. Kebetulan sekali, Dokter Mita sedang berada di tempat, sehingga Arif segera di tangani.Klinik Dokter Mita adalah klinik rawat inap. Sehingga menyediakan beberapa kamar untuk ditempati pasien.Sinta memilih sebuah kamar yang bagus. Agar Arif merasa nyaman di rawat di sana."Mas istirahat di sini saja, ya," ujar Sinta seraya menaikkan selimut Arif hingga ke dada.Ar
Bab 120Buka hatimu, Yana*****"Obat ini sudah digunakan dalam waktu yang cukup lama. Bukan beberapa hari yang lalu," ujar Sakti sambil terus mengamati botol tersebut.Sakti sudah mempelajari banyak hal tentang berbagai obat yang dijual secara rahasia. Termasuk obat perangsang. Yang tidak habis pikir oleh Sakti, Sinta bisa mendapatkan obat tersebut dari mana? Dan menggunakannya untuk apa?Kedua kakak beradik itu saling menatap. Wajah mereka merah padam."Video pemerkosaan itu?" Sakti mencoba mengingat adegan di dalam video."Mas juga baru menyadari kalau video ini sudah di potong terlebih dahulu!" sahut Seno memberikan ponselnya kepada Sakti.Sakti menerima ponsel tersebut. Melihat kembali video berdurasi sembilan puluh menit. Video yang menjijikkan. Karena di dalam Video itu. Arif memperkosa Sinta dengan buas. Sakti sebenarnya tidak tega melihat video itu secara keseluruhan. Namun, demi mendapatkan jawabannya, Sakti terpaksa menonton Video itu dengan gigi bergemelutuk."Apa itu tida
Bab 121*******Yana dan Fikri sedang mengajak Dila jalan-jalan di Taman Kampung Rajo. Karena Fikri sudah berjanji, akan mengajak Dila jalan-jalan kalau Dila nggak rewel.Pak Bejo dan istrinya sudah pulang kembali ke Desa. Karena Sasa akan segera ujian sekolah. Sedangkan Intan memilih ikut orang tuanya. "Papa ... au aik itu ..." Dila menunjuk kereta api yang berjalan mengelilingi taman. Penumpang di dalamnya melambaikan tangan ke arah Dila. Membuat bocah kecil itu ingin ikut serta."Oke, kita ke sana, ya!" Fikri menggendong Dila dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menggandeng tangan Yana."Nggak perlu, Bang!" Yana melepaskan tangan Fikri dengan sopan.Fikri berhenti sejenak. Menatap Yana yang tertunduk."Abang hanya tidak ingin kamu tertinggal. Karena di antrian kereta api sangat ramai," ujar Fikri tersenyum.Yana akhirnya menurut, ketika Fikri menggandeng tangannya menuju Antrian yang memang panjang.Bukan hanya panjang, tetapi orang-orang juga berdesakan. Fikri menunt