Share

Bagian 77. Tinggal Menandatangani

“Son, antar saya ke tempat kerja Mas Aqsal,” ujarku sambil terpejam di kursi belakang. Mobil sudah melaju membelah jalanan.

“Tapi kata Tuan saya disuruh mengantar pulang langsung. Nyonya, seperti yang saya bilang tadi kalau di mobil ini ada GPS-nya. Saya tidak berani lagi menentang Tuan. Saya takut dipecat. Ada bapak dan ibu di kampung yang masih butuh kiriman saya.”

Memang tidak seharusnya aku menyusahkan Soni lagi. Gara-gara ulahku, bisa-bisa dia kena imbas pemecatan.

“Cari kerja lain saja kalau dipecat.” Aku memancing.

“Jujur, gaji yang saya terima dari Tuan itu banyak, Nya. Lebih banyak dari gaji sesama sopir pribadi lain. Makanya sayang kalau sampai saya dipecat.”

“Cari kerjaan lain yang gajinya lebih gede, dong.”

“Enggak. Meskipun Tuan sering marah, tapi kami para pekerjanya terjamin. Beliau kaya raya, tapi tidak pelit. Nyonya, mohon maaf. Saya kapok, nggak akan menentang Tuan lagi meskipun Nyonya yang meminta.”

Iya juga, bukan aku yang menggaji mereka, tetapi Mas Aqsal.

“Baikla
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status