Si Buta dari Sungai Ular tersenyum dan mendesis, "Bagus. Rasanya dia tak seperti mendapat halangan. Kendati demikian, aku tak bisa menebak secara pasti apakah dia sudah bertemu dengan Guru atau belum. Untuk lebih jelasnya, biar kutanyakan saja bila dia sudah mendekat...."
Dilihatnya dua sosok tubuh yang berada di punggung Garaga. Yang duduk di sebelah depan nampak mencoba memanggil namanya, namun kabur akibat kencangnya gemuruh lesatan Garaga. Sementara yang seorang lagi hanya melambaikan tangan. Satu kejap berikutnya, sosok besar ular raksasa itu telah tiba dihadapan tempat Manggala berdiri. Masih keluarkan teriakan keras, "Ghraaagghhh!"
Menyusul orang yang duduk di sebelah depan tadi melompat turun dan bergegas menghampiri Manggala disertai seruan, "Apa kabarmu, Kang Manggala!"
Sementara yang seorang lagi, pemuda berpakaian abu-abu yang terbuka di bagian dada hingga memperlihatkan dadanya yang bidang, setelah meloncat segera mendekati Manggala dengan senyuman
Manggala yang sangat paham bahasa Garaga berkata lagi, "Mengapa kau sepertinya merahasiakan semua itu, Garaga?"Bola mata Garaga melirik. Manggala bisa merasakan kalau Garaga tak suka dia bertanya begitu. "Apakah Guru tak memperbolehkan kau mengatakannya kepadaku?" tanya Manggala berhati-hati. Karena dia tahu, Garaga bisa marah bila dia memaksa. Lagi Garaga tak keluarkan suara maupun isyarat. Manggala menarik napas pendek. "Aneh. Garaga seperti menyimpan rahasia yang dalam. Mungkin juga ini perintah Guru. Aku tahu, Garaga juga menghormati Guru. Dan bila dia sudah berjanji, tak akan mungkin diingkari. Kendati aku penasaran, aku tak bisa memaksa Garaga untuk mengatakan tentang misteri di Bulak Batu Bulan yang masih menggantung."Mendadak terdengar desisan Garaga. Manggala menganggukkan kepala, "Guru mengatakan aku harus selekasnya tiba di sana. Ya, ya... Wulung Seta tadi juga mengatakan seperti itu. Tetapi Garaga, kau tentunya masih ingat pada Ayu Wulan, bukan? Nah! Aku
"Sungguh saat yang tepat rasanya untuk menikmati kemontokan tubuh gadis bernama Ayu Wulan itu. Hmm... menurutnya, Si Buta dari Sungai Ular bukanlah kekasihnya. Tetapi jelas-jelas dalam beberapa hari ini Ayu Wulan menampakkan kecemasannya. Juga rasa rindu yang dalam pada Si Buta dari Sungai Ular. Sungguh, aku iri melihat cinta kasih tulus dari gadis ini pada Si Buta dari Sungai Ular pemuda yang sedang kucari untuk kudapatkan Kitab Pembangkit Mayat."Murid Iblis Tanpa Jiwa ini kembali arahkan pandangan lekat-lekat pada Ayu Wulan. Sejenak ingatannya kembali pada perintah gurunya yang membuatnya muak. Handaka yang telah menjuluki dirinya sebagai Pangeran Pencabut Nyawa, telah bertekad untuk membelot dari perintah Iblis Tanpa Jiwa. Yang dihendaki, dia akan mendapatkan Kitab Pamungkas untuk dirinya sendiri!Pemuda ini mendengus dan membuang ingatannya tadi jauh-jauh, "Setiap kali aku teringat pada kakek keparat itu, semakin muak hatiku padanya! Sayangnya aku yakin, kalau dia
"Untuk melakukan tindakan busuk kepadaku!" satu suara dari belakang menyambung kata-katanya dan membuat murid Iblis Tanpa Jiwa ini segera membalikkan tubuh. Berjarak delapan langkah dari hadapannya, dilihatnya satu sosok ramping berpakaian ringkas warna jingga telah berdiri dengan kedua kaki dibuka agak lebar dan pandangan mencorong tajam!"Hebat! Rupanya dia tahu kalau kubuntuti. