Share

Bagian 24. Teka-Teki Dinda dan Aqsal

Keinginan berangkat pagi aku urungkan. Akhirnya aku menuju kamar Mama. Rasa sedih, kecewa, marah, hilang jika sudah melihat wajah tak berdaya Mama Elena.

Dulu, saat Mama masih sehat, sikap Mas Aqsal hanya sebatas dingin, tidak kasar seperti ini. Walaupun tak ada kehangatan dalam pernikahan kami, setidaknya dia bersikap manis kepadaku saat di depan mamanya. Kini, semua telah berubah. Tidak berubah menjadi lebih baik, tetapi justru makin buruk.

“Mama makan dulu, ya,” ucapku, sambil menyendok susu ke mulutnya. Beliau menurut.

Walaupun tidak sepenuhnya aku yang merawat beliau, tetapi selalu aku sempatkan berinteraksi dengannya. Entah itu menyuapi makan, kadang memandikannya, atau bahkan mengganti popoknya.

“Mama harus sembuh, nanti kita sama-sama ke baitullah. Mau?” tanyaku. Beliau terlihat mengangguk-angguk, lalu bulir air menetes dari matanya. Racauan tak jelas juga keluar dari mulutnya. Mungkin beliau bahagia, atau terharu. Entahlah.

Aku dan Mama memang pernah punya keinginan umrah ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Susi Hendra
thor ceritanya jangan mutar mutar dong...pusing...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status