Share

Benang Kusut

“Ayah senang mendengar itu,” Kadik Aruma membelai lagi pipi putri tirinya tersebut. “Sedari kau kecil, Ayah yakin bahwa kau akan menjadi gadis yang cerdas. Di usiamu yang remaja, kau bahkan mampu mengelola tempat pelacuran yang dibangun oleh ibumu.”

Di tempat persembunyiannya Tarigan menyeringai. ‘Mengapa aku justru tidak merasa kasihan atas nasib yang menimpa ibu si Pandan Arum? Atau pada si Pandan Arum itu sendiri?’

Orang-orang busuk dengan nasib yang sama busuknya. Yeah, mereka pantas mendapatkan itu. Lagi pula, orang-orang bijak berkata, “Air cucuran atap, jatuhnya ke pelimbahan jua!”

Sayangnya, tidak semua hal yang disampaikan oleh Kadik Aruma kepada Pandan Arum. Dan itu terkait dengan sifat asli Datuak Sani itu sendiri.

Suatu hari, ketika Pandan Arum masih remaja, Kadik Aruma pernah mengunjungi kawasan Tanjung Bunga—yang kini bernama Tanjung Sani—di Danau Maninjau.

Saat itu, karena ada satu urusan perdagangan yang akan ia lakukan sehingga membuat ia harus melewati sisi barat Dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status