Home / Romansa / Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert / Sauce Stains and Curry Sauce Stains on Shelley's Shirt

Share

Sauce Stains and Curry Sauce Stains on Shelley's Shirt

Author: nailazhw
last update Last Updated: 2021-07-15 08:53:30

 “Edbert.”

“Edbert.”

“Edbert.”

“Edbert!” pekik Brandon dengan pelan, tepat di telinga kanan Edbert.

Edbert sedikit terlonjak kaget karena pekikan Brandon di telinganya.

“Fuck Brandon!” maki Edbert dengan kesal.

“Apa yang sedang kau lihat, hah? Mahasiswi itu?” tebak Brandon dengan sangat penasaran.

Edbert hanya bisa diam dan menutup mulutnya rapat-rapat. Brandon tersenyum dengan sangat tipis. Dia tahu apa arti dari diamnya seorang Edbert Bravey. Brandon mengalihkan pandangannya pada mahasiswi cupu yang sedag di-bully oleh Michalina dan geng-nya. Ada perasaan kasihan pada mahasiswi cupu itu. Padahal, ini adalah hari pertama bagi mahasiswi itu untuk menuntut ilmu di kampus bisnis ini.

Brandon menyentuh airpods yang terpasang ditelinganya. Dengan perasaan malu dan kesal, Brandon berucap pada orang diseberang sana.

“Sara, cepatlah pergi ke rooftop. Aku tunggu di sana,” ujar Brandon pada Sara melalui airpods.

T-tapi kenapa, Darl?” panik Sara tanpa sadar kalau dia terus diawasi oleh Brandon.

“Cepatlah! Pergi sekarang! Ada hal penting yang harus aku bicarakan,” geram Brandon dengan penuh perintah yang tidak bisa dibantah oleh Sara.

Kenapa Say-”

“Pergi sekarang atau kita putus sekarang?!” ancam Brandon.

I-iya, aku pergi sekarang,” balas Sara dengan ketakutan.

Brandon kembali menyentuh airpods-nya setelah Sara pergi menuju pintu keluar ruang makan. Edbert menyenggol pelan lengan kekar Brandon yang tertutupi oleh jaket kulitnya.

“Apa kau yang menyuruh Sara pergi?” tanya Edbert.

Brandon mengangguk. “Jujur saja aku malu memiliki kekasih sepertinya. Sudah berulang kali aku larang untuk berteman dengan Michalina, Tania, dan Tanisa, tetap saja dia berteman dengan mereka. Mungkin sudah waktunya hubungan aku dengan Sara berakhir,” ucap Brandon panjang lebar sebelum pergi begitu saja meninggalkan Edbert yang masih terdiam karena ucapan sahabatanya barusan.

“Siapa namamu?!” tanya Michalina dengan tatapan mengejek.

“S-shelley,” jawab Shelley dengan berupura-pura ketakutan.

“Hanya itu saja? Apa kau lahir dari wanita yang tidak memiliki suami, sehingga kau tidak memiliki nama belakang?” ejek Tanisa.

Shelley hanya diam. Dia berusaha meredam emosi yang mulai bergejolak di dalam diirnya.

“GUYS, NAMA LENGKAPNYA ADALAH SHELLEY VALIERE!” ujar mahasiswi dengan kerasnya setelah melihat pada layar ponselnya.

“Darimana kau tahu?” tanya Tania pada mahasiswi yang berucap tadi.

“Dari ibuku,” ujarnya.

“Dia anak dari Mrs. Clavia,” bisik Tanisa tepat di telinga Tania.

Tania yang mendapat bisikan dari saudari kembarnya, hanya bisa mengangguk percaya pada Tanisa.

 “Kenapa kau diam, hah?!” pekik Michalina dengan amarah yang terlihat jelas di kedua bola mata miliknya.

Shelley hanya diam dan tidak bergerak sama sekali. Sorot matanya masih tertuju pada sepatunya yang lusuh. Kedua tangannya terus memegang dua buku tipis yang sedari tadi di dekapnya.

“JAWAB AKU SHELLEY!” pekik Michalina sambil menarik rambut Shelley yang diikat kuda.

Shelley berusaha melepas tarikan tangan Michalina yang berada di rambut indah miliknya. Tanpa sadar, Shelley meneteskan air mata karena menahan rasa sakit yang diberikan oleh Michalina. Bola mata indah miliknya tidak terlihat lagi, karena kedua kelopak mata yang terpejam dengan sangat erat.

“JAWAB BURUK RUPA!” ujar Michalina.

Michalina yang tidak mendapat balasan dari Shelley pun semakin gencar untuk menarik rambut lembut milik Shelley. Dia tidak peduli kalau rambut Shelley rontak karena ulahnya. Dia pun tidak peduli dengan rintihan Shelley yang sanagt pelan. Ketika dia melihat kedua keloapk mata yang tertutup itu mengeluarkan air mata, entah kenapa dia semakin bersemangat untuk menarik rambut si buruk rupa.

“Oh, rupanya Si Buruk Rupa tidak ingin membuka suaranya. Atau mungkin dia tidak bisa berbicara?” ujar Michalina disela-sela menarik rambut Shelley.

“Heum, bagaimana kalau kita kotori pakaian Si Buruk Rupa dengan saus atau jus?” saran Tanisa sambil mengambil dua botol saus sekaligus yang ada di meja belakang tubuhnya.

“Kalau hanya saus, sepertinya masih sangat kurang untuk memberinya pelajaran. Bagaimana kalau sekalian kita sirami dengan saus dan kuah kari? Mungkin itu lebih baik,” timpal Tania sambil mengambil dua mangkok yang berisi kuah kari.

Byur...

Tanpa menunggu aba-aba, kuah kari yang semula berada di mangkok mulai mengotori seluruh pakaian bagian depannya yang berwarna soft blue. Tidak berhenti sampai di situ saja, Tanisa mulai menyemprotkan saus yang berada di dalam botol, tepat pada pakaian Shelley yang sudah dipenuhi oleh noda kuah kari.

Kini pakaian yang tadinya bersih tanpa noda, sudah kotor dengan noda kuah kari dan saus sambal. Tanisa tidak hanya menyemprotkan isi saus sambal ke pakaian Shelley saja, tetapi dia juga menyemprotkan saus itu pada rambut Shelley.

Tawa riuh dari para mahasiswi dan mahasiswa yang ada di raung makan mulai menggema. Mereka sangat suka ketika disuguhi oleh drama yang dilakukan oleh Michalina dan geng-nya. Tidak sedikit dari mereka mengabadikan momen dimana Michalina dan geng-nya membully habis-habis si objek bully.

“Sepertinya ini akan menjadi trending di kampus kita,” ujar salah seorang mahasiswi setelah mengiriim video hasil rekamannya pada grup sekolah yang berisi seluruh mahasiswi dan mahaisswa yang menuntut ilmu di kampus elit ini.

“Semoga saja Michalina terus-terusan membully mahasiswi cupu itu,” timpal mahasiswi disebelahnya.

“Kalau dilihat-lihat, mahasiswi itu sangat pantas untuk menjadi korban bullying dari Michalina. Coba lihatlah cara berpakaian mahasiswi baru itu. Tidak ada yang terlihat branded dari pakaian yang dikenakannya. Dia juga tidak terkesan elegant seperti mahasiswi yang ada di kampus ini,” ujar mahasiswi lainnya yang mendengar pembicaraan dua mahasiswi itu.

“Kurasa, dia adalah mahasiswi yang salah memilih kampus,” balasnya.

Kedua mahasiswi itu mengangguk setuju pada mahasiswi yang satu ini.

“Upss, sorry Shelley.” maaf Tania dan Tanisa dengan nada merendahkan.

“Apakah dia sudah cocok seperti boneka Barbie?” tanya Tanisa pada semua orang yang melihat kejadian ini.

“Ya, sangat mirirp!” balas mahasiwi yang sedang duduk di atas meja makan.

“Apa kau dengar apa yang diucapkan mahasiswi dengan rambut blone itu?” tanya Michalina pada Shelley yang tidak bereaksi apa-apa sejak awal dia bully.

“Ini adalah balasan kalau kau tidak hormat dan tidak membalas ucapanku. Jika kau masih terus-terusan seperti ini, maka aku pastikan setiap harinya kau terus mendapat hal yang sama bahkan lebih parah dari ini. Camkan itu!” ujar Michalina panjang lebar sambil mengacungkan jari telunjuknya pada Shelley.

“GUYS, AYO KITA PERGI! BIARKAN SI BURUK RUPA INI SENDIRIAN DI SINI. SIAPA YANG MAU AKU TRAKTIR BELANJA PAKAIAN BRANDED DI MALL MILIK AYAHKU? AYO IKUT AKU!” teriak Michalina dan kemudian dia pergi lebih dulu meninggalkan ruang makan yang mulai heboh karena Michalina membelanjakan mereka pakaian branded di pusat perbelanjaan milik ayahnya. Tidak lupa, Tania dan Tanisa berjalan mengkori Michalina.

Tanpa menunggu lama setelah tubuh Michalina, Tania, dan Tanisa tidak terlihat lagi, seluruh mahasiswi dan mahasiswa yang ada di raung makan berebut pintu keluar ruang makan. Tentu saja mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Mungkin, inilah keuntungan yang mereka dapatkan ketika mendapat teman kampus yang merupakan anak satu-satunya dari pemilik pusat perbelanjaan terbesar ketiga di benua Amerika.

Shelley mendongakkan pandangannya saat melihat sepasang sepatu kets pria yang sudah berada di dekatnya. Pandangannya terkunci pada bola mata cokelat terang milik mahasiswa yang satu ini. Entah kenapa, saat sorot manik miliknya terkunci dengan manik milik mahasiswa ini, dia merasa sangat senang dan merasa lemas seketika. Jantunya pun terpacu begitu cepat, sehingga dia kewalahan untuk mengatur irama jantungnya.

“Sadar Edbert! Kau harus pergi sekarang,” batin Edbert memperingati dirinya untuk segera pergi dari mahasiswi baru dan cupu ini.

Tanpa sepatah kata apapun, Edbert langsung memutus kontak mata dan melangkahkan kakinya dengan angkuh menuju dua buah pintu besar yang merupakan pintu keluar-masuk ruang makan.

“Ada apa dengaku?” tanya Shelley pada dirinya sendiri sambil menatap bahu lebar dan tegap milik mahasiwa yang baru saja kontak mata dengannya.

Tanpa disadari oleh Shelley, masih tersisa dua mahasiwi yang berada jauh didepan Shelley. Salah seorang mahasisiwi itu menyenggol tangan mahaissiwi lainnya untuk melangkahkan kakinya menuju Shelley yang pandangannya masih tertuju pada tubuh Edbert.

“Shelley,” sapa salah satu mahasisiwi itu.

Dengan cepat, Shelley mengalihlkan pandangannya dari bahu mahasiswa tadi pada mahasiwi cantik yang ada di hadapannya.

Mahasisiwi itu mengulurkan tangannya dan dengan ramahnya dia memberitahu namanya. “Hai Shelley, aku Lizzie Stivan. Kau bisa memanggilku Lizzie.”

Dengan pelan, Shelley mengulurkan tangannya dan mengucapkan namanya dengan pelan. “Shelley Valiere.”

“Jangan takut Shelley, kami tidak sama seperti Mchalina. Tenanglah, mungkin kita bertiga bisa menjadi teman baik atau sahabat?” ujar Lizzie dengan senyumannya.

Shelley terenyuh. Dia tidak menyangka kalau masih ada orang baik yang bisa menerimanya. Dia pikir, tidak akan ada satu pun orang yang ingin berteman dengannya. Ternyata pikirannya sangat-sangat salah.

Dengan pelan, Shelley menyetujui ajakan Lizzie.

“Perkenalkan namamu, Na!” bisik Lizzie dengan sedikit kesal karena sahabatnya tidak dengan cepat mengatakan namanya.

“Oh iya aku lupa, namaku Alana Corda dan kau bisa memanggilku Alana,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah.

