Share

Sama dan Tak Biasa

“Dengar,” Antaguna kembali membungkuk, menatap ke dalam mata sang remaja. “Uang lima koin perak itu jauh lebih banyak dari apa yang bisa kau hasilkan dalam dua pekan. Kau tahu, orang-orang tua bilang, kalau kau tamak, maka kau akan binasa.”

Sang remaja seperti tertegun, lalu menadang ke kiri dan ke kanan.

“Di mana?” ujarnya dengan wajah yang serius.

Antaguna mengernyit. Apa lagi sekarang? Pikirnya. Dasar bocah aneh!

“Di mana orang tua yang kau maksud barusan itu, Tuan Muda?”

Astaga! Antaguna menepuk keningnya sendiri.

Dan remaja itu, dia tertawa terbahak-bahak, seolah menertawai Antaguna yang baru saja kena dikerjai olehnya.

“Simpan saja ceramahmu itu untuk orang lain,” kata si remaja. “Aku tidak butuh. Sepuluh keping uang perak, dan itu harga mati!”

Berengsek!

Antaguna merasa bodoh dipecundangi remaja belasan tahun tersebut. Tapi kekagumannya belumlah hilang. Paling tidak, sang remaja bersikap jauh lebih dewasa dibanding anak-anak lain seusianya.

“Baiklah,” ujarnya seraya meluruskan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status