Rafael kembali memasuki kamarnya, perasaan kemenangan masih membalut dirinya meski kejadian tadi sedikit memalukan. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya masih terfokus pada layar proyeksi yang mengambang di depannya. Uang yang baru saja ditransfer ke rekeningnya tampaknya nyata, dan rumah yang akan ia dapatkan juga terasa seperti mimpi. Namun, saat itu, suara sistem kembali terdengar, mengingatkan bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.
"Sistem Kekayaan siap untuk memberi Anda tantangan baru, Rafael," suara itu bergema dalam pikirannya. "Misi kedua siap untuk dilaksanakan. Persiapkan diri Anda." Dengan penuh rasa penasaran, Rafael membaca pesan di layar yang memaparkan misi kedua. Misi 2: "Pesta Gila" Tugas: Pergi ke kafe terdekat dan minta maaf dengan tulus kepada tiga orang yang tampaknya memiliki kehidupan lebih baik darimu. Katakan bahwa kamu menyesal karena selalu merasa iri pada mereka. Buat mereka merasa sangat canggung, namun berikan kesan seolah kamu benar-benar menyesal. Bonus jika mereka merasa tidak nyaman. (Durasi: 2 Jam) Hadiah: 50 juta rupiah dan akses ke kursus pribadi dengan seorang pengusaha sukses. Rafael mengernyitkan dahi. "Minta maaf pada orang asing karena iri? Kenapa aku harus lakukan itu?" pikirnya, sedikit bingung dengan instruksi yang terdengar aneh ini. "Tapi... kalau itu artinya 50 juta, mungkin aku harus coba." Dengan rasa cemas dan sedikit merasa aneh, Rafael memutuskan untuk melanjutkan. Ia mengambil jaketnya dan keluar dari kamar, menuju kafe yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Ia berjalan dengan langkah tegap, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Tidak ada yang bisa merusak momen kemenangan yang baru ia rasakan, bukan? Setibanya di kafe, suasana ramai dengan berbagai orang yang sibuk berbincang atau menikmati kopi mereka. Rafael mengamati sekeliling, mencari orang-orang yang terlihat lebih mapan, lebih sukses dari dirinya. Dengan misi yang sudah ada di kepala, ia mulai menyusuri meja-meja, merasa seperti sedang bersiap untuk melakukan pertunjukan aneh. Matanya berhenti pada seorang pria muda yang duduk di meja dekat jendela, mengenakan jas mahal dan memegang ponsel dengan penuh percaya diri. Rafael mendekat dengan ragu, hatinya berdebar-debar. “Maaf, Pak,” Rafael memulai, suaranya terdengar lebih gugup dari yang ia harapkan. Pria itu mengangkat wajahnya, menatapnya dengan ekspresi tidak sabar. “Apa yang bisa saya bantu?” tanya pria itu, suaranya terdengar datar. Rafael menarik napas dalam-dalam, mencoba mengingat kata-kata yang harus diucapkannya. “Saya ingin meminta maaf,” katanya dengan penuh kesungguhan, “Karena selama ini, saya sering merasa iri dengan kehidupan Anda. Saya merasa kehidupan saya selalu jauh lebih sulit dibandingkan dengan Anda, dan itu membuat saya sangat tidak nyaman dengan diri sendiri. Saya benar-benar menyesal.” Pria itu mengerutkan keningnya, tampak bingung. “Apa maksud Anda? Anda iri pada saya?” Ia melirik Rafael dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah mencoba menilai apakah pria di depannya ini sedang bercanda atau serius. Rafael tersenyum canggung, merasakan panas di pipinya. “Iya, saya rasa saya selalu merasa tidak cukup baik. Tapi sekarang saya ingin belajar untuk tidak merasa begitu. Saya berharap Anda bisa memaafkan saya.” Pria itu masih terdiam sejenak, tampaknya tidak tahu bagaimana merespon. “Err... baiklah,” jawabnya dengan ketidaknyamanan yang jelas terlihat, lalu kembali menatap ponselnya. Rafael merasa sedikit lega saat pria itu tidak langsung mengusirnya, namun ia juga bisa merasakan bahwa suasana menjadi sangat canggung. Ia pun cepat-cepat berpindah ke meja berikutnya, kali ini menghadap seorang wanita muda yang sedang menikmati kopi sambil mengetik di laptop. "Maaf, saya hanya ingin mengatakan bahwa saya merasa iri pada Anda," kata Rafael tanpa ragu, berusaha mengingat kembali apa yang harus diucapkannya. "Kehidupan Anda tampaknya begitu mudah, dan saya merasa sangat tidak cukup dibandingkan dengan Anda. Saya menyesal merasa seperti ini." Wanita itu menatapnya dengan kebingungan. “Iri? Kenapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda,” jawabnya sambil mengangkat alis. “Dan kenapa Anda tiba-tiba datang dan mengatakan hal seperti itu?” Rafael merasa pipinya memanas, tapi ia terus berusaha. “Saya benar-benar menyesal. Saya harap saya bisa lebih baik, seperti Anda.” Wanita itu menatapnya sebentar, kemudian mengangkat bahu. “Ya, oke. Tidak masalah. Tapi, bisa tidak kamu pergi sekarang? Saya sedang bekerja.” Rafael merasa lebih lega saat wanita itu tampak tidak terlalu terganggu, meskipun jelas merasa aneh. Ia melanjutkan misi tersebut dengan mencoba mendekati orang ketiga, seorang pria paruh baya yang sedang duduk sendiri. Setelah beberapa percakapan canggung dengan orang yang tampaknya tidak tahu harus bagaimana merespons, Rafael akhirnya selesai dengan tugas aneh tersebut dan merasa sedikit lelah dengan segala kebingungannya. Saat ia kembali keluar dari kafe, layar proyeksi muncul di depannya. “Misi kedua selesai. Hadiah: 50 juta rupiah dan akses ke kursus pribadi dengan seorang pengusaha sukses.” Rafael tersenyum lebar, meskipun kejadian tadi terasa sangat aneh dan membuatnya canggung. Dengan senyum yang lebih yakin, ia menyadari bahwa meskipun langkah-langkah ini tampak konyol, mereka membawanya menuju hal-hal yang lebih besar. Sebuah dunia yang penuh dengan potensi yang baru saja ia sentuh. "50 juta rupiah dan kursus pengusaha sukses... Ini baru permulaan," gumam Rafael, mata penuh harapan. "Aku akan terus maju." Kini hari-hari Rafael mulai terasa sedikit lebih cerah. Meski masih merasa canggung dengan misi yang diberikan sistem, uang dan kesempatan yang ia terima membuatnya merasa bahwa hidup ini memang penuh dengan kejutan. Setiap langkah yang ia ambil, walaupun kadang terasa aneh atau memalukan, membawa hadiah yang lebih besar dari yang ia duga. Setelah mendapatkan 50 juta rupiah dan akses ke kursus pribadi dengan seorang pengusaha sukses, Rafael merasa seperti berada di ambang sesuatu yang besar. Ia membuka aplikasi yang diberikan oleh sistem untuk memulai kursus tersebut, berharap itu akan memberinya wawasan yang lebih tentang dunia bisnis dan kekayaan yang ingin ia raih. Beberapa saat kemudian, layar proyeksi muncul kembali, kali ini lebih besar dan lebih jelas. Kursus Pengusaha Sukses Dimulai! Instruktur: Andreas Wijaya, Pengusaha Miliarder yang Sukses dalam Berbagai Bidang. Durasi: 30 Hari. Materi: Dasar-dasar bisnis, investasi, dan cara membangun jaringan yang kuat. Rafael duduk tegak, matanya melekat pada layar. Instruktur kursus, Andreas Wijaya, adalah nama yang familiar di dunia bisnis. Ia telah menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan memiliki banyak pengikut yang terinspirasi oleh kesuksesannya. Rafael merasa sedikit kagum, namun juga khawatir apakah ia akan mampu mengikuti materi kursus yang mungkin terasa sangat sulit baginya. Pada hari pertama kursus, ia mulai dengan materi dasar tentang bagaimana memulai bisnis dari nol, mengelola keuangan pribadi, dan cara berinvestasi dengan bijak. Setiap sesi dilengkapi dengan tantangan dan tugas yang harus diselesaikan. Sistem menyediakan berbagai simulasi yang membuat Rafael merasa seolah-olah dia benar-benar berada di dunia bisnis yang sesungguhnya. Pada hari kedua, Rafael dihadapkan pada tantangan yang lebih nyata: bagaimana membuat rencana bisnis untuk sebuah startup kecil. "Oke, ini tugas besar," gumamnya. Ia merasa sedikit tertekan, namun semangatnya tetap tinggi. Sistem memberikannya alat dan sumber daya untuk menyelesaikan rencana bisnis tersebut, dari riset pasar hingga proyeksi keuangan. Namun, yang paling mengejutkan adalah bagaimana sistem menyajikan tantangan-tantangan tersebut dengan cara yang berbeda. Ada tugas di mana Rafael harus mempresentasikan rencana bisnisnya kepada 'klien'—yang sebenarnya adalah simulasi dari sistem. Ada pula tantangan yang memaksa Rafael untuk bernegosiasi dengan karakter-karakter virtual yang sangat mirip dengan manusia nyata, membuat Rafael merasa benar-benar berada dalam situasi bisnis. "Saya akan bisa melakukan ini," Rafael berkata pada dirinya sendiri sambil menyelesaikan tugasnya dengan penuh ketekunan. "Saya hanya perlu terus mengikuti setiap langkah." Hari demi hari, Rafael semakin terbiasa dengan materi kursus tersebut. Ia mulai memahami bahwa setiap keputusan yang diambil dalam dunia bisnis memiliki dampak besar. Ia belajar tentang pentingnya investasi cerdas, membangun hubungan dengan orang-orang yang berpengaruh, dan cara memimpin tim untuk mencapai tujuan bersama. Setiap tugas yang ia selesaikan membuatnya merasa lebih percaya diri. Ketika ia mencapai akhir minggu pertama, sistem memberinya hadiah tambahan: “Anda telah menyelesaikan kursus pengusaha sukses minggu pertama. Hadiah: 10 juta rupiah dan kesempatan untuk mengikuti webinar langsung dengan Andreas Wijaya.” Rafael merasa seolah-olah kehidupannya telah berubah dalam waktu singkat. Ia tidak hanya mendapatkan uang, tetapi juga pengetahuan yang berharga yang akan membantunya meraih kekayaan. Di sisi lain, meskipun ia merasa lebih percaya diri, Rafael masih merasa sedikit terisolasi. Ia tidak punya teman sejati untuk berbagi kesuksesannya, dan perasaan kesepian mulai merayap masuk. Namun, ia segera menyadari bahwa ia tidak perlu bergantung pada orang lain untuk maju. Dengan kekuatan sistem ini, ia bisa membangun jalan hidupnya sendiri. Pada malam hari, setelah menyelesaikan tugas-tugas kursus, Rafael kembali mengingat tujuannya yang lebih besar: mengubah nasibnya dan mencapai kekayaan yang bisa memberikan kebahagiaan sejati. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk membuktikan kepada orang-orang yang meremehkannya bahwa ia bisa lebih dari yang mereka kira.Rafael melangkah keluar dari rumah barunya, yang meski masih sederhana, sudah terasa jauh lebih nyaman dibandingkan dengan kamar sempit tempat ia dulu tinggal. Uang yang ia peroleh dari misi sistem dan hasil kursus bisnis membuatnya merasa sedikit lebih percaya diri. Hari itu, ia memutuskan untuk membeli beberapa barang yang telah lama ia impikan: pakaian yang layak, jam tangan, dan sedikit aksesori yang akan membuat penampilannya lebih menarik.Di dalam mall yang mewah, ia berjalan dengan santai, merasakan kebebasan yang selama ini ia impikan. Dulu, tempat seperti ini hanya bisa ia lihat dari jauh, dengan rasa iri yang menyelubungi hatinya. Tapi sekarang, dengan kantong yang lebih berat, ia merasa seperti bagian dari dunia ini.Tentu saja, segala perubahan ini tidak terjadi begitu saja. Ia tahu bahwa ia harus bekerja keras untuk terus memperbaiki dirinya. Misi demi misi yang diberikan oleh sistem membuatnya semakin maju, dan ia merasa bahwa ia berada di jalur yang benar. Namun, takdi
Rafael berdiri di depan cermin, memeriksa penampilannya. Setelan jas yang baru saja ia beli, dengan warna hitam elegan, memberi kesan profesional dan percaya diri. Di tangan kirinya, ia menggenggam dompet kulit baru yang ia beli untuk melengkapi penampilannya. Semua ini hasil dari kerja kerasnya dan tentu saja, misi-misi sistem yang membuatnya memiliki kekayaan yang cukup untuk merasakan hidup seperti ini.Hari itu, Rafael mengundang beberapa teman lama untuk makan malam di restoran mewah yang baru dibuka di pusat kota. Salah satunya adalah Daniel, teman yang dulu sering merendahkannya. Mereka dulu bekerja bersama di toko kecil, dan Rafael tahu bagaimana Daniel selalu membuat lelucon tentang kondisinya. Bahkan ketika mereka berdua duduk bersama, Daniel selalu membandingkan hidupnya dengan hidup orang kaya yang datang ke toko, seolah-olah keberadaan Rafael hanyalah sebuah kebetulan.Sambil melangkah menuju mobil, Rafael merenung sejenak. Apakah ini benar-benar aku yang dulu? pikirnya.
Rafael pulang ke apartemennya setelah makan malam, perasaan bercampur aduk memenuhi pikirannya. Pertemuan tak terduga dengan Maya telah mengguncang hatinya, meskipun ia mencoba menyangkalnya. Wanita itu adalah bagian dari masa lalu yang ia harap tidak perlu dihadapi lagi. Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji kekuatan seseorang.Saat ia duduk di sofa sambil menyesap teh hangat, sistem tiba-tiba aktif.> "Pembaruan misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihat daftar misi?"Rafael mendesah, menggosok pelipisnya. "Apa lagi sekarang?" gumamnya, tapi ia menekan tombol "Ya" pada layar proyeksi.Daftar misi muncul di depannya, masing-masing lebih aneh dan menantang dari sebelumnya:1. Misi: Menjadi bintang tamu di acara talk show lokalImbalan: 500.000 Rupiah dan voucher belanjaRisiko: Dikenal sebagai orang aneh karena tidak punya latar belakang terkenal.2. Misi: Menghadiahkan dompet penuh uang kepada seorang gelandangan di jalan raya.Imbalan: 1 Miliar RupiahRisiko: Potensi disal
Setelah kejadian di pusat perbelanjaan, Rafael memutuskan untuk tidak langsung menunjukkan kekayaannya secara terang-terangan. Ia sadar bahwa menonjol terlalu cepat bisa memancing masalah yang lebih besar. Dengan rencana sistem untuk membeli restoran tempat Maya bekerja, Rafael merasa inilah saat yang tepat untuk sedikit bermain peran.Namun, ia tidak bisa langsung melaksanakan misinya. Sistem mengharuskannya mengunjungi restoran tersebut terlebih dahulu untuk menyelidiki kondisi tempat itu sebelum melakukan pembelian.Sore itu, Rafael mengenakan pakaian sederhana—kaus polos, celana jeans lama, dan sepatu yang sudah terlihat usang. Ia masuk ke restoran tempat Maya bekerja dengan langkah santai, mencoba terlihat seperti pelanggan biasa.Di dalam, restoran tampak ramai, dengan pelanggan menikmati makanan mereka. Rafael menemukan meja kosong di sudut ruangan dan duduk sambil membuka menu. Beberapa pelayan sibuk melayani pelanggan, dan di antara mereka, Rafael melihat Maya.Maya tampak te
Restoran Rafael mulai menunjukkan perkembangan signifikan. Dengan strategi yang didukung oleh sistem, tempat tersebut perlahan menjadi tujuan favorit pelanggan. Namun, di balik kesuksesan itu, konflik kecil terus bermunculan, menguji kesabaran dan kecerdasan Rafael.Suatu hari, Dimas, karyawan dapur yang sering meremehkan Rafael, akhirnya memunculkan masalah. Ia ketahuan mencuri bahan makanan untuk dijual di luar. Kejadian ini terungkap ketika sistem mendeteksi adanya ketidaksesuaian dalam inventaris.Rafael memutuskan untuk menghadapi Dimas secara langsung di ruang kantor."Dimas," ujar Rafael dengan nada tegas, "aku sudah memberi semua orang di sini kesempatan untuk berkembang, tapi kamu malah memanfaatkan situasi. Bisa jelaskan kenapa?"Dimas terdiam, wajahnya memerah. "Saya... saya butuh uang, Mas. Gaji saya nggak cukup untuk kebutuhan keluarga."Rafael menghela napas. "Kalau kamu butuh bantuan, kenapa nggak bilang? Kamu malah memilih jalan yang salah."Setelah berpikir sejenak, R
Misi di gala amal menjadi pengalaman yang mengesankan bagi Rafael. Selain berhasil menyelesaikan tugas dengan sempurna, ia juga meninggalkan kesan mendalam pada Amelia Hartanto. Namun, Rafael tidak ingin terlalu menonjolkan diri, terutama mengingat sistem sering memberikan misi yang berisiko tinggi.Kini, dengan restoran yang berjalan otomatis dan uang yang terus bertambah, Rafael fokus pada dua hal: meningkatkan kemampuannya dan menyelesaikan misi-misi baru dari sistem.[Sistem]: Misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihatnya?Tanpa ragu, Rafael membuka antarmuka sistem.Misi Pilihan Anda:1. Operasi Pasar Gelap – Menyelidiki aktivitas ilegal di sebuah pelelangan rahasia. Hadiah: 10 Miliar + Item Sistem Khusus.2. Sang Dermawan Misterius – Sumbangkan uang dalam jumlah besar tanpa mengungkap identitas Anda. Hadiah: Popularitas di kalangan tokoh penting.3. Kejar Impian Lama – Kunjungi kampung halaman dan bantu orang-orang yang dulu pernah meremehkan Anda. Hadiah: 5 Miliar + Perkemba
Setelah menyelesaikan misi di museum dan memperoleh Kunci Dimensi, Rafael kembali menjalani rutinitasnya. Restoran yang kini berjalan otomatis menjadi salah satu sumber penghasilan yang terus berkembang, sementara kekayaan dari sistem memberinya kebebasan untuk mengatur hidupnya tanpa tekanan. Namun, Rafael tetap sering berpura-pura hidup sederhana. Bukan karena ia takut dikenal, tetapi karena ia menikmati melihat reaksi orang-orang ketika mereka salah menilai dirinya Suatu sore, Rafael mengunjungi sebuah toko elektronik untuk membeli laptop baru. Ia mengenakan pakaian sederhana—kaos polos dan jeans usang. Penampilannya yang biasa saja membuat pegawai toko memandang rendah dirinya sejak ia masuk. “Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya salah satu pegawai dengan nada dingin. Rafael tersenyum tipis. “Saya butuh laptop untuk pekerjaan. Bisa tunjukkan model terbaru?” Pegawai itu mengernyitkan dahi,
Rafael kini tidak lagi terobsesi dengan dunia lain yang ia lihat dalam penglihatan terakhir. Baginya, apa yang ada di depan matanya saat ini jauh lebih penting—membangun kerajaan kekayaan yang tak tergoyahkan. Ia menyadari bahwa dunia tempat ia hidup penuh dengan peluang, sekaligus tantangan yang membutuhkan keberanian, kecerdasan, dan sedikit sentuhan keberanian untuk menaklukkan semuanya.Dengan restoran yang sudah berjalan stabil di bawah pengawasan Dimas, Rafael memutuskan untuk memperluas bisnisnya. Ia ingin menciptakan lebih banyak sumber pendapatan, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga sebagai bukti bahwa dirinya mampu melampaui semua hinaan yang pernah ia terima.Konflik: "Pertemuan dengan Investor yang Meremehkan"Rafael memutuskan untuk membuka lini usaha baru: kafe butik di pusat kota yang menggabungkan konsep modern dengan suasana mewah. Namun, untuk mewujudkan idenya, ia membutuhkan mitra yang dapat mendukungnya secara strat
Setelah berhasil menguasai bisnis Aditya dan membersihkan namanya dari berbagai tuduhan, Rafael menyadari bahwa semakin tinggi ia melangkah, semakin besar pula ancaman yang harus ia hadapi. Kini, pergerakannya mulai menarik perhatian para raksasa bisnis yang tidak suka melihat "pendatang baru" mendominasi panggung mereka. Suatu pagi, Rafael menerima undangan makan malam dari seorang pengusaha besar bernama Surya Hartanto, pemilik jaringan bisnis ritel terbesar di negeri itu. Surya dikenal dengan kekuasaan dan pengaruhnya yang luas, tetapi juga metode bisnisnya yang tak kenal ampun. Di restoran mewah tempat mereka bertemu, Surya menyambut Rafael dengan senyum ramah. Namun, pembicaraan mereka segera berubah serius. “Rafael, aku mengagumi keberanian dan kesuksesanmu. Tapi, di dunia ini, ada batasan yang harus dihormati. Aku sarankan kau menjual sebagian asetmu kepadaku sebelum semuanya menjadi lebih rumit.” Rafael menatap Surya dengan mata tajam. “Kau ingin membeli asetku? Itu menari
Rafael kini tidak lagi terobsesi dengan dunia lain yang ia lihat dalam penglihatan terakhir. Baginya, apa yang ada di depan matanya saat ini jauh lebih penting—membangun kerajaan kekayaan yang tak tergoyahkan. Ia menyadari bahwa dunia tempat ia hidup penuh dengan peluang, sekaligus tantangan yang membutuhkan keberanian, kecerdasan, dan sedikit sentuhan keberanian untuk menaklukkan semuanya.Dengan restoran yang sudah berjalan stabil di bawah pengawasan Dimas, Rafael memutuskan untuk memperluas bisnisnya. Ia ingin menciptakan lebih banyak sumber pendapatan, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga sebagai bukti bahwa dirinya mampu melampaui semua hinaan yang pernah ia terima.Konflik: "Pertemuan dengan Investor yang Meremehkan"Rafael memutuskan untuk membuka lini usaha baru: kafe butik di pusat kota yang menggabungkan konsep modern dengan suasana mewah. Namun, untuk mewujudkan idenya, ia membutuhkan mitra yang dapat mendukungnya secara strat
Setelah menyelesaikan misi di museum dan memperoleh Kunci Dimensi, Rafael kembali menjalani rutinitasnya. Restoran yang kini berjalan otomatis menjadi salah satu sumber penghasilan yang terus berkembang, sementara kekayaan dari sistem memberinya kebebasan untuk mengatur hidupnya tanpa tekanan. Namun, Rafael tetap sering berpura-pura hidup sederhana. Bukan karena ia takut dikenal, tetapi karena ia menikmati melihat reaksi orang-orang ketika mereka salah menilai dirinya Suatu sore, Rafael mengunjungi sebuah toko elektronik untuk membeli laptop baru. Ia mengenakan pakaian sederhana—kaos polos dan jeans usang. Penampilannya yang biasa saja membuat pegawai toko memandang rendah dirinya sejak ia masuk. “Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya salah satu pegawai dengan nada dingin. Rafael tersenyum tipis. “Saya butuh laptop untuk pekerjaan. Bisa tunjukkan model terbaru?” Pegawai itu mengernyitkan dahi,
Misi di gala amal menjadi pengalaman yang mengesankan bagi Rafael. Selain berhasil menyelesaikan tugas dengan sempurna, ia juga meninggalkan kesan mendalam pada Amelia Hartanto. Namun, Rafael tidak ingin terlalu menonjolkan diri, terutama mengingat sistem sering memberikan misi yang berisiko tinggi.Kini, dengan restoran yang berjalan otomatis dan uang yang terus bertambah, Rafael fokus pada dua hal: meningkatkan kemampuannya dan menyelesaikan misi-misi baru dari sistem.[Sistem]: Misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihatnya?Tanpa ragu, Rafael membuka antarmuka sistem.Misi Pilihan Anda:1. Operasi Pasar Gelap – Menyelidiki aktivitas ilegal di sebuah pelelangan rahasia. Hadiah: 10 Miliar + Item Sistem Khusus.2. Sang Dermawan Misterius – Sumbangkan uang dalam jumlah besar tanpa mengungkap identitas Anda. Hadiah: Popularitas di kalangan tokoh penting.3. Kejar Impian Lama – Kunjungi kampung halaman dan bantu orang-orang yang dulu pernah meremehkan Anda. Hadiah: 5 Miliar + Perkemba
Restoran Rafael mulai menunjukkan perkembangan signifikan. Dengan strategi yang didukung oleh sistem, tempat tersebut perlahan menjadi tujuan favorit pelanggan. Namun, di balik kesuksesan itu, konflik kecil terus bermunculan, menguji kesabaran dan kecerdasan Rafael.Suatu hari, Dimas, karyawan dapur yang sering meremehkan Rafael, akhirnya memunculkan masalah. Ia ketahuan mencuri bahan makanan untuk dijual di luar. Kejadian ini terungkap ketika sistem mendeteksi adanya ketidaksesuaian dalam inventaris.Rafael memutuskan untuk menghadapi Dimas secara langsung di ruang kantor."Dimas," ujar Rafael dengan nada tegas, "aku sudah memberi semua orang di sini kesempatan untuk berkembang, tapi kamu malah memanfaatkan situasi. Bisa jelaskan kenapa?"Dimas terdiam, wajahnya memerah. "Saya... saya butuh uang, Mas. Gaji saya nggak cukup untuk kebutuhan keluarga."Rafael menghela napas. "Kalau kamu butuh bantuan, kenapa nggak bilang? Kamu malah memilih jalan yang salah."Setelah berpikir sejenak, R
Setelah kejadian di pusat perbelanjaan, Rafael memutuskan untuk tidak langsung menunjukkan kekayaannya secara terang-terangan. Ia sadar bahwa menonjol terlalu cepat bisa memancing masalah yang lebih besar. Dengan rencana sistem untuk membeli restoran tempat Maya bekerja, Rafael merasa inilah saat yang tepat untuk sedikit bermain peran.Namun, ia tidak bisa langsung melaksanakan misinya. Sistem mengharuskannya mengunjungi restoran tersebut terlebih dahulu untuk menyelidiki kondisi tempat itu sebelum melakukan pembelian.Sore itu, Rafael mengenakan pakaian sederhana—kaus polos, celana jeans lama, dan sepatu yang sudah terlihat usang. Ia masuk ke restoran tempat Maya bekerja dengan langkah santai, mencoba terlihat seperti pelanggan biasa.Di dalam, restoran tampak ramai, dengan pelanggan menikmati makanan mereka. Rafael menemukan meja kosong di sudut ruangan dan duduk sambil membuka menu. Beberapa pelayan sibuk melayani pelanggan, dan di antara mereka, Rafael melihat Maya.Maya tampak te
