Share

Bukan Darah Daging

“Ayah,” Pandan Arum mencoba menahan perasaannya. “Jangan bercanda! Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh.”

“Oh, Arum,” Kadik Aruma mendesah panjang dan berat. “Tapi ini adalah kenyataannya, Nak.”

“Apakah selama di dalam penjara Ayah mengalami gegar otak, hah?!”

Bahkan perempuan itu sampai terlonjak dari duduknya, ia berdiri dengan tatapan yang begitu tajam pada sang ayah, dan harus menahan amarah besar yang meledak di dalam dirinya yang diwakili oleh napasnya yang terengah-engah.”

“Arum, dengarkan Ayah, Nak—”

“Mereka pasti telah menyiksa Ayah dengan sangat buruk!” sahut Pandan Arum. “Jawab aku! Benar, kan?!”

“Arum,” Kadik Aruma berdiri, menyentuh kedua bahu putrinya, menariknya ke dalam pelukannya. “Duduklah, mari bercakap dengan lebih tenang.”

Meskipun pikiran Pandan Arum sangat terganggu dengan kenyataan yang disampaikan oleh ayahnya itu, namun tak urung dia juga ingin mendengarkan penjelasan yang lebih baik atas apa yang telah disampaikan sang ayah.

“Dengar, Nak,” ujar Kadik Aruma s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status