“Elang, akhirnya kamu pulang. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu.” Gauri menangkup kedua pipi Elang, dan memberikan putranya itu kecupan bertubi-tubi di pipi putranya itu.
“Ma, aku pengen ngomong,” ucap Elang dingin dengan sorot mata membendung sesuatu.
“Ya, Sayang? Kamu mau ngomong apa?” Gauri membelai rahang putranya yang tampan.
“Kenapa harus aku menikah muda? Apa nggak bisa aku nikahnya nanti aja?” Elang meminta penjelasan ibunya. Laki-laki tampan itu tak pernah ingin menikah diusianya yang masih menginjak 20 tahun. Akan tetapi desakan dari orang tua yang membuat Elang terpaksa menyetujui keinginan kedua orang tuanya.
Gauri mendesah panjang. “Sayang, kamu dan Starla itu udah dijodohin sejak kalian masih kecil. Dari awal kalian emang udah direncanain untuk nikah muda. Alasannya supaya kalian nggak coba-coba pacaran dengan orang lain. Lagi pula, kalau nikah muda itu enak loh, Sayang. Dulu Mama nikah sama Papa kamu aja pas usia Mama masih 20 tahun. Lihat deh Mama masih muda, dan kamu udah besar.”
Elang tak habis pikir dengan jalan pikiran kedua orang tuanya. Terakhir, dia bertengkar hebat dengan ayahnya karena tentang perjodohan ini. Elang tak pernah ingin menikah muda. Namun sialnya, dia tak bisa melakukan apa pun.
“Terserahlah.” Elang yang kesal langsung memutuskan pergi. Bicara dengan ibunya percuma saja. Apa yang dikatakannya tetap tidak akan menuaikan hasil apa pun. Perjodohan sialan yang diatur keluarganya sudah final. Tidak bisa berubah.
“Elang, hey, kamu belum makan, Nak,” seru Gauri memanggil Elang, tapi sayangnya Elang tak menggubris seruan ibunya itu. Tampak Gauri berdecak kesal melihat putranya tak merespon panggilannya.
***
“Starla, kenapa kamu melamun seperti itu?” Lestari menatap Starla yang duduk di sofa kamar sambil melamun. Dia segera duduk di samping putrinya itu.
“Ah, Mama?” Starla sedikit terkejut melihat ibunya sudah ada di sampingnya.
Lestari membelai pipi Starla. “Kamu lagi mikirin apa, Sayang?”
Starla terdiam sebentar mendengar pertanyaan ibunya. Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini Starla begitu memikirkan tentang perjanjian yang diinginkan Elang. Hati dan pikirannya sama sekali tidak bisa tenang.
“Starla?” tegur Lestari di kala Starla hanyalah diam.
Starla membuyarkan lamunannya. “Eh, iya, Ma.”
“Ck, apa yang kamu pikirin, Nak?” seru Lestari menatap lekat putrinya.
Starla meringis. “Aku cuman mikirin besok OSPEK pakai kaus kaki warna apa. Aku sering lupa soalnya, Ma,” ucapnya berdusta. Dia tak mungkin menceritakan pada ibunya tentang permintaan gila Elang.
Lestari mengembuskan napas panjang. “Astaga, Sayang. Kamu itu lucu banget. Mikirin besok pake kaus kaki apa, sampe ngelamun kayak lagi mikirin hal berat.”
Starla tersenyum merespon ucapan ibunya. Dia tak tahu bagaimana harus menjawab ucapan ibunya. Biarlah ibunya berpikir dirinya ini konyol dan aneh asalkan ibunya tidak curiga tentang kehawatirannya.
Lestari menghela napas dalam. “Sekarang lebih baik kamu tolongin Mama.”
Kening Starla mengerut. “Tolongin apa, Ma?”
“Mama udah buat kue cokelat. Tolong kamu anterin kue cokelat itu ke rumah Elang,” ucap Lestari dan sukses membuat raut wajah Starla berubah.
“Mama nyuruh aku ke rumah Elang?” ulang Starla memastikan. Raut wajah gadis itu memancarkan jelas kebahagiaannya mendengar apa yang ibunya katakan.
Lestari mengulum senyumannya melihat Starla tampak bahagia. “Iya, Sayang. Mama minta kamu buat ke rumah Elang. Nanti alamatnya Mama kasih.”
“Mau, Ma! Aku mau,” jawab Starla cepat sambil bangkit berdiri.
Lestari tak tahan menahan tawanya. “Duh, kayaknya kamu selalu semangat nih kalau ketemu Elang.”
Pipi Starla merona malu di kala ibunya menggodanya.
Lestari bangkit berdiri dan berkata, “Ya udah, kamu ganti baju dulu. Setelah kamu ganti baju, baru Mama kasih alamat Elang sama kue yang harus kamu bawa.”
Starla mengangguk cepat. “Oke, Ma.”
Lestari tersenyum sambil membelai pipi Starla. Selanjutnya, dia melangkah pergi meninggakan kamar putrinya. Starla segera bersiap-siap. Akan bertemu dengan Elang membuat Starla harus tampil secantik mungkin.
***
Sebuah rumah megah di Kawasan Jakarta Selatan telah menjadi tujuan Starla Moonlight. Gadis cantik itu sudah tiba di depan rumah Elang. Security yang berjaga di depan dengan mudah memberikan akses Starla untuk masuk di kala Starla menyebutkan bahwa dia adalah putri dari keluarga Darma.
Starla yakin bahwa pasti kedua orang tua Erwin sudah meminta security memberikan akses untuk keluarga Darma. Itu yang membuat Starla dengan mudahnya masuk ke dalam rumah Elang.
“Oh, astaga, Starla sayang.” Gauri yang melihat Starla datang, langsung memberikan pelukan dan kecupan di pipi Starla.
Starla tersenyum mendapatkan sambutan hangat dari Gauri. “Apa kabar, Tante?”
“Baik, Sayang.” Gauri membelai pipi Starla. “Kamu sendiri gimana? Tante seneng sekali ngeliat kamu dateng.”
Starla kembali tersenyum. “Aku juga baik, Tante. Aku ke sini karena Mama minta aku buat anter kue cokelat. Tadi Mama buat kue cokelat.” Gadis itu menunjukkan kue cokelat yang sudah dia bawa pada Gauri.
“Ah, Sayang. Terima kasih. Bilang sama Mama kamu terima kasih yaa. Kue cokelat buatan Mama kamu itu enak banget. Tante selalu ketagihan.” Gauri menerima kue cokelat yang ada di tangan Starla, dan memberikan senyuman manis pada calon menantunya itu.
“Iya, Tante. Sama-sama.” Starla terus melukiskan senyuman di wajahnya. “Hm, Tante, apa Elang ada di rumah?” tanyanya sedikit malu.
Gauri kembali tersenyum di kala Starla menanyakan Elang. “Elang ada di rumah, Sayang. Sana gih kamu naik ke lantai dua dan ke kamar di sebelah kanan. Itu kamar Elang. Kamu masuk aja ke kamar Elang.”
Starla menggigit bibir bawahnya. “Tapi, Tante—” Ucapannya menggantung di kala keraguan menyelimutinya.
“Starla, nggak apa-apa kamu masuk kamar Elang. Kan sebentar lagi kamu dan Elang juga akan menikah,” ucap Gauri lembut.
Starla mengangguk merespon ucapan Gauri. “Makasih, Tante.”
“Gih sana kamu naik ke atas,” kata Gauri lagi.
Starla kembali mengangguk merespon ucapan Gauri. Selanjutnya, gadis itu menaiki undakan tangga—menuju kamar Elang—yang dimaksud oleh Gauri. Ini pertama kali Starla ke rumah Elang. Namun, meski baru pertama kali tapi Starla sudah merasakan sangatlah nyaman berada di rumah Elang.
Di lantai dua, tatapan Starla teralih pada sebuah kamar di sisi kanan yang berukuran besar. Gadis itu melangkah mendekat ke kamar itu, dan melihat pintu kamar tak tertutup rapat. Naluri Starla mendorongnya untuk masuk ke dalam.
“Elang?” panggil Starla di kala sudah masuk ke dalam kamar yang dia duga adalah kamar Elang. Namun sayangnya, kamar itu kosong tak ada siapa pun di sana.
“Elang?” panggil Starla lagi. Akan tetapi …
Ceklek!
Pintu kamar mandi terbuka. Starla mengalihkan pandangannya, menatap Elang yang keluar dari kamar mandi dalam keadaan bertelanjang dada dan hanya terbalut oleh handuk yang melilit pinggang pria itu.
Seketika pipi Starla merona dan memerah melihat pemandangan di mana Elang bertelanjang dada. Tubuh bidang dan kekar Elang membuat sekujur tubuh Starla tak bisa berkutik.
“Ngapain kamu di sini?!” seru Elang dengan nada cukup tinggi.
Starla mundur perlahan. “A-aku ke sini cuman—” Perkataan Starla terhenti ketika kakinya tersandung karpet yang ada di kamar Elang.
Gadis itu hampir terjatuh. Refleks, Elang maju menangkap tubuh gadis itu, tapi Elang kehilangan keseimbangannya. Laki-laki itu terjatuh bersama dengan Starla dalam posisi menindih tubuh gadis itu.
Mata Starla melebar terkejut di kala bibir Elang tak sengaja menempel di bibirnya.