“Shell-”

“Aku sudah tahu namamu Shelley.” Potong Alana saat Shelley hendak memberitahu namanya.

Lizzie menyenggol lengan Alana dengan keras hingga Alana mengaduh kesakitan.

“Tidak baik memotong ucapan orang lain, Na,” bisik Lizzie yang masih bisa didengar oleh Shelley.

“Maaf,” balas Alana dengan berbisik.

Shelley yang melihat hal itu, hanya bisa terkekeh pelan karena kekonyolan yang dibuat oleh dua teman barunya.

“Jadi, kita berteman atau bersahabat?” tawar Alana dan Lizzie bersamaan.

Related chapters

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   New Besrt Friends

    Shelley sedikit kaget karena tawaran yang diberiakan oleh Alana dan Lizzie. Dia tidak menyangka mereka akan dengan mudah menerimanya sebagai teman. Dan yang membuatnya lebih kaget lagi adalah saat Lizzie dan Alana menawarkannya untuk menjadi sahabat mereka.Shelley masih menimang-nimang ajakan kedua mahasiswi cantik yang ada di hadapan mereka. Tawaran yang mereka berikan sngatlah tulus. Dia bisa melihat ketulusan dari manik berwarna cokelat gelap milik Lizzie dan manik berwarna cokelat terang milik Alana.“Astaga, aku tidak menyangka mereka akan menawarkan hal ini padaku. Apa sebaiknya aku terima saja tawaran mereka? Tapi, apakah mungkin mereka serius menawarkan hal ini padaku,” batin Shelley dengan sangat bimbang.“Bagaimana Shelley?” tanya Lizzie dengan tatapan penuh harapan agar Shelley mau menerima ajakannya.“Terima lah Shelley. Kami memang tulus ingin berteman denganmu ... atau lebih baik lagi, kita bersahabat,” t

    Last Updated : 2021-07-15
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Best Destiny

    Lizzie yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam dan mengikuti segala yang dilakukan oleh pria tampan dihadapannya.“Alana dan ... Shelley, aku akan pergi bersama Lizzie. Kalian jaga diri baik-baik,” pesan pria itu sebelum pergi bersama Lizzie.“Dia kakak kembaranku,” ujar Alana setelah meneguk soda dingin miliknya.Shelley mengangguk kecil.Sambil membenarkan kacamata baca miliknya, Shelley mengucapkan pendapatnya tentang kembaran Alana. “Pantas saja dia menjadi idola kampus ketiga. Seharusnya kau bangga dengan kembaranmu, Alana,” pendapat Shelley.Alana memutar bola matanya malas. “Kuharap kau tidak keturalan virus dari Lizzie, Shelley. Huh, entah kenapa aku merasa tidak beruntung ketika mendapatkan kembaran seperti Adward.” Kesal Alana.“Tapi kenapa?”Jujur saja Shelley tidak paham dengan maksud Alana. Seharusnya Alana bangga dengan kakak kembarannya. Tetapi, kenapa in

    Last Updated : 2021-07-15
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Kesedihan yang Tersembunyi

    Alana menatap pada dua cangkir coklat panas yang dia buat beberapa menit lalu. Alana mengambil satu cangkir berwarna kuning gelap yang ada di atas nampan kesayangannya. Dia memberikan cangkir itu pada Shelley dengan tersenyum.“Shelley, minumlah coklat panasmu,” ucap Alana.Shelley menerima cangkir itu dengan tersenyum, membalas senyuman Alana. “Terima kasih Alana.” Alana mengangguk.Setelah Shelley mengucapkan ucapan terima kasih padanya, Alana langsung mengambil satu cangkir yang tersisa dengan warna yang sama.“Hah, aku jadi teringat dengan Lizzie. Kira-kira, apa yang sdang dilakukan oleh Lizzie dan Adward, ya?” batin Alana bertanya-tanya.Coklat panas yang telah dibuatkan oleh Alana, mengaliri tenggorokan Shelley yang kering. Panas dari suhu coklat itu mulai menghangati tubuh Shelley yang sedikit kedinginan karena pakaian lengan pendek yang dia gunakan.Alana menaruh cangkir yang sudah tersisa

