Kepala si Pembawa Mayat tiba-tiba menegak. Kedua matanya yang masuk ke dalam kini terbeliak menyiratkan keheranan sekaligus kegusaran. Kendati masih bersuara dingin, namun getaran dalam suaranya sangat terasa, "Kau bilang dia tewas" Siapa yang mencabut nyawanya?"
"Malaikat Gledek!"
"Manusia celaka itu lagi! Akan kubalas seluruh dendam yang telah mengalir dalam setiap darahku!
Perempuan jelita, kemunculanku bersama kekasihku itu selain untuk mencari Kitab Pembangkit Mayat yangbisa menghidupkan kembali kekasihku, juga untuk membalaskan dendam kepada Malaikat Gledek!""Jangan membual!"
"Sulit untuk menerangkan sekarang karena Tengkorak Darah sudah mampus! Tetapi, aku tak akan menyakiti muridnya! Dengar baik-baik, kita orang sesama! Kau harus memanggilku Guru! Tetapi, persetan dengan panggilan itu!"
Lalu tanpa mempedulikan wajah Dewi Kematian yang membesi dengan pandangan tajam dan hati diliputi kebimbangan mendengar kata-kata orang, lelaki
"Aku tidak tahu apa maksud lelaki berpunuk itu sepertinya hendak mengusap wajah kekasihnya dengan tangan kanannya yang seperti mengalirkan darah. Tetapi aku yakin, cara itulah yang akan bisa membangunkan mayat kekasihnya. Hanya saja, hamparan angin yang dihempaskan tangan kanannya yang seperti berdarah itu mengeluarkan bau lebih busuk dari mayat kekasihnya!" rutuk Manggala dalam hati dan memandang tak berkedip pada lelaki berpunuk yang sudah bangkit kembali dengan tatapan angker."Bila melihat kehadirannya yang sangat cepat itu, aku yakin nampaknya pemuda buta ini sejak tadi berada di sini. Dia tentunya memiliki ilmu peringan tubuh yang tinggi, karena aku tak menangkap gerakannya kalau memang dia berada di sini." Usai membatin begitu, lalu dengan garangnya si Pembawa Mayat membentak, "Orang buta mencari mampus! Urusan apa kau mengganggu kerja ku, hah!”Manggala cuma tersenyum saja. Namun di balik senyumnya, dia agak tegang juga. Terutama, ketika dirasakan dadanya
SATU sosok tubuh bergerak secepat angin. Melewati semak belukar, melewati jalan berliku penuhpohon, tanpa satu gangguan sedikit pun juga. Dari caranya bergerak itu menandakan orang yang berlaribukan orang sembarangan. Tak lama kemudian, di sebuah tempat yang agak terbuka dan terdapat beberapa buah batu besar dan pepohonan tinggi, orang yang bergerak tadi menghentikan larinya. Tak ada tarikan napas terengah. Tak ada keringat yang menetes."Setan alas! Ke mana lagi harus kutemukan manusia celaka berjuluk Iblis Mara Kayangan itu?" makinya dengan suara sedikit nyaring, menandakan dia seorang perempuan. Lalu si perempuan menekuk wajahnya yang telah dipenuhi keriput. Mengusap-usap kondenya dengan sikap sayang."Kata si Manusia jelek yang suka marah-marah, mengatakan Iblis Mara Kayangan kemungkinan sedang menuju ke Gunung Siguntang! Apakah aku harus segera menuju ke sana pula?"Perempuan tua berkonde yang tak lain adalah Dewi Pedang mendengus berulang-ulang
Tanpa banyak cakap lagi, si nenek berkonde sudah mengangkat sebelah tangannya. Akan tetapi, saat itu juga segera diturunkan. Kepalanya ditolehkan ke kiri. Dua tarikan napas kemudian, ditolehkan kepalanya, pada Dewa Pemarah yang juga sedang mengarahkan tatapannya ke arah kiri."Setan pemarah! Apakah kau memikirkan hal yang sama denganku!” sentak Dewi Pedang seperti melontarkan pertanyaan aneh."Kalau kau juga memikirkan hal yang sama, tentunya dugaan kita juga sama siapa orang yang datang ini?" seru Dewa Pemarah, tetap dengan suara menyentak."Yang satu menebarkan aroma harum luar biasa. Yang satunya lagi, mengeluarkan bau yang cukup menyengat! Siapa lagi kalau bukan.... Hhh! Manusia Mayat Muka Kuning! Sekian lama kucari dan rasanya akan kujumpai saat ini juga! Akan ku potek-potek leher celakanya!""Jangan banyak omong! Dari angin yang membawa bau keduanya, rasanya sudah berjarak sekitar lima, puluh tombak! Apakah kau akan menunggu mereka di sini!&rd
Dewi Pedang menghentikan niatnya untuk menghabisi nyawa Manusia Mayat Muka Kuning yang kini tergolek dengan mulut dan hidung mengeluarkan darah. Dengan gerakan aneh, mencelat lebih dulu ke atas dan mengirimkan serangan balasan, Dewi Pedang membuat Dewi Kematian yang Justru terpekik keras. Wajahnya tegang dengan napas memburu. Masih untuk perempuan bercadar sutera itu masih bisa meloloskan diri. Bila terlambat satu kejapan saja, tak urung punggungnya akan bolong dan nyawa seketika melayang.Bergulingan Dewi Kematian dengan wajah pias. Dan segera berdiri tegak dengan napas turun naik. Dewi Pedang menghentikan gerakannya. Menoleh dan menatap tajam pada Dewi Kematian."Beberapa bulan lalu, kau telah mencari penyakit mencampuri urusanku dengan lelaki tua muka kuning! Bahkan, Siluman Buta pun telah campur tangan pula. Entah di mana manusia sesat itu berada sekarang! Perempuan bercadar, terpaksa nyawamu akan ku cabut hari ini juga karena kau telah dua kali mencampuri urusan k
