Share

Best Destiny

Penulis: nailazhw
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-15 12:40:47

Lizzie yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam dan mengikuti segala yang dilakukan oleh pria tampan dihadapannya.

“Alana dan ... Shelley, aku akan pergi bersama Lizzie. Kalian jaga diri baik-baik,” pesan pria itu sebelum pergi bersama Lizzie.

“Dia kakak kembaranku,” ujar Alana setelah meneguk soda dingin miliknya.

Shelley mengangguk kecil.

Sambil membenarkan kacamata baca miliknya, Shelley mengucapkan pendapatnya tentang kembaran Alana. “Pantas saja dia menjadi idola kampus ketiga. Seharusnya kau bangga dengan kembaranmu, Alana,” pendapat Shelley.

Alana memutar bola matanya malas. “Kuharap kau tidak keturalan virus dari Lizzie, Shelley. Huh, entah kenapa aku merasa tidak beruntung ketika mendapatkan kembaran seperti Adward.” Kesal Alana.

“Tapi kenapa?”

Jujur saja Shelley tidak paham dengan maksud Alana. Seharusnya Alana bangga dengan kakak kembarannya. Tetapi, kenapa ini malah kebalikannya?

“Aku selalu dibanding-bandingkan dengannya,” ujar Alana dengan tatapan tertuju pada tiang lampu taman.

Tanpa Alana berucap kalau dia sedang bersedih, Shelley sudah mengetahuinya lebih dahulu. Karena Shelley memiliki kemampuan. Suatu kemampuan yang didapatnya turun temurun dari keluarga ibunya. Kemampuan ini hadir dalam diri nenek moyangnya, nenek buyutnya, ibunya, dan berakhir di dirinya. Kemampuan yang dimiliki Shelley adalah peka dengan keadaan dan kondisi seseorang.

Shelley mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Alana yang tidak memegang kaleng soda. Alana mengalihkan pandangannya dari tiang lampu taman pada Shelley yang menggenggam telapak tangannya. Menyalurkan rasa hangat dan memberikan rasa menenangkan baginya. Namun, tidak hanya dua perasaan itu saja yang menjalar dalam dirinya ketika telapak tangannya digenggam oleh Shelley. Perasaan itu adalah perasaan yakin baginya untuk memberitahu Shelley tentang apa yang dia rasakan selama ini.

Jika dia memberitahu hal ini pada Shelley, maka Shelley adalah orang pertama yang mengtahui tentangnya. Bahkan, Lizzie tidak pernah tahu bagaimana kondisinya saat berada di manison kedua orangtuanya. Apalagi saat ada kembarannya, Adward.

“Aku akan menceritakan suatu rahasia besar yang belum diketahui oleh siapapun. Bahkan Lizzie belum mengetahui rahasia ini,” bisik Alana dengan sangat pelan agar tidak ada orang yang mendengar ucapannya pada Shelley.

“Lizzie belum mengtahui hal ini?” Alana menggeleng.

“Tapi kenapa? Bukankah kalian sudah bersahabat sejak lama?” tanya Shelley dengan sangat bingung.

“Sebenarnya aku ingin memberitahukan hal ini padanya, tetapi aku masih ragu apakah dia bisa menutup mulutnya atau tidak.” Shelley manggut-manggut.

“Kalau begitu, ayo ke apartemenku. Di sana lebih aman daripada aku menceritakannya di sini,” ajak Alana dan langsung disetujui oleh Shelley.

***

Ting...

Alana dan Shelley melangkahkan kaki mereka untuk keluar dari lift yang telah membawa mereka ke unit apartemen milik Alana yang berada di lantai 7. Sambil melangkahkan kakinya, Shelley melihat-lihat interior dari lorong apartemen ini. Interior gedung apartemen ini sama seperti gedung-gedung apartemen elit lainnya. Red carpet membentang dari depan lift menuju ujung lorong yang merupkan dinding kaca tebal. Di sebelah semua pintu unit apartemen, terdapat vas bunga setinggi lutut orang dewasa. Di atas vas bunga itu, terdapat sebuah alat yang menggantikan kunci manual pada pintu unit apartemen. Shelley menebak kalau alat itu bisa mengguankan tiga metode cara. Yang pertama menggunakan sidik jari. Yang kedua menggunakan kata sandi. Dan yang terakhir menggunakan sensor wajah dari pemilik unit apartemen.