Rafael pulang ke apartemennya setelah makan malam, perasaan bercampur aduk memenuhi pikirannya. Pertemuan tak terduga dengan Maya telah mengguncang hatinya, meskipun ia mencoba menyangkalnya. Wanita itu adalah bagian dari masa lalu yang ia harap tidak perlu dihadapi lagi. Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji kekuatan seseorang.Saat ia duduk di sofa sambil menyesap teh hangat, sistem tiba-tiba aktif.> "Pembaruan misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihat daftar misi?"Rafael mendesah, menggosok pelipisnya. "Apa lagi sekarang?" gumamnya, tapi ia menekan tombol "Ya" pada layar proyeksi.Daftar misi muncul di depannya, masing-masing lebih aneh dan menantang dari sebelumnya:1. Misi: Menjadi bintang tamu di acara talk show lokalImbalan: 500.000 Rupiah dan voucher belanjaRisiko: Dikenal sebagai orang aneh karena tidak punya latar belakang terkenal.2. Misi: Menghadiahkan dompet penuh uang kepada seorang gelandangan di jalan raya.Imbalan: 1 Miliar RupiahRisiko: Potensi disal
Rafael berdiri di depan cermin, memeriksa penampilannya. Setelan jas yang baru saja ia beli, dengan warna hitam elegan, memberi kesan profesional dan percaya diri. Di tangan kirinya, ia menggenggam dompet kulit baru yang ia beli untuk melengkapi penampilannya. Semua ini hasil dari kerja kerasnya dan tentu saja, misi-misi sistem yang membuatnya memiliki kekayaan yang cukup untuk merasakan hidup seperti ini.Hari itu, Rafael mengundang beberapa teman lama untuk makan malam di restoran mewah yang baru dibuka di pusat kota. Salah satunya adalah Daniel, teman yang dulu sering merendahkannya. Mereka dulu bekerja bersama di toko kecil, dan Rafael tahu bagaimana Daniel selalu membuat lelucon tentang kondisinya. Bahkan ketika mereka berdua duduk bersama, Daniel selalu membandingkan hidupnya dengan hidup orang kaya yang datang ke toko, seolah-olah keberadaan Rafael hanyalah sebuah kebetulan.Sambil melangkah menuju mobil, Rafael merenung sejenak. Apakah ini benar-benar aku yang dulu? pikirnya.
Rafael melangkah keluar dari rumah barunya, yang meski masih sederhana, sudah terasa jauh lebih nyaman dibandingkan dengan kamar sempit tempat ia dulu tinggal. Uang yang ia peroleh dari misi sistem dan hasil kursus bisnis membuatnya merasa sedikit lebih percaya diri. Hari itu, ia memutuskan untuk membeli beberapa barang yang telah lama ia impikan: pakaian yang layak, jam tangan, dan sedikit aksesori yang akan membuat penampilannya lebih menarik.Di dalam mall yang mewah, ia berjalan dengan santai, merasakan kebebasan yang selama ini ia impikan. Dulu, tempat seperti ini hanya bisa ia lihat dari jauh, dengan rasa iri yang menyelubungi hatinya. Tapi sekarang, dengan kantong yang lebih berat, ia merasa seperti bagian dari dunia ini.Tentu saja, segala perubahan ini tidak terjadi begitu saja. Ia tahu bahwa ia harus bekerja keras untuk terus memperbaiki dirinya. Misi demi misi yang diberikan oleh sistem membuatnya semakin maju, dan ia merasa bahwa ia berada di jalur yang benar. Namun, takdi