"Kalau begitu.... Anak muda! Katakan, apa hubunganmu dengan Raja Siluman Ular Putih dan Malaikat Gledek!” sentak si Pembawa Mayat dengan sepasang mata dijerengkan angker ke arah Manggala."Aku tahu kalau manusia berpunuk ini mempunyai dendam pada Eyang Gledek. Terus terang, sampai saat ini aku belum pernah melihat bagaimana wujud dan rupa Eyang Gledek. Tetapi, untuk menjawab pertanyaan lelaki tua berpunuk ini nanti dulu ku lakukan" kata Manggala dalam hati.Lalu katanya, "Lelaki tua berpunuk! Pertanyaanmu sungguh aneh" Aku tidak mengenal orang yang kau sebutkan tadi? Bagaimana mungkin aku bisa menjawab? Dan yang mengherankan aku, bagaimana kau bisa menghubungkan diriku dengan orang yang tidak kau kenal? Jangan-jangan, Ini otakmu bukan di kepala! Tetapi di punuk mu!""Anak muda.... Aku masih bermurah hati bila kau menjawab pertanyaan ku! Paling tidak, tunjukkandi mana berada! Kau tidak bisa membohongiku, kilatan lidah petir yang ada di tongkatmu itu a
Manggala yang bermaksud menggagalkan keinginan si Pembawa Mayat, langsung mencelat ke muka dan sebelumnya mengirimkan satu tendangan kaki kanan yang kuat kepada Dewi Samudera Biru, hingga perempuan berambut keperakan itu tidak menghalangi keinginannya. Tulang Ekor Naga Emas di tangan kanannya digerakkan dari atas ke bawah, siap menghantam rengkah kepala si Pembawa Mayat! Lelaki berpunuk itu nampak tak bergerak sama sekali dari tempatnya. Seolah tak merasakan angin yang dikawal oleh hawa dahsyat panas itu mengarah padanya. Namun satu sentakan luar biasa terjadi....Wusss!Gelombang angin yang menebarkan bau sangat busuk menghampar deras, cepat dan begitu tiba-tiba.Des! Des!Tubuh pemuda dari Sungai Ular yang baru saja mengayunkan Tulang Ekor Naga Emas, mencelat lima tombak ke belakang ketika dua buah hantaman masuk pada pusaran angin yang ditimbulkan oleh Tulang Ekor Naga Emas.Tubuhnya jatuh terduduk yang sebelumnya muntah darah saat terpental tad
Rangkaian tiga gebrakan itu mengarah pada si lelaki tua berpunuk yang memekik cukup kencang. Jurus 'Tangan Maut Sedot Darah' menebarkan sinar biru yang sangat kuat. Menyusul tepukan dahsyat yang memekakkan kedua gendang telinga Pembawa Mayat. Hamparan dan kabut kuning yang dilepaskan terakhir oleh Dewi Samudera Biru menambah kengerian Pembawa Mayat Lalu mengeluarkan pekikan yang cukup keras, lelaki berpunuk itu membuang tubuh ke samping.Bersama dengan itu, kedua tangannya yang terbuka digebah ke muka dengan cara mendorong. Tenaga dalamnya dilipatgandakan.Wussss!Menghampar gelombang dingin luar biasa ke arah gebrakan Dewi Samudera Biru. Bentrokan pun tak bisa dihindarkan lagi. Suara letupan berulangkali terdengar. Mengejutkan dan membuat tempat itu tak ubahnya seperti dilanda gempa. Sinar biru dan kabut kuning berpendar menerangi tempat itu. Semak belukar langsung tercabut. Tanah di mana tempat terjadi bentrokan itu rengkah. Memuncratkan debu yang membubung ti
Kejap lain dia sudah meneruskan serangannya. Mayang Harum menggeram dengan tatapan tak berkedip. Dia membuang tubuh ke kanan dan merunduk saat Tulang Ekor Naga Emas mengarah pada lehernya. Lalu meloncat ke belakang tatkala Manggala menusukkan tongkat itu, lalu membabat.Praaak! Prak! Praaak!Tiga suara keras terdengar. Menyusul suara berdentum yang sangat dahsyat. Rupanya, sambaran Tulang Ekor Naga Emas gagal mengenai sasaran. Dan sebagai gantinya, tiga batang pohon dibabat dan ambruk. Detik lain, tiga batang pohon yang ambruk itu telah menjadi serpihan menghangus."Mayang Mengapa kau masih bertindak ayal!” seru si Pembawa Mayat cukup tersentak."Jangan sembarangan omong! Tenaga Inti Geledek di tubuh pemuda itu benar-benar luar biasa panasnya! Dan tongkat di tangannya, begitu mengerikan sekali! Sambaran anginnya sudah membuat bulu kudukku berdiri!" sahut kekasihnya sambil berlompatan."Hmmm.... Tak heran bila tongkat itu memang hebat! Tetapi,
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana