Home / Urban / Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan / Bab 4. Pertunjukan Kekayaan

Share

Bab 4. Pertunjukan Kekayaan

last update Last Updated: 2024-12-30 01:32:35

Rafael berdiri di depan cermin, memeriksa penampilannya. Setelan jas yang baru saja ia beli, dengan warna hitam elegan, memberi kesan profesional dan percaya diri. Di tangan kirinya, ia menggenggam dompet kulit baru yang ia beli untuk melengkapi penampilannya. Semua ini hasil dari kerja kerasnya dan tentu saja, misi-misi sistem yang membuatnya memiliki kekayaan yang cukup untuk merasakan hidup seperti ini.

Hari itu, Rafael mengundang beberapa teman lama untuk makan malam di restoran mewah yang baru dibuka di pusat kota. Salah satunya adalah Daniel, teman yang dulu sering merendahkannya. Mereka dulu bekerja bersama di toko kecil, dan Rafael tahu bagaimana Daniel selalu membuat lelucon tentang kondisinya. Bahkan ketika mereka berdua duduk bersama, Daniel selalu membandingkan hidupnya dengan hidup orang kaya yang datang ke toko, seolah-olah keberadaan Rafael hanyalah sebuah kebetulan.

Sambil melangkah menuju mobil, Rafael merenung sejenak. Apakah ini benar-benar aku yang dulu? pikirnya. Sebelum sistem muncul dalam hidupnya, ia tak pernah merasa punya kontrol atas nasibnya. Namun sekarang, semuanya berbeda. Ia sudah tidak lagi sama, dan ia tahu bahwa makan malam ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada orang-orang yang dulu merendahkannya, bahwa ia bukan lagi pria miskin yang mudah diremehkan.

Di restoran, suasananya sangat elegan. Lampu-lampu kristal yang tergantung di langit-langit menciptakan aura kemewahan yang tak bisa disangkal. Setelah Rafael memesan meja untuk beberapa orang, ia menunggu dengan sabar. Beberapa teman lama akhirnya datang, termasuk Daniel, yang masih terlihat terkejut begitu melihat tempat yang mereka tuju.

“Rafael, restoran ini... ini restoran mahal banget, kan?” kata Daniel dengan ragu. Ia menatap menu, seolah tidak yakin apakah bisa memesan sesuatu yang layak di tempat seperti itu.

Rafael hanya tersenyum. “Tenang, semuanya aku yang bayar,” jawabnya dengan tenang. “Ayo, coba rasakan yang berbeda.”

Ketika mereka duduk di meja, Rafael bisa merasakan atmosfer yang sangat berbeda. Teman-temannya mulai berbicara dengan lebih berhati-hati. Sungguh, ini bukan pertama kalinya ia makan di restoran mahal, tetapi bagi teman-temannya, ini adalah dunia yang jauh berbeda dengan kehidupan mereka yang dulu. Semua orang merasa canggung, bahkan saat pelayan membawa minuman dan makanan, mereka tetap merasa tidak percaya diri.

“Tunggu dulu,” kata Daniel, mengerutkan kening ketika melihat harga di menu. “Rafael, kamu yakin? Kamu gak akan keberatan bayar ini semua?”

Rafael meletakkan gelas anggur di depannya dan menatap Daniel dengan tatapan yang sangat tenang. “Tentu. Kita akan menikmati malam ini.”

Saat makanan datang, semuanya terkesima dengan hidangan yang mewah. Rafael memesan beberapa menu khusus yang harganya bisa dibilang sangat mahal—daging wagyu, lobster, dan hidangan pencuci mulut yang langka. Suasana yang semula canggung mulai berubah. Rafael, yang dulu sering direndahkan hanya karena penampilannya, kini diperlakukan dengan rasa hormat oleh orang-orang di sekitarnya.

Namun, rasa kemenangan yang ia rasakan sejenak terganggu oleh kenangan yang datang begitu saja.

“Rafael, kamu beneran bisa segini?” tanya Daniel, nada suaranya terdengar sedikit terbata-bata, seperti tak percaya. “Dulu, kamu cuma kerja di toko kecil, kan?”

