Share

Bagian 64. Kuniatkan Ibadah

“Apa kabar?” tanya pria itu sambil mengulurkan tangan.

Kutaksir dia seumuran Mas Aqsal. Kulitnya sawo matang, tetapi perawakannya manis.

Bukannya menerima uluran tangan pria itu, Mas Aqsal justru sedikit menyeretku pergi.

Sesekali aku menoleh ke belakang, memperhatikan pria itu. Dia melakukan hal yang sama, menatapku dan Mas Aqsal.

“Siapa pria tadi, Mas?” tanyaku saat kami berjalan beriringan.

“Bukan siapa-siapa.” Raut wajah Mas Aqsal berubah drastis. Dia dalam mode seperti dulu. Kaku.

Oke, daripada dia mengamuk, aku memilih diam dan tidak akan bertanya macam-macam lagi. Satu hal yang kutahu dari priaku ini. Dia akan bercerita secara sendirinya ketika dia ingin. Namun, jika tidak ingin, dipaksa sampai darah tinggi pun, tidak akan mau bicara. Pria ini tidak suka dipaksa, tetapi hobi memaksa. Seunik itu.

“Masih ada barang yang tertinggal di kamar hotel nggak?” tanyanya.

Aku membuka tas dan mengamati isinya. “Udah aku bawa semua, sih. Soalnya aku cuma bawa alat mekap dan kartu identitas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status