    Last Updated : 2021-08-05
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   2 Jam Kebersamaan Keduanya

    “Apa benar kau akan pindah ke negara lain?” tanya Shelley setelah Alana mengganti saluran TV. Alana menatap Shelley dan mengangguk. “Mungkin salah satu negara yang ada di benua Eropa,” ujar Alana dengan yakin. “Negara?” Alana menggeleng. “Entahlah, aku belum memikirkan negaranya.” “Sekarnag waktunya kau menceritakan tentang masalah hidupmu, Shelley,” pinta Alana. Shelley tersenyum tipis. “Aku tidak memiliki masalah apapun Alana. Kalaupun ada, sudah pasti aku akan berusaha menyelesaikan masalahku sendiri.” Alana memayunkan bibirnya. “Kau harus berbagi masalah pribadimu denganku dan Lizzie. Kami pasti akan membantumu keluar dari masalah itu,” ucap Alana panjang lebar. “Terima kasih Alana, tapi tidak semua hal bisa diberitahukan pada orang lain. Benar kan?” Alana mengangguk. “Benar, tidak semua masalah bisa diberitahukan pada orang lain.” “Shelley, jangan bilang kalau kau dibully oleh gengnya Michalina itu bukanlah

    Last Updated : 2021-08-06
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Pelukan Pertama

    Saat ini, Shelley sedang berada di trotoar depan gedung apartemen Alana. Pandangannya terus tertuju pada jalan raya yang sangat sepi karena cuaca yang lumayan dingin dan habis hujan. Shelley berniat untuk memesan taksi online, tetapi dia harus menghilangkan niatnya untuk memesan taksi online karena ponselnya yang tidak bisa digunakan untuk memesan taksi online.“Sabar Shee, kau tidak boleh mengeluh. Ini jalan satu-satunya agar impianmu terwujud,” batin Shelley sambil menyemangati dirinya sendiri.Shelley memutar sedikit tubuhnya dan melihat sebuah halte pemberhentian bus yang ada dibelakang tubuhnya. Dia melangkahkan kakinya dengan perlahan. Shelley menyadari kalau kedua kakinya sudah menggigil karena cuaca yang lumayan dingin. Kalau saja dia memakai celana yang tadi terkena kuah kari dan saus, mungkin kakinya tidak akan semenggigil ini.Shelley mendudukan tubuhnya dengan perlahan. Tidak lupa dia merapatkan kedua kakinya. Shelley berharap, dengan beg

    Last Updated : 2021-08-08
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Salah Paham

    “Kau ...”“APA YANG KAU LAKUKAN EDBERT?!” teriak wanita itu dengan mata melotot.Edbert melerai pelukan hangatnya dengan Shelley. Edbert menangkup kedua pipi Shelley dengan kedua telapak tangannya yang hangat. Edbert pun tak lupa memberikan senyum menenangkannya pada Shelley.Tentu saja hal itu membuat jantung Shelley berdegup kencang. Shelley mulai merasa ada kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya."Tuhan, kenapa aku merasakan hal ini?" batin Shelley.Ibu jari Edbert mengusap jejak air mata yang masih basah di salah satu pipi Shelley."Kau tetap di mobil saja. Biar aku menangani wanita gila itu," ucap Edbert dengan senyum yang tak luntur.Shelley yang gugup, hanya sanggup mengangguk kaku. Shelley merasa, suaranya tersekat di tenggorokannya. Oleh karena itu, Shelley hanya bisa mengangguk, meskipun mengangguk kaku.Edbert menjauhkan kedua telapak tangannya dari Shelley. Edbert me

    Last Updated : 2021-08-09
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Gadis ini Sangat Misterius

    “Dia tidak ingin hal ini diketahui oleh orang lain,” jawab Edbert tanpa menatap sedikitpun pada Shelley.Shelley mengalihkan pandangannya keluar jendela. Dia tahu pasti kenapa Michalina tidak memberitahukan hal ini pada ketiga sahabatnya, Sara, Tania, dan Tanisa. Pasti Michalina tidak ingin kalau ketiga sahabatnya berpikiran kalau ayahnya sudah bangkrut dan ketiga sahabatnya itu akan menjauhi dirinya karena ayahnya sudah bangkrut.Drt ... drt ...Shelley merasa ada getaran dari dalam genggaman tangan kanannya. Dia menurunkan pandangannya pada ponsel jadul miliknya. Sebuah nomor asing sedang menghubunginya. Shelley mengingat-ingat apakah dia sudah memberi nomornya pada orang lain. Dia ingat betul kalau belum memberi nomor ponselnya pada orang lain, termasuk Alana.“Kalau aku belum memberi nomorku pada siapapun, lantas siapa yang sedang berusaha menghubungiku?” batin Shelley bertanya-tanya.Edbert menoleh pada Shelley karena s

    Last Updated : 2021-08-09
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Manison Maxllan

    “Shelley, kenapa kau diam?” tanya Edbert dengan pelan.Shelley masih saja terdiam. Edbert yakin kalau Shelley sedang memikirkan suatu hal, hingga dia tidak mendengar pertanyaannya. Dibalik keterdiaman Shelley, Edbert bertanya-tanya di dalam hatinya. Apakah mungkin ada yang sedang ditutup-tutupi oleh Shelley?“Shelley,” panggil Edbert.“Iya, tentu saja aku mengenalnya,” jawab Shelley dengan sangat cepat.Edbert tidak menanggapi jawaban Shelley yang sangat cepat. Edbert memilih untuk mengalihkan pandangannya kedepan dan fokus pada jalan raya yang sangat sepi. Edbert berusaha untuk melupakan sikap aneh Shelley. Namun nihil. Dia tidak bisa menghilangkan sikap aneh Shelley dari benaknya.“Sepertinya ada yang sedang disembunyikan Shelley,” batin Edbert dengan pandangan fokus pada jalanan.Sama seperti Edbert yang sedang memikirkan sikap aneh Shelley, Shelley pun juga merasa bingung dengan sikapnya. T

    Last Updated : 2021-08-10

Latest chapter

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Brengsek tapi Tidak Merusak Kesucian

    Brak...Seluruh mata langsung tertuju pada Brandon. Sang empu yang ditatap oleh enam mata, malah menyengir tak bersalah.“Bukan salahku, salahkan pintunya yang cari perhatian,” ucap Brandon dengan langkah lebarnya menuju meja makan.Enam manik itu berotasi. Brandon memang seperti itu. Suka mencari-cari kesalahan benda mati dan terkadang sangat menjengkelkan. Namun, dua sifat itulah yang mampu membuat sahabat-sahabatnya terhibur.“Ayo cepat sarapan Brandon!” seru Noah dengan menghentak-hentakkan garpu pada meja makan.“Shutt, diam Flyta,” balas Brandon setelah ia mendudukkan bokongnya di kursi.Noah mematung. Ucapan Brandon, mampu mengacak-acak otaknya pagi ini. Bagaimana tidak, pertanyaan yang terus berputar dibenaknya hanya berporos pada apa yang diucapkan Brandon.Flyta. Nama itu kembali muncul kepermukaan. Sudah bertahun-tahun ia menenggelamkan dan menutup mata beserta telinga dari seorang

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Noah Sialan

    “Ish, Noah kakimu,” keluh Brandon saat kaki Noah menindihi kakinya.“Noah,” panggil Brandon dengan kedua mata tertutup.Tidak ada sahutan. Apa jangan-jangan Noah sudah tidur?Brandon menghembuskan napas lelah bercampur kesal. Ia membuka paksa kedua maniknya. Sorot maniknya langsung tertuju pada Noah. Dilihatnya Noah sedang menutup kedua maniknya dengan sebelah tangan. Sebuah pikiran buruk mulai melintas di benak Brandon.“Pasti Noah sedang berpura-pura tidur,” tuduh Brandon di dalam batin.Brandon memajukan tangannya untuk menyentuh lengan kekar Noah. Ralat, Brandon ingin sekali memukuli sahabat rakus nan egoisnya itu. Namun saat mengingat kejadian tadi, ia mengurungkan niatnya.Brandon menoel-noel lengan kekar Noah. Berharap remaja itu terganggu dari tidurnya dan segera menyingkirkan sebelah kakinya. Bukan hanya itu yang menggangu kenyamanan Brandon. Ya, bukan hanya kaki saja. Melainkan ketiak Noah yang t