“Kamu itu tuli, ya?! Udah disuruh pakai kaus kaki hijau kenapa malah memakai kaus kaki biru?!” Seorang senior berteriak pada Starla yang tengah memunguti sampah di lapangan basket. Tampak jelas wajah Starla menatap kesal senior kampusnya yang sangat cerewet.“Lupa, Kak. Yang aku inget biru bukan hijau. Lagian juga biru sama hijau saudaraan. Beda dikit doang.” Starla menjawab enteng tanpa merasa dosa sama sekali. Yang dia ingat jadwal hari ini dirinya memakai kaus kaki biru, bukan hijau. Lagi pula warna biru dan hijau beda sedikit kan? Ah, ya sudahlah. Starla pun sudah mendapatkan hukuman.Amanda yang merupakan senior di kampus bertolak pinggang menatap jengkel Starla. “Kamu itu bodoh, ya?! Biru sama hijau beda jauh! Kamu malah bilang beda sedikit! Buta warna ya, kamu!”Starla Moonlight Darma menatap kesal senior kampusnya yang begitu cerewet. Ya, gadis berusia 18 tahun itu hari ini adalah hari keduaya melewati masa OSPEK. Masa di mana yang bisa dikatakan akan selalu dikenang di masa d
Starla menghempaskan tubuhnya ke kamarnya. Sekujur tubuhnya benar-benar terasa sangatlah lelah akibat memunguti sampah-sampah yang ada di lapangan basket. Hukuman hari ini bukan hanya memunguti sampah-sampah saja, tapi dia juga harus mendapatkan tanda tangan dari sepuluh senior di kampusnya. Meskipun tak mendapatkan tanda tangan Elang, tapi Starla tetap berhasil mendapatkan sepuluh tanda tangan dari senior kampusnya. Tak dipungkiri dia kesal tak mendapatkan tanda tangan Elang.“Ah, dia ganteng banget!” gumam Starla yang kini membayangkan wajah Elang.Wajah tampan Elang membuat Starla tidak bisa berhenti memikirkan laki-laki itu. Pesona Elang yang kuat mampu menyihir hati Starla. Sayangnya tadi sepulang dari kampus, Starla tak bertemu Elang. Gadis itu sudah mencari Elang ke seluruh titik kampus, tapi tidak berhasil menemukannya.“Starla.” Lestari—ibu Starla—melangkah menghampiri Starla.Starla bangun dari tempat tidurnya, menatap ibunya. “Ya, Ma? Ada apa?”Lestari mendekat. “Duh, Saya
Nama itu tercetus pelan lolos di bibir Starla. Berkali-kali Starla mengedipkan matanya bahkan sampai dia menepuk-nepuk tangannya sendiri. Dia meyakinkan bahwa apa yang dia lihat ini adalah mimpi, tapi tidak mungkin. Starla merasakan sakit di kala dirinya menepuk tangannya. Itu menandakan bahwa apa yang dia lihat ini nyata.Elang …Laki-laki tampan di kampusnya sekarang ada di hadapannya. Perasaan Starla begitu campur aduk tak menentu. Keterkejutaannya sekarang menimbulkan jutaan pertanyaan di dalam pikirannya. “Starla, ini Elang.” Gauri melangkah menghampiri Elang dan memeluk lengan putranya itu. “Elang, ini Starla, anaknya Om Erwin sama Tante Lestari. Dia calon istri kamu. Cantik kan?” Gauri melanjutkan ucapannya sambil tersenyum.Elang bergeming di tempatnya menatap lekat Starla yang ada di hadapannya. Napasnya sedikit memburu. Pancaran matanya memancarkan rasa terkejut melihat Starla ada di hadapannya. Laki-laki itu sama sekali tidak menyangka gadis yang akan dijodohkan padanya a
Starla tak pernah mengira kalau dirinya dan Elang ternyata telah dijodohkan sejak mereka kecil. Pun Starla tak pernah tahu kalau teman dekat ayahnya ternyata keluarga Elang. Kemarin adalah hari di mana campur aduk bagi Starla.Starla bertemu siang hari dengan Elang di kampus, dan malamnya Starla mengetahui fakta di mana Elang—senior kampusnya—ternyata malah sosok laki-laki yang dijodohkan oleh keluarganya.Tentu mengetahui fakta itu membuat Starla tersenyum-senyum dimabuk kepayang. Awalnya memang Starla menolak keras karena tak ingin menikah muda. Banyak sekali impian-impian yang dirinya belum capai, tapi karena laki-laki yang dijodohkan Starla adalah Elang—itu membuat Starla begitu amat bersemangat.Sekarang malah Starla tak memedulikan meskipun harus menikah muda. Elang telah berhasil memorakporandakan hati Starla Moonlight. Biar saja nikah muda. Yang Starla nikahi adalah sosok laki-laki yang dia puja.“Starla, kamu ngapain sih pagi-pagi senyum-senyum nggak jelas?” Dini menghampiri