Rafael mengangkat gelasnya perlahan. “Ya, dulu memang begitu. Tapi itu semua sudah berubah. Aku hanya memanfaatkan peluang yang datang,” jawabnya, berusaha tetap tenang. Ia tahu bahwa ia harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti itu, dan ia tidak akan membiarkan dirinya terpengaruh.

Namun, dalam hatinya, ia merasa sedikit kesal. Kenapa mereka selalu terkejut begitu? Kenapa mereka tidak bisa melihat lebih dalam? Rafael berpikir. Mereka selalu menganggapnya biasa saja, bahkan ketika ia telah berusaha sekuat tenaga. Tapi kini, dengan sistem yang memberinya kekayaan dan pengetahuan, ia tahu bahwa ia tak perlu menjelaskan apapun.

Saat makan malam semakin berlangsung, Rafael mulai memperhatikan bahwa teman-temannya mulai berubah. Mereka yang dulu seringkali mengejeknya, kini lebih berhati-hati dalam berbicara. Mereka mulai meresapi kenyataan bahwa Rafael bukan lagi pria yang mereka kenal. Bahkan, saat Rafael memesan makanan penutup yang sangat mahal, mereka mulai bersikap lebih hati-hati, seolah takut mengatakan sesuatu yang salah.

“Rafael, gue gak nyangka lo bisa datang sejauh ini,” kata Daniel akhirnya, dengan nada yang lebih lembut. “Dulu, lo sering dipandang sebelah mata, kan?”

Rafael menatap Daniel dengan mata yang tajam, tapi tidak berkata apa-apa. Sebagian dari dirinya ingin membalas dengan kata-kata pedas, tetapi ia menahan diri. Aku tidak perlu membuktikan apa-apa lagi.

“Aku cuma ingin kalian tahu,” kata Rafael, mengubah topik pembicaraan, “bahwa kehidupan ini penuh dengan kesempatan. Dan hanya mereka yang berani mengambilnya yang bisa meraih perubahan.”

Sekarang, meskipun mereka masih terlihat terkejut, ada sesuatu yang berbeda di dalam diri mereka. Rafael bisa melihat bahwa mereka mulai melihat dirinya dengan cara yang berbeda, dan itu adalah hal pertama yang membuatnya merasa sedikit lebih puas.

Namun, rasa puas itu segera dihadapkan pada kenyataan yang lebih pahit. Tiba-tiba, ketika mereka sedang berbicara, seorang wanita yang Rafael kenal memasuki restoran. Itu adalah Maya, mantan kekasihnya.

Maya sedang bersama seorang pria, tampaknya sangat nyaman dan mesra. Mereka duduk tidak jauh dari meja Rafael, tanpa menyadari kehadirannya. Rafael merasa matanya terkunci pada mereka, dan tanpa sadar, ia menggenggam gelasnya lebih erat.

"Rafael, lo baik-baik aja?" tanya Daniel, melihat perubahan ekspresi di wajahnya.

Rafael menatap Maya sejenak, sebelum menjawab. “Ya, aku baik-baik saja,” jawabnya pelan, mencoba menyembunyikan perasaannya.

Daniel, yang melihat situasi itu, menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. “Lo gak apa-apa, Raf?”

Rafael tersenyum tipis, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Aku baik. Kita lanjutkan makan malam ini,” jawabnya dengan suara yang lebih mantap.

Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang sulit diungkapkan. Maya, yang dulu meninggalkannya hanya karena ia dianggap tidak cukup kaya, kini hadir dengan pria lain di hadapannya. Rafael merasa seperti ada luka lama yang kembali menganga, tapi kali ini, ia merasa lebih kuat. Maya telah memilih jalan hidupnya. Dan aku pun harus melangkah ke arah yang berbeda.

Makan malam itu berlanjut, dan meskipun ada ketegangan yang samar di udara, Rafael tahu bahwa dirinya telah melewati ujian yang jauh lebih berat dari sekadar menunjukkan kekayaannya. Ia harus belajar untuk berdamai dengan masa lalunya, sambil terus maju ke masa depan yang lebih cerah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 5. Jejak masa lalu

    Rafael pulang ke apartemennya setelah makan malam, perasaan bercampur aduk memenuhi pikirannya. Pertemuan tak terduga dengan Maya telah mengguncang hatinya, meskipun ia mencoba menyangkalnya. Wanita itu adalah bagian dari masa lalu yang ia harap tidak perlu dihadapi lagi. Namun, hidup selalu punya cara untuk menguji kekuatan seseorang.Saat ia duduk di sofa sambil menyesap teh hangat, sistem tiba-tiba aktif.> "Pembaruan misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihat daftar misi?"Rafael mendesah, menggosok pelipisnya. "Apa lagi sekarang?" gumamnya, tapi ia menekan tombol "Ya" pada layar proyeksi.Daftar misi muncul di depannya, masing-masing lebih aneh dan menantang dari sebelumnya:1. Misi: Menjadi bintang tamu di acara talk show lokalImbalan: 500.000 Rupiah dan voucher belanjaRisiko: Dikenal sebagai orang aneh karena tidak punya latar belakang terkenal.2. Misi: Menghadiahkan dompet penuh uang kepada seorang gelandangan di jalan raya.Imbalan: 1 Miliar RupiahRisiko: Potensi disal

    Last Updated : 2024-12-30
  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 6. Pembalasan yang Manis

    Setelah kejadian di pusat perbelanjaan, Rafael memutuskan untuk tidak langsung menunjukkan kekayaannya secara terang-terangan. Ia sadar bahwa menonjol terlalu cepat bisa memancing masalah yang lebih besar. Dengan rencana sistem untuk membeli restoran tempat Maya bekerja, Rafael merasa inilah saat yang tepat untuk sedikit bermain peran.Namun, ia tidak bisa langsung melaksanakan misinya. Sistem mengharuskannya mengunjungi restoran tersebut terlebih dahulu untuk menyelidiki kondisi tempat itu sebelum melakukan pembelian.Sore itu, Rafael mengenakan pakaian sederhana—kaus polos, celana jeans lama, dan sepatu yang sudah terlihat usang. Ia masuk ke restoran tempat Maya bekerja dengan langkah santai, mencoba terlihat seperti pelanggan biasa.Di dalam, restoran tampak ramai, dengan pelanggan menikmati makanan mereka. Rafael menemukan meja kosong di sudut ruangan dan duduk sambil membuka menu. Beberapa pelayan sibuk melayani pelanggan, dan di antara mereka, Rafael melihat Maya.Maya tampak te

    Last Updated : 2025-01-01
  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 7: Langkah Awal yang Mantap

    Restoran Rafael mulai menunjukkan perkembangan signifikan. Dengan strategi yang didukung oleh sistem, tempat tersebut perlahan menjadi tujuan favorit pelanggan. Namun, di balik kesuksesan itu, konflik kecil terus bermunculan, menguji kesabaran dan kecerdasan Rafael.Suatu hari, Dimas, karyawan dapur yang sering meremehkan Rafael, akhirnya memunculkan masalah. Ia ketahuan mencuri bahan makanan untuk dijual di luar. Kejadian ini terungkap ketika sistem mendeteksi adanya ketidaksesuaian dalam inventaris.Rafael memutuskan untuk menghadapi Dimas secara langsung di ruang kantor."Dimas," ujar Rafael dengan nada tegas, "aku sudah memberi semua orang di sini kesempatan untuk berkembang, tapi kamu malah memanfaatkan situasi. Bisa jelaskan kenapa?"Dimas terdiam, wajahnya memerah. "Saya... saya butuh uang, Mas. Gaji saya nggak cukup untuk kebutuhan keluarga."Rafael menghela napas. "Kalau kamu butuh bantuan, kenapa nggak bilang? Kamu malah memilih jalan yang salah."Setelah berpikir sejenak, R

    Last Updated : 2025-01-01
  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 8: Langkah di Balik Bayangan

    Misi di gala amal menjadi pengalaman yang mengesankan bagi Rafael. Selain berhasil menyelesaikan tugas dengan sempurna, ia juga meninggalkan kesan mendalam pada Amelia Hartanto. Namun, Rafael tidak ingin terlalu menonjolkan diri, terutama mengingat sistem sering memberikan misi yang berisiko tinggi.Kini, dengan restoran yang berjalan otomatis dan uang yang terus bertambah, Rafael fokus pada dua hal: meningkatkan kemampuannya dan menyelesaikan misi-misi baru dari sistem.[Sistem]: Misi baru tersedia. Apakah Anda ingin melihatnya?Tanpa ragu, Rafael membuka antarmuka sistem.Misi Pilihan Anda:1. Operasi Pasar Gelap – Menyelidiki aktivitas ilegal di sebuah pelelangan rahasia. Hadiah: 10 Miliar + Item Sistem Khusus.2. Sang Dermawan Misterius – Sumbangkan uang dalam jumlah besar tanpa mengungkap identitas Anda. Hadiah: Popularitas di kalangan tokoh penting.3. Kejar Impian Lama – Kunjungi kampung halaman dan bantu orang-orang yang dulu pernah meremehkan Anda. Hadiah: 5 Miliar + Perkemba

    Last Updated : 2025-01-03
  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 9: Panggung Bagi yang Diremehkan

    Setelah menyelesaikan misi di museum dan memperoleh Kunci Dimensi, Rafael kembali menjalani rutinitasnya. Restoran yang kini berjalan otomatis menjadi salah satu sumber penghasilan yang terus berkembang, sementara kekayaan dari sistem memberinya kebebasan untuk mengatur hidupnya tanpa tekanan. Namun, Rafael tetap sering berpura-pura hidup sederhana. Bukan karena ia takut dikenal, tetapi karena ia menikmati melihat reaksi orang-orang ketika mereka salah menilai dirinya Suatu sore, Rafael mengunjungi sebuah toko elektronik untuk membeli laptop baru. Ia mengenakan pakaian sederhana—kaos polos dan jeans usang. Penampilannya yang biasa saja membuat pegawai toko memandang rendah dirinya sejak ia masuk. “Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya salah satu pegawai dengan nada dingin. Rafael tersenyum tipis. “Saya butuh laptop untuk pekerjaan. Bisa tunjukkan model terbaru?” Pegawai itu mengernyitkan dahi,

    Last Updated : 2025-01-12
  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 10: Fondasi Kerajaan Kekayaan

    Rafael kini tidak lagi terobsesi dengan dunia lain yang ia lihat dalam penglihatan terakhir. Baginya, apa yang ada di depan matanya saat ini jauh lebih penting—membangun kerajaan kekayaan yang tak tergoyahkan. Ia menyadari bahwa dunia tempat ia hidup penuh dengan peluang, sekaligus tantangan yang membutuhkan keberanian, kecerdasan, dan sedikit sentuhan keberanian untuk menaklukkan semuanya.Dengan restoran yang sudah berjalan stabil di bawah pengawasan Dimas, Rafael memutuskan untuk memperluas bisnisnya. Ia ingin menciptakan lebih banyak sumber pendapatan, bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga sebagai bukti bahwa dirinya mampu melampaui semua hinaan yang pernah ia terima.Konflik: "Pertemuan dengan Investor yang Meremehkan"Rafael memutuskan untuk membuka lini usaha baru: kafe butik di pusat kota yang menggabungkan konsep modern dengan suasana mewah. Namun, untuk mewujudkan idenya, ia membutuhkan mitra yang dapat mendukungnya secara strat

    Last Updated : 2025-01-12
  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 11: Bara Api di Balik Kekuasaan

    Setelah berhasil menguasai bisnis Aditya dan membersihkan namanya dari berbagai tuduhan, Rafael menyadari bahwa semakin tinggi ia melangkah, semakin besar pula ancaman yang harus ia hadapi. Kini, pergerakannya mulai menarik perhatian para raksasa bisnis yang tidak suka melihat "pendatang baru" mendominasi panggung mereka. Suatu pagi, Rafael menerima undangan makan malam dari seorang pengusaha besar bernama Surya Hartanto, pemilik jaringan bisnis ritel terbesar di negeri itu. Surya dikenal dengan kekuasaan dan pengaruhnya yang luas, tetapi juga metode bisnisnya yang tak kenal ampun. Di restoran mewah tempat mereka bertemu, Surya menyambut Rafael dengan senyum ramah. Namun, pembicaraan mereka segera berubah serius. “Rafael, aku mengagumi keberanian dan kesuksesanmu. Tapi, di dunia ini, ada batasan yang harus dihormati. Aku sarankan kau menjual sebagian asetmu kepadaku sebelum semuanya menjadi lebih rumit.” Rafael menatap Surya dengan mata tajam. “Kau ingin membeli asetku? Itu menari

    Last Updated : 2025-01-13
  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 12: Perang besar

    Setelah mengalahkan aliansi bisnis besar, Rafael menikmati periode singkat kedamaian. Namun, bayang-bayang ancaman baru mulai tampak. Kekayaannya yang terus meningkat dan pengaruhnya yang semakin luas menarik perhatian pihak-pihak yang lebih berbahaya—baik dari dalam negeri maupun internasional.Rafael memercayakan operasional sebagian bisnisnya kepada Dimas, manajer yang telah lama ia percaya. Namun, tanda-tanda pengkhianatan mulai muncul. Beberapa laporan keuangan tidak sesuai, dan salah satu proyek besar Rafael tiba-tiba gagal karena keputusan yang dibuat tanpa sepengetahuannya.Suatu malam, Rafael memanggil Dimas ke kantornya.“Dimas, aku percaya padamu selama ini. Tapi sekarang, aku butuh penjelasan,” kata Rafael sambil melemparkan laporan keuangan ke meja.Dimas terlihat gugup, tetapi mencoba menyangkal. “Pak Rafael, ini pasti kesalahan tim saya. Saya akan menyelidiki lebih lanjut.”Namun, Rafael tidak mudah dibodohi. Dengan bantuan sistem, ia sudah mengetahui bahwa Dimas diam-d

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 56: Bayangan yang Tidak Pernah Tidur

    Udara malam menyelinap masuk melalui jendela apartemen Clara yang setengah terbuka. Di sisi ruangan, Rafael duduk bersandar di sofa, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan peta pengawasan baru dari sistem. Titik-titik merah yang melingkari nama Clara dan Ronald bergerak perlahan, seolah menjadi pengingat bahwa setiap langkah mereka kini diawasi, bukan hanya oleh Rafael, tapi oleh kekuatan yang belum terlihat wujudnya.Clara duduk tak jauh darinya, kedua tangannya memeluk bantal kecil di pangkuan, pandangannya kosong. Sejak pengakuan malam itu, atmosfir di antara mereka berubah. Tak ada lagi sekat formal atasan dan bawahan, yang tersisa hanya dua manusia yang sama-sama terjebak di dalam permainan yang tak mereka pahami sepenuhnya.“Pak Rafael…” suara Clara lirih memecah kesunyian.Rafael menoleh, sorot matanya tak sekeras biasanya. “Panggil nama gue aja kalau gak ada orang lain, Clara.”Clara terdiam sejenak, lalu mencoba, “Rafael…”“Ya?”“Kenapa… mereka targetin saya? Saya

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 55: Jerat yang Semakin Mengikat

    Rafael duduk sendirian di ruang tamu penthouse-nya. Lampu temaram menyelimuti ruangan, hanya ditemani bayangan dirinya sendiri di jendela besar yang menghadap gemerlap kota. Di tangannya, segelas whisky yang bahkan belum disentuh. Pikirannya melayang ke percakapan dengan Leonhart beberapa jam lalu.Leonhart.Nama yang sebelumnya asing, tapi entah kenapa terasa seperti bom waktu yang baru saja aktif di bawah kakinya. Ia tahu, menolak pria itu bukan akhir dari segalanya. Justru itu awal dari sesuatu yang lebih berbahaya.Sistem tiba-tiba berbunyi lagi.> Ding! Misi Khusus Terbuka: "Menyusun Bayangan Sendiri"Deskripsi: Ketika kau menolak ajakan penguasa lama, kau harus menciptakan kekuatanmu sendiri agar tak dihancurkan.Tujuan: Bangun jaringan rahasia di balik bisnis-bisnismu. Rekrut orang-orang yang bisa dipercaya, tanpa mereka menyadari tujuan utamamu.Hadiah: Blueprint Proyek Rahasia 'Fortress' + 1 Kunci Informasi Tentang Leonhart.Mata Rafael menyipit.Jaringan rahasia? Dia bukan k

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 54: Permainan Catur di Dunia Bayangan

    Rafael menatap kartu hitam di tangannya dengan ekspresi datar, tetapi pikirannya penuh dengan analisis. Kata-kata Adrian tadi masih bergema di telinganya:"Dunia di mana uang bukan lagi batasan."Sistem dalam benaknya tetap diam setelah peringatan sebelumnya. Itu saja sudah cukup memberi tahu Rafael bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kartu ini.“Jadi, Rafael,” suara Adrian terdengar lagi. “Apa yang akan kau pilih? Kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar… atau jalan yang sulit sendirian?”Rafael menempatkan kartu itu kembali ke meja dan tersenyum tipis. “Kau terlalu percaya diri, Adrian.”Adrian mengangkat alis. “Maksudmu?”“Aku tidak pernah sendirian,” jawab Rafael, bersandar di kursinya. “Kau berpikir bahwa aku sampai di titik ini karena ‘bantuan’ dari sesuatu? Itu lucu.”Adrian menatapnya dalam-dalam, mencoba mencari celah dalam ekspresi Rafael. Tapi Rafael tidak memberi sedikit pun petunjuk.Lalu, Adrian tertawa kecil. “Ternyata kau belum berubah. Masi

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 53: Kawan Lama, Lawan Baru

    Malam itu, Rafael duduk di balkon apartemennya, menyesap anggur sambil menatap kelap-kelip kota. Udara dingin berhembus, membawa ketenangan sejenak setelah semua kekacauan yang terjadi. Vincent Caldwell telah ditangkap, dan Noah Sinclair menghilang tanpa jejak setelah jebakan itu.Serena berdiri di belakangnya, menyilangkan tangan dengan ekspresi penuh pertimbangan.“Ini terlalu mudah,” ujarnya pelan.Rafael meletakkan gelasnya dan tersenyum kecil. “Kau juga merasa begitu?”Serena mengangguk. “Vincent memang sudah tumbang, tapi Noah… dia bukan orang yang akan menerima kekalahan begitu saja.”Dimas, yang baru datang membawa dokumen, menimpali, “Dan Leonard? Kita membiarkannya pergi begitu saja?”Rafael tertawa pelan. “Dia bukan ancaman. Hanya seorang pengecut yang mencoba bertahan hidup.”Serena masih terlihat tidak tenang. “Tapi pengecut juga bisa menjadi duri dalam daging.”Rafael menatap ke kejauhan, matanya memancarkan kilau tajam. “Itulah kenapa kita harus mulai bergerak lebih cep

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 52: Jerat yang Tak Terlihat

    Di sebuah apartemen mewah, Rafael duduk di depan meja kerja dengan laptop terbuka. Cahaya dari layar menyorot wajahnya yang serius. Flash drive yang diberikan Leonard sudah terhubung, dan mata Rafael menyapu berbagai dokumen yang tersimpan di dalamnya.Beberapa file berisi laporan keuangan yang dimanipulasi, transaksi mencurigakan, hingga rekaman percakapan antara Vincent dan seseorang yang disamarkan suaranya.“Ada yang aneh…” gumam Rafael.Ia mengaktifkan perangkat dekripsi yang ada di sistemnya untuk mengembalikan suara asli dari rekaman itu. Tidak butuh waktu lama sebelum suara yang familiar terdengar."Vincent, aku sudah memberikan semua informasi yang kau butuhkan. Jangan buat kesalahan kali ini."Dahi Rafael mengernyit.Suaranya tidak asing—terdengar seperti seseorang dari keluarga Sinclair.“Sistem, bisa identifikasi siapa orang ini?”> Sistem:“Menganalisis suara…98% kecocokan dengan Noah Sinclair.”Tatapan Rafael langsung berubah tajam.Noah Sinclair.Sepupunya.Pria itu di

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 51: Kebenaran yang Berharga

    Rafael duduk di ruangannya, menatap layar yang dipenuhi data tentang Vincent Caldwell dan jaringan investasinya. Black Fox telah bekerja tanpa henti, menyelidiki setiap celah yang bisa mereka manfaatkan. Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin banyak anomali yang muncul.“Rafael, ada sesuatu yang tidak beres,” kata Black Fox, matanya terpaku pada layar.“Apa itu?”“Ada transaksi mencurigakan yang dibuat atas namamu.”Rafael menajamkan pandangan. “Transaksi apa?”“Sejumlah besar dana ditransfer ke rekening offshore. Dan yang lebih buruk, ada bukti yang menunjukkan bahwa itu berkaitan dengan pencucian uang.”Dimas mengumpat. “Sial, mereka benar-benar ingin menjatuhkanmu.”Serena menatap Rafael dengan waspada. “Apa kita bisa menghapus bukti itu?”Black Fox menggeleng. “Terlalu berisiko. Jika kita menghapusnya begitu saja, itu malah akan terlihat lebih mencurigakan.”Sistem berbunyi.> Sistem:"Kau sedang dijebak dalam permainan cermin. Mereka membuat skenario seolah-olah kau yang b

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 50: Tekanan yang Semakin Kuat

    Sehari setelah pertemuan dengan Vincent Caldwell, Rafael kembali ke kantornya. Meskipun ia menolak tawaran Vincent, ia tahu bahwa orang seperti Vincent tidak akan tinggal diam.Dan benar saja, sistem kembali berbunyi.> Sistem:"Efek dari keputusanmu mulai terlihat. Kelompok Vincent Caldwell telah mengambil langkah untuk mempersempit ruang gerak finansialmu."Tindakan yang direkomendasikan:Lacak pergerakan mereka dan siapkan langkah antisipasi.Jangan bereaksi terburu-buru.Black Fox, yang sejak tadi memantau pasar, menghela napas. “Mereka mulai menyerang. Beberapa rekening bisnis kita sedang mengalami pembekuan mendadak. Bank mengklaim bahwa ini hanya pemeriksaan rutin, tapi jelas ini bukan kebetulan.”Dimas mengetuk meja dengan keras. “Brengsek. Mereka mencoba melumpuhkan kita dari dalam.”Serena menyilangkan tangan. “Kalau begini, kita tidak bisa hanya diam.”Rafael memijat pelipisnya. “Jelas tidak. Tapi kita juga tidak bisa asal menyerang tanpa rencana.”Ia berpikir sejenak, lalu

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 49: Jaring yang Menyempit

    Rafael menatap layar besar di ruang kontrolnya. Video yang mengatasnamakan dirinya mulai menyebar luas, menampilkan potongan suara yang terdengar seperti dirinya, membicarakan strategi gelap untuk menghancurkan pesaingnya."Ini editan yang sangat halus," kata Black Fox, matanya berkilat penuh fokus. "Mereka menggunakan deepfake suara dan kemungkinan besar AI untuk menyusun ini. Tidak mudah membuktikan kalau ini palsu dalam waktu singkat."Dimas menggeram. "Mereka benar-benar mencoba menghancurkan nama baik Rafael secara total."Serena menatap Rafael dengan penuh perhatian. "Apa kita akan mengklarifikasi? Atau justru menggunakan ini untuk keuntungan kita?"Sistem berbunyi di benaknya.> Sistem:"Opsi terbaik saat ini bukanlah membela diri secara langsung. Biarkan musuhmu terpancing lebih jauh hingga mereka membuat kesalahan."Tindakan yang direkomendasikan:Jangan buru-buru menyangkal, tetapi biarkan publik mempertanyakan keabsahan video tersebut.Gunakan teknik psikologis untuk membua

  • Si Miskin Menjadi Raja Kekayaan   Bab 48: Manuver Dalam Rencana

    Di ruang kontrolnya, Rafael membaca ulang artikel yang menyerangnya. Setiap kata seolah-olah telah dirancang dengan hati-hati untuk merusak reputasinya. Tuduhan pencucian uang, aliran dana mencurigakan, bahkan keterlibatan dalam aktivitas ilegal yang tidak pernah ia lakukan—semuanya terpampang di berbagai media utama.Dimas mengepalkan tangan. "Ini jelas serangan yang sudah dirancang sebelumnya. Mereka tahu kapan harus menyerang."Black Fox mengetik cepat, menelusuri sumber berita. "Aku sudah memeriksa, sebagian besar media yang menyebarkan ini memiliki koneksi dengan jaringan investor rahasia. Tapi yang lebih menarik, ada sejumlah dana besar yang masuk ke mereka beberapa hari sebelum berita ini keluar."Serena menyipitkan mata. "Jadi, seseorang membayar media untuk menyerang kita."Rafael tersenyum tipis. "Bukan hanya seseorang. Ini adalah gabungan dari mereka yang tidak ingin aku menang."Sistem kembali berbunyi:> Sistem:"Langley dan sekutunya memiliki pengaruh kuat dalam industri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status