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Menginap

    “Aleix, jadi, kau akan langsung memegang kendali perusahaan?” tanya Edbert setelah menelan pizza yang sudah dikunyah halus olehnya.Aleix menghabiskan sepotong pizza dan mengunyahnya secara perlahan. Setelah pizza itu tertelan dan mulutnya telah bersih dari pizza, ia mulai membuka mulutnya dan menjawab pertanyaan Edbert.“Tidak, aku hanya akan belajar sedikit-sedikit tentang perusahaan. Lagipula, aku masih harus melanjutkan kuliahku,” jawab Aleix.“Hah, kalau aku menjadi Aleix, lebih baik gantung diri saja,” timpal Brandon dengan kedua tangan yang penuh dengan potongan pizza.“Itulah kenapa Tuhan tidak mengirimkan kau pada keluarga Sevran,” sahut Noah.Saat Noah menyahuti timpalan Brandon, ia menyempatkan diri untuk melempari potongan kecil daging sapi yang dijadikan toping pizza.Brandon yang sedang tidak ingin adu mulut pun memilih untuk bersikap biasa saja dan memasukkan potongan kecil dagin

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Damai

    Edbert melepas pelukannya dan menatap khawatir pada Aleix yang sedang memejamkan kedua maniknya.“Ada apa Aleix? Jangan membuatku khawatir,” panik Edbert dengan melihat kanan-kiri tubuh Aleix.Aleix mendongakkan wajahnya. Ia memberi cengiran canggung pada Edbert.“Aku lapar,” keluh Aleix dengan wajah memerahnya.Edbert memutar bola mata. Ia pikir, Aleix akan mengatakan suatu hal yang penting. Ternyata ia salah.Edbert mengamati perubahan wajah Aleix. Wajah Aleix memerah. Ingin rasanya ia tertawa karena wajah Aleix yang begitu menggemaskan. Namun, ia tidak akan menertawakan Aleix kali ini. Ia akan menuruti setiap permintaan Aleix tuk terakhir kalinya.“Kau mau apa?” tanya Edbert dengan perhatian.“Aku mau Wild Alaskan Salmon Fish, Tater Tots, Chicago’s Deep Dish Pizza, Fajitas, Mac and Cheese, dan Meatloaf,” sahut Brandon.“Aku tidak bertanya padamu Brandon,” ujar

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Semburan Maut

    Brandon mengambil sebotol bir yang ada di atas meja. Ia menuangkan isinya pada gelas tinggi. Tanpa menunggu lama, Brandon meminumnya. Namun belum sempat ia meminumnya, sebuah suara sorak ria dari seseorang menghentikan aksinya. Brandon menatap kesal pada remaja dihadapannya. Siapa lagi kalau bukan Noah Wildson.“Wow, akhirnya kau membeli bir yang kau incar sejak kemarin,” seru Noah sambil memberikan tepuk tangan pada Brandon.Aleix menyernyitkan dahinya. “Bukankah bir ini berasal dari Australia?”Noah menatap semangat pada Aleix. “Itu sangat benar Bro. Apa kau tahu, bir dengan merk ini masuk dalam bir termahal yang berasal dari Australia,” terang Noah.“Kau membeli bir ini berapa?” tanya Noah dengan tatapan tertuju pada Brandon yang sedang menikmati bir incarannya.“6 botol,” sahut Brandon tanpa membuka kedua maniknya.“Ish, maksudku, kau membeli satu botol bir ini berapa?&rdq

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Sebuah Janji

    Dengan malas, Edbert menerima panggilan suara dari Brandon.“Edbert!”“Hm.”“Aleix akan pergi dari New York.”Edbert membulatkan kedua maniknya. “Apa?! Jangan bercanda Brandon!”“Aku tidak bercanda, Edbert.”“Sekarang Aleix ada dimana?” tanya Edbert dengan panik.“Aleix masih berada di apartemennya. Cepatlah ke apartemen Aleix. Sudah ada Noah di sana.”“Kau sedang dimana?” tanya Edbert sambil melangkahkan kakinya menuju jaket kulit berwarna hitam yang terdampar di kursi.“Aku sedang diperjalanan menuju manison-mu,” terang Brandon.“Baiklah, aku akan tunggu di gerbang manison. Cepat Brandon! Kita tak punya banyak waktu.”“Aku sudah cepat!”Tut...Edbert langsung menyambar dan memakai jaket kulit di tubuhnya. Saat ia merasa ada yang aneh, Edbert melihat ke jaket kul

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Sampah Keluarga

    Plak...Bugh...Bugh...“Dasar anak tak berguna!”Prang...“ARGH!” teriak seorang pria sambil menarik-narik rambutnya yang mulai memutih.“KENAPA KAU SELALU MEMPERMALUKAN DADDY?!”“SELAMA INI DADDY KURANG APA, HAH?!”Seorang wanita dengan dress berwarna pastel, mulai melangkahkan kakinya dan mengusap-usap bahu seorang pria yang berada beberapa langkah di depannya.“Tenanglah Sebastian. Kita bisa bicarakan ini baik-baik,” ucap wanita itu agar pria yang bernama Sebastian, meredam emosinya.“Bagaimana aku bisa tenang Flory?” tanya balik Sebastian dengan nada merendah.Flory tersenyum. “Kendalikan emosimu. Edbert masih labil. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah berbicara dengan kepala dingin.”Sebastian mengusap kasar wajahnya. Ia menghembuskan napas pelan. Sebastian akan menuruti ucapan istri tercintanya.

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Manison Maxllan

    “Shelley, kenapa kau diam?” tanya Edbert dengan pelan.Shelley masih saja terdiam. Edbert yakin kalau Shelley sedang memikirkan suatu hal, hingga dia tidak mendengar pertanyaannya. Dibalik keterdiaman Shelley, Edbert bertanya-tanya di dalam hatinya. Apakah mungkin ada yang sedang ditutup-tutupi oleh Shelley?“Shelley,” panggil Edbert.“Iya, tentu saja aku mengenalnya,” jawab Shelley dengan sangat cepat.Edbert tidak menanggapi jawaban Shelley yang sangat cepat. Edbert memilih untuk mengalihkan pandangannya kedepan dan fokus pada jalan raya yang sangat sepi. Edbert berusaha untuk melupakan sikap aneh Shelley. Namun nihil. Dia tidak bisa menghilangkan sikap aneh Shelley dari benaknya.“Sepertinya ada yang sedang disembunyikan Shelley,” batin Edbert dengan pandangan fokus pada jalanan.Sama seperti Edbert yang sedang memikirkan sikap aneh Shelley, Shelley pun juga merasa bingung dengan sikapnya. T

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Gadis ini Sangat Misterius

    “Dia tidak ingin hal ini diketahui oleh orang lain,” jawab Edbert tanpa menatap sedikitpun pada Shelley.Shelley mengalihkan pandangannya keluar jendela. Dia tahu pasti kenapa Michalina tidak memberitahukan hal ini pada ketiga sahabatnya, Sara, Tania, dan Tanisa. Pasti Michalina tidak ingin kalau ketiga sahabatnya berpikiran kalau ayahnya sudah bangkrut dan ketiga sahabatnya itu akan menjauhi dirinya karena ayahnya sudah bangkrut.Drt ... drt ...Shelley merasa ada getaran dari dalam genggaman tangan kanannya. Dia menurunkan pandangannya pada ponsel jadul miliknya. Sebuah nomor asing sedang menghubunginya. Shelley mengingat-ingat apakah dia sudah memberi nomornya pada orang lain. Dia ingat betul kalau belum memberi nomor ponselnya pada orang lain, termasuk Alana.“Kalau aku belum memberi nomorku pada siapapun, lantas siapa yang sedang berusaha menghubungiku?” batin Shelley bertanya-tanya.Edbert menoleh pada Shelley karena s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status