Langkah Alana terhenti pada pintu ketiga dari lift yang mereka naiki tadi. Alana menempelkan jari tengahnya pada sensor sidik jari dan memasukkan empat angka. Setelah kedua langkah itu selesai, pintu unit apartemen terbuka secara otomatis. Alana menatap Shelley dan mengajaknya masuk kedalam unit apartemn yang dia beli dengan uang sendiri sejak 2 tahun yang lalu.

“Duduklah, aku akan mengambilkan minuman untukmu,” ucap Alana setelah menyalakan smart TV miliknya.

Shelley mengangguk dan tersenyum, sambil mendudukkan tubuhnya di sofa panjang berwarna abu-abu terang. Alana membalas senyum Shelley. Dia kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur yang sangat sering dia datangi. Alana membuka kulkas 4 pintu miliknya. Pandangannya tertuju pada rak minuman. Terdapat banyak jenis minuman berjejer rapi di rak minuman.

“Astaga, kenapa aku bisa lupa menanyakan apa yang ingin diminum oleh Shelley,” pekik Alana pada dirinya sendiri.

Tanpa menutup pintu kulkas, Alana melangkahkan kakinya dengan lebar menuju ruang tengah. Dari sini, dia bisa melihat Shelley yang sedang membaca majalah miliknya yang tadi pagi dia taruh asal di sofa itu.

“Shell, kau mau minum apa?” tanyanya setelah berada di dekat Shelley.

“Air mineral saja,” jawab Shelley sambil menaruh majalah fashion yang tadi dia lihat.

“Baiklah,” ujarnya setelah itu membalikkan badan dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

Alana membuka salah satu laci kitchen set dan mengambil dua buah gelas kaca. Dia menaruh kedua gelas kaca itu di atas nampan berbentuk bundar dengan ukiran yang rumit. Nampan ini adalah nampan yang sangat dia jaga dan nampan yang paling sering dia pakai. Bukan karena harga yang mahal, tetapi dari siapa nampan yang kini berada di hadapannya.

“Shelley hanya meminta air mineral saja. Bagaimana kalau aku buatkan coklat panas untuknya? Ya, itu lebih baik. Coklat panas sangat cocok diminum saat hujan begini, ditambah lagi aku akan menceritakan semuanya tentangku. Ya, itu sangat cocok!” batin Alana.

Saat diperjalanan pulang, cuaca yang semula cerah langsung berubah menjadi mendung dan turunlah rintik-rintik hujan. Semakin lama, rintik-rintik hujan berubah menjadi butiran-butiran yang berukuran sedang. Sampai sekarang pun hujan masih saja mengguyur kota New York.

***

Setelah kepergian Alana kembali ke dapur, Shelley kembali mengambil majalah yang dia baca tadi. Di majalah itu, terdapat beberapa model internasional, penyanyi yang sedang naik daun, dan beberapa halaman berisi tentang pengusaha sukses atau anak-anak dari para pengusaha itu.

Jemari lentiknya kembali membuka halaman 13. Pandangannya tertuju pada seorang model profesional sejak kecil. Di halaman itu menjelaskan tentang latar belakang sang model beserta fakta-fakta menarik tentangnya.

“Cassandra Vallerry Maxllan,” gumam Shelley.

“Iya, Cassandra Vallerry Maxllan. Astaga, dia sangat cantik,” sahut Alana dengan semangat sambil membawa nampan di kedua tangannya.

“Apakah kau tidak tahu Cassandra?” tanya Alana setelah menaruh nampan itu dan mendudukkan tubuhnya tepat disebelah Shelley.

Shelley hanya menggeleng. “Aku t-tidak pernah tahu tentangnya.”

“Astaga Shelley! Dari benua mana kau ini?! Cassandra tidak hanya terkenal di New York saja, tetapi dia terkenal di seluruh dunia,” pekik Alana.

“Ternyata kau sangat terkenal, Cassy. Aku bangga denganmu Cassy,” batin Shelley dengan sangat bangga.

Shelley menyengir kecil. “Aku sangat jarang melihat berita-berita di TV ataupun di sosial media.”

Alana membulatkan kedua matanya hingga manik berwarna cokelat tua miliknya terlihat sempurna. “W-what? Apakah ucapanmu benar?” Shelley mengangguk yakin.

“Wow Shelley, kau hebat. Di saat orang diluaran sana tidak bisa lepas dari sosial media, kau malah tidak pernah melihat apapun dari sosial media.” Shelley mengangguk lagi.

“Coba aku lihat ponselmu,” pinta Alana.

Shelley mengambil ponsel jadul miliknya yang berada di dalam saku. Sambil memberikan ponsel miliknya, Shelley terus-terusan mengamati wajah Alana yang terlihat kaget karena ponselnya.

“A-apa? Kau masih memakai ponsel ini?” tanya Alana dengan kaget sambil melihat-lihat ponsel milik Shelley.

“Iya,” jawab Shelley dengan gampang.

“Tapi Shelley, ponsel ini sudah sangat ketinggalan zaman!”

“Kalau masih bisa digunakan, kenapa tidak,” ujar Shelley dengan nada sedikit bercanda.

“Kalau boleh tahu, ayahmu pemilik perusahaan apa?” tanya Alana dengan tangannya yang menyodorkan ponsel Shelley.

“Ayahku ... sudah tiada. Aku hidup sendirian di dunia ini,” balas Shelley dengan tatapan sendu miliknya.

Alana terdiam karena ucapan Shelley. Dia tidak menyangka kalau Shelley hidup sendirian selama ini. Dia pikir, Shelley adalah anak konglomerat yang sengaja mengubah dirinya menjadi cupu karena suatu hal.

“Sejak kecil, aku sudah kehilangan kedua orangtuaku,” ucap Shelley dengan pilu.

Alana mengulurkan tangannya untuk membawa Shelley kedalam pelukannya. Dia membiarkan Shelley menangis di dalam pelukannya dan membasahi pakaiannya. Telapak tangannya mengusap pelan bahu Shelley yang bergetar karena menangis.

Alana pun merasakan kesedihan yang hampir sama dengan yang dirasakan oleh Shelley. Shelley melerai pelukannya dengan Alana.

“Sebenarnya aku dikuliahkan oleh majikanku. Aku sangat beruntung mendapat majikan seperti mereka yang selalu menganggapku sebagai anak kandung mereka.” lanjut Shelley.

“Maafkan aku karena sudah membuatmu menangis, Shelley,” pinta Alana dengan sedih.

Shelley teresenyum. “Ini bukan salahmu Alana. Ini lah takdir yang harus aku lewati.”

Bab terkait

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Kesedihan yang Tersembunyi

    Alana menatap pada dua cangkir coklat panas yang dia buat beberapa menit lalu. Alana mengambil satu cangkir berwarna kuning gelap yang ada di atas nampan kesayangannya. Dia memberikan cangkir itu pada Shelley dengan tersenyum.“Shelley, minumlah coklat panasmu,” ucap Alana.Shelley menerima cangkir itu dengan tersenyum, membalas senyuman Alana. “Terima kasih Alana.” Alana mengangguk.Setelah Shelley mengucapkan ucapan terima kasih padanya, Alana langsung mengambil satu cangkir yang tersisa dengan warna yang sama.“Hah, aku jadi teringat dengan Lizzie. Kira-kira, apa yang sdang dilakukan oleh Lizzie dan Adward, ya?” batin Alana bertanya-tanya.Coklat panas yang telah dibuatkan oleh Alana, mengaliri tenggorokan Shelley yang kering. Panas dari suhu coklat itu mulai menghangati tubuh Shelley yang sedikit kedinginan karena pakaian lengan pendek yang dia gunakan.Alana menaruh cangkir yang sudah tersisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   2 Jam Kebersamaan Keduanya

    “Apa benar kau akan pindah ke negara lain?” tanya Shelley setelah Alana mengganti saluran TV. Alana menatap Shelley dan mengangguk. “Mungkin salah satu negara yang ada di benua Eropa,” ujar Alana dengan yakin. “Negara?” Alana menggeleng. “Entahlah, aku belum memikirkan negaranya.” “Sekarnag waktunya kau menceritakan tentang masalah hidupmu, Shelley,” pinta Alana. Shelley tersenyum tipis. “Aku tidak memiliki masalah apapun Alana. Kalaupun ada, sudah pasti aku akan berusaha menyelesaikan masalahku sendiri.” Alana memayunkan bibirnya. “Kau harus berbagi masalah pribadimu denganku dan Lizzie. Kami pasti akan membantumu keluar dari masalah itu,” ucap Alana panjang lebar. “Terima kasih Alana, tapi tidak semua hal bisa diberitahukan pada orang lain. Benar kan?” Alana mengangguk. “Benar, tidak semua masalah bisa diberitahukan pada orang lain.” “Shelley, jangan bilang kalau kau dibully oleh gengnya Michalina itu bukanlah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Pelukan Pertama

    Saat ini, Shelley sedang berada di trotoar depan gedung apartemen Alana. Pandangannya terus tertuju pada jalan raya yang sangat sepi karena cuaca yang lumayan dingin dan habis hujan. Shelley berniat untuk memesan taksi online, tetapi dia harus menghilangkan niatnya untuk memesan taksi online karena ponselnya yang tidak bisa digunakan untuk memesan taksi online.“Sabar Shee, kau tidak boleh mengeluh. Ini jalan satu-satunya agar impianmu terwujud,” batin Shelley sambil menyemangati dirinya sendiri.Shelley memutar sedikit tubuhnya dan melihat sebuah halte pemberhentian bus yang ada dibelakang tubuhnya. Dia melangkahkan kakinya dengan perlahan. Shelley menyadari kalau kedua kakinya sudah menggigil karena cuaca yang lumayan dingin. Kalau saja dia memakai celana yang tadi terkena kuah kari dan saus, mungkin kakinya tidak akan semenggigil ini.Shelley mendudukan tubuhnya dengan perlahan. Tidak lupa dia merapatkan kedua kakinya. Shelley berharap, dengan beg

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Salah Paham

    “Kau ...”“APA YANG KAU LAKUKAN EDBERT?!” teriak wanita itu dengan mata melotot.Edbert melerai pelukan hangatnya dengan Shelley. Edbert menangkup kedua pipi Shelley dengan kedua telapak tangannya yang hangat. Edbert pun tak lupa memberikan senyum menenangkannya pada Shelley.Tentu saja hal itu membuat jantung Shelley berdegup kencang. Shelley mulai merasa ada kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya."Tuhan, kenapa aku merasakan hal ini?" batin Shelley.Ibu jari Edbert mengusap jejak air mata yang masih basah di salah satu pipi Shelley."Kau tetap di mobil saja. Biar aku menangani wanita gila itu," ucap Edbert dengan senyum yang tak luntur.Shelley yang gugup, hanya sanggup mengangguk kaku. Shelley merasa, suaranya tersekat di tenggorokannya. Oleh karena itu, Shelley hanya bisa mengangguk, meskipun mengangguk kaku.Edbert menjauhkan kedua telapak tangannya dari Shelley. Edbert me

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Gadis ini Sangat Misterius

    “Dia tidak ingin hal ini diketahui oleh orang lain,” jawab Edbert tanpa menatap sedikitpun pada Shelley.Shelley mengalihkan pandangannya keluar jendela. Dia tahu pasti kenapa Michalina tidak memberitahukan hal ini pada ketiga sahabatnya, Sara, Tania, dan Tanisa. Pasti Michalina tidak ingin kalau ketiga sahabatnya berpikiran kalau ayahnya sudah bangkrut dan ketiga sahabatnya itu akan menjauhi dirinya karena ayahnya sudah bangkrut.Drt ... drt ...Shelley merasa ada getaran dari dalam genggaman tangan kanannya. Dia menurunkan pandangannya pada ponsel jadul miliknya. Sebuah nomor asing sedang menghubunginya. Shelley mengingat-ingat apakah dia sudah memberi nomornya pada orang lain. Dia ingat betul kalau belum memberi nomor ponselnya pada orang lain, termasuk Alana.“Kalau aku belum memberi nomorku pada siapapun, lantas siapa yang sedang berusaha menghubungiku?” batin Shelley bertanya-tanya.Edbert menoleh pada Shelley karena s

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Manison Maxllan

    “Shelley, kenapa kau diam?” tanya Edbert dengan pelan.Shelley masih saja terdiam. Edbert yakin kalau Shelley sedang memikirkan suatu hal, hingga dia tidak mendengar pertanyaannya. Dibalik keterdiaman Shelley, Edbert bertanya-tanya di dalam hatinya. Apakah mungkin ada yang sedang ditutup-tutupi oleh Shelley?“Shelley,” panggil Edbert.“Iya, tentu saja aku mengenalnya,” jawab Shelley dengan sangat cepat.Edbert tidak menanggapi jawaban Shelley yang sangat cepat. Edbert memilih untuk mengalihkan pandangannya kedepan dan fokus pada jalan raya yang sangat sepi. Edbert berusaha untuk melupakan sikap aneh Shelley. Namun nihil. Dia tidak bisa menghilangkan sikap aneh Shelley dari benaknya.“Sepertinya ada yang sedang disembunyikan Shelley,” batin Edbert dengan pandangan fokus pada jalanan.Sama seperti Edbert yang sedang memikirkan sikap aneh Shelley, Shelley pun juga merasa bingung dengan sikapnya. T

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Sampah Keluarga

    Plak...Bugh...Bugh...“Dasar anak tak berguna!”Prang...“ARGH!” teriak seorang pria sambil menarik-narik rambutnya yang mulai memutih.“KENAPA KAU SELALU MEMPERMALUKAN DADDY?!”“SELAMA INI DADDY KURANG APA, HAH?!”Seorang wanita dengan dress berwarna pastel, mulai melangkahkan kakinya dan mengusap-usap bahu seorang pria yang berada beberapa langkah di depannya.“Tenanglah Sebastian. Kita bisa bicarakan ini baik-baik,” ucap wanita itu agar pria yang bernama Sebastian, meredam emosinya.“Bagaimana aku bisa tenang Flory?” tanya balik Sebastian dengan nada merendah.Flory tersenyum. “Kendalikan emosimu. Edbert masih labil. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah berbicara dengan kepala dingin.”Sebastian mengusap kasar wajahnya. Ia menghembuskan napas pelan. Sebastian akan menuruti ucapan istri tercintanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Sebuah Janji

    Dengan malas, Edbert menerima panggilan suara dari Brandon.“Edbert!”“Hm.”“Aleix akan pergi dari New York.”Edbert membulatkan kedua maniknya. “Apa?! Jangan bercanda Brandon!”“Aku tidak bercanda, Edbert.”“Sekarang Aleix ada dimana?” tanya Edbert dengan panik.“Aleix masih berada di apartemennya. Cepatlah ke apartemen Aleix. Sudah ada Noah di sana.”“Kau sedang dimana?” tanya Edbert sambil melangkahkan kakinya menuju jaket kulit berwarna hitam yang terdampar di kursi.“Aku sedang diperjalanan menuju manison-mu,” terang Brandon.“Baiklah, aku akan tunggu di gerbang manison. Cepat Brandon! Kita tak punya banyak waktu.”“Aku sudah cepat!”Tut...Edbert langsung menyambar dan memakai jaket kulit di tubuhnya. Saat ia merasa ada yang aneh, Edbert melihat ke jaket kul

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13

Bab terbaru

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Brengsek tapi Tidak Merusak Kesucian

    Brak...Seluruh mata langsung tertuju pada Brandon. Sang empu yang ditatap oleh enam mata, malah menyengir tak bersalah.“Bukan salahku, salahkan pintunya yang cari perhatian,” ucap Brandon dengan langkah lebarnya menuju meja makan.Enam manik itu berotasi. Brandon memang seperti itu. Suka mencari-cari kesalahan benda mati dan terkadang sangat menjengkelkan. Namun, dua sifat itulah yang mampu membuat sahabat-sahabatnya terhibur.“Ayo cepat sarapan Brandon!” seru Noah dengan menghentak-hentakkan garpu pada meja makan.“Shutt, diam Flyta,” balas Brandon setelah ia mendudukkan bokongnya di kursi.Noah mematung. Ucapan Brandon, mampu mengacak-acak otaknya pagi ini. Bagaimana tidak, pertanyaan yang terus berputar dibenaknya hanya berporos pada apa yang diucapkan Brandon.Flyta. Nama itu kembali muncul kepermukaan. Sudah bertahun-tahun ia menenggelamkan dan menutup mata beserta telinga dari seorang

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Noah Sialan

    “Ish, Noah kakimu,” keluh Brandon saat kaki Noah menindihi kakinya.“Noah,” panggil Brandon dengan kedua mata tertutup.Tidak ada sahutan. Apa jangan-jangan Noah sudah tidur?Brandon menghembuskan napas lelah bercampur kesal. Ia membuka paksa kedua maniknya. Sorot maniknya langsung tertuju pada Noah. Dilihatnya Noah sedang menutup kedua maniknya dengan sebelah tangan. Sebuah pikiran buruk mulai melintas di benak Brandon.“Pasti Noah sedang berpura-pura tidur,” tuduh Brandon di dalam batin.Brandon memajukan tangannya untuk menyentuh lengan kekar Noah. Ralat, Brandon ingin sekali memukuli sahabat rakus nan egoisnya itu. Namun saat mengingat kejadian tadi, ia mengurungkan niatnya.Brandon menoel-noel lengan kekar Noah. Berharap remaja itu terganggu dari tidurnya dan segera menyingkirkan sebelah kakinya. Bukan hanya itu yang menggangu kenyamanan Brandon. Ya, bukan hanya kaki saja. Melainkan ketiak Noah yang t

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Menginap

    “Aleix, jadi, kau akan langsung memegang kendali perusahaan?” tanya Edbert setelah menelan pizza yang sudah dikunyah halus olehnya.Aleix menghabiskan sepotong pizza dan mengunyahnya secara perlahan. Setelah pizza itu tertelan dan mulutnya telah bersih dari pizza, ia mulai membuka mulutnya dan menjawab pertanyaan Edbert.“Tidak, aku hanya akan belajar sedikit-sedikit tentang perusahaan. Lagipula, aku masih harus melanjutkan kuliahku,” jawab Aleix.“Hah, kalau aku menjadi Aleix, lebih baik gantung diri saja,” timpal Brandon dengan kedua tangan yang penuh dengan potongan pizza.“Itulah kenapa Tuhan tidak mengirimkan kau pada keluarga Sevran,” sahut Noah.Saat Noah menyahuti timpalan Brandon, ia menyempatkan diri untuk melempari potongan kecil daging sapi yang dijadikan toping pizza.Brandon yang sedang tidak ingin adu mulut pun memilih untuk bersikap biasa saja dan memasukkan potongan kecil dagin

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Damai

    Edbert melepas pelukannya dan menatap khawatir pada Aleix yang sedang memejamkan kedua maniknya.“Ada apa Aleix? Jangan membuatku khawatir,” panik Edbert dengan melihat kanan-kiri tubuh Aleix.Aleix mendongakkan wajahnya. Ia memberi cengiran canggung pada Edbert.“Aku lapar,” keluh Aleix dengan wajah memerahnya.Edbert memutar bola mata. Ia pikir, Aleix akan mengatakan suatu hal yang penting. Ternyata ia salah.Edbert mengamati perubahan wajah Aleix. Wajah Aleix memerah. Ingin rasanya ia tertawa karena wajah Aleix yang begitu menggemaskan. Namun, ia tidak akan menertawakan Aleix kali ini. Ia akan menuruti setiap permintaan Aleix tuk terakhir kalinya.“Kau mau apa?” tanya Edbert dengan perhatian.“Aku mau Wild Alaskan Salmon Fish, Tater Tots, Chicago’s Deep Dish Pizza, Fajitas, Mac and Cheese, dan Meatloaf,” sahut Brandon.“Aku tidak bertanya padamu Brandon,” ujar

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Semburan Maut

    Brandon mengambil sebotol bir yang ada di atas meja. Ia menuangkan isinya pada gelas tinggi. Tanpa menunggu lama, Brandon meminumnya. Namun belum sempat ia meminumnya, sebuah suara sorak ria dari seseorang menghentikan aksinya. Brandon menatap kesal pada remaja dihadapannya. Siapa lagi kalau bukan Noah Wildson.“Wow, akhirnya kau membeli bir yang kau incar sejak kemarin,” seru Noah sambil memberikan tepuk tangan pada Brandon.Aleix menyernyitkan dahinya. “Bukankah bir ini berasal dari Australia?”Noah menatap semangat pada Aleix. “Itu sangat benar Bro. Apa kau tahu, bir dengan merk ini masuk dalam bir termahal yang berasal dari Australia,” terang Noah.“Kau membeli bir ini berapa?” tanya Noah dengan tatapan tertuju pada Brandon yang sedang menikmati bir incarannya.“6 botol,” sahut Brandon tanpa membuka kedua maniknya.“Ish, maksudku, kau membeli satu botol bir ini berapa?&rdq

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Sebuah Janji

    Dengan malas, Edbert menerima panggilan suara dari Brandon.“Edbert!”“Hm.”“Aleix akan pergi dari New York.”Edbert membulatkan kedua maniknya. “Apa?! Jangan bercanda Brandon!”“Aku tidak bercanda, Edbert.”“Sekarang Aleix ada dimana?” tanya Edbert dengan panik.“Aleix masih berada di apartemennya. Cepatlah ke apartemen Aleix. Sudah ada Noah di sana.”“Kau sedang dimana?” tanya Edbert sambil melangkahkan kakinya menuju jaket kulit berwarna hitam yang terdampar di kursi.“Aku sedang diperjalanan menuju manison-mu,” terang Brandon.“Baiklah, aku akan tunggu di gerbang manison. Cepat Brandon! Kita tak punya banyak waktu.”“Aku sudah cepat!”Tut...Edbert langsung menyambar dan memakai jaket kulit di tubuhnya. Saat ia merasa ada yang aneh, Edbert melihat ke jaket kul

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Sampah Keluarga

    Plak...Bugh...Bugh...“Dasar anak tak berguna!”Prang...“ARGH!” teriak seorang pria sambil menarik-narik rambutnya yang mulai memutih.“KENAPA KAU SELALU MEMPERMALUKAN DADDY?!”“SELAMA INI DADDY KURANG APA, HAH?!”Seorang wanita dengan dress berwarna pastel, mulai melangkahkan kakinya dan mengusap-usap bahu seorang pria yang berada beberapa langkah di depannya.“Tenanglah Sebastian. Kita bisa bicarakan ini baik-baik,” ucap wanita itu agar pria yang bernama Sebastian, meredam emosinya.“Bagaimana aku bisa tenang Flory?” tanya balik Sebastian dengan nada merendah.Flory tersenyum. “Kendalikan emosimu. Edbert masih labil. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah berbicara dengan kepala dingin.”Sebastian mengusap kasar wajahnya. Ia menghembuskan napas pelan. Sebastian akan menuruti ucapan istri tercintanya.

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Manison Maxllan

    “Shelley, kenapa kau diam?” tanya Edbert dengan pelan.Shelley masih saja terdiam. Edbert yakin kalau Shelley sedang memikirkan suatu hal, hingga dia tidak mendengar pertanyaannya. Dibalik keterdiaman Shelley, Edbert bertanya-tanya di dalam hatinya. Apakah mungkin ada yang sedang ditutup-tutupi oleh Shelley?“Shelley,” panggil Edbert.“Iya, tentu saja aku mengenalnya,” jawab Shelley dengan sangat cepat.Edbert tidak menanggapi jawaban Shelley yang sangat cepat. Edbert memilih untuk mengalihkan pandangannya kedepan dan fokus pada jalan raya yang sangat sepi. Edbert berusaha untuk melupakan sikap aneh Shelley. Namun nihil. Dia tidak bisa menghilangkan sikap aneh Shelley dari benaknya.“Sepertinya ada yang sedang disembunyikan Shelley,” batin Edbert dengan pandangan fokus pada jalanan.Sama seperti Edbert yang sedang memikirkan sikap aneh Shelley, Shelley pun juga merasa bingung dengan sikapnya. T

  • Si Cupu Shelley dan Si Tampan Edbert   Gadis ini Sangat Misterius

    “Dia tidak ingin hal ini diketahui oleh orang lain,” jawab Edbert tanpa menatap sedikitpun pada Shelley.Shelley mengalihkan pandangannya keluar jendela. Dia tahu pasti kenapa Michalina tidak memberitahukan hal ini pada ketiga sahabatnya, Sara, Tania, dan Tanisa. Pasti Michalina tidak ingin kalau ketiga sahabatnya berpikiran kalau ayahnya sudah bangkrut dan ketiga sahabatnya itu akan menjauhi dirinya karena ayahnya sudah bangkrut.Drt ... drt ...Shelley merasa ada getaran dari dalam genggaman tangan kanannya. Dia menurunkan pandangannya pada ponsel jadul miliknya. Sebuah nomor asing sedang menghubunginya. Shelley mengingat-ingat apakah dia sudah memberi nomornya pada orang lain. Dia ingat betul kalau belum memberi nomor ponselnya pada orang lain, termasuk Alana.“Kalau aku belum memberi nomorku pada siapapun, lantas siapa yang sedang berusaha menghubungiku?” batin Shelley bertanya-tanya.Edbert menoleh pada Shelley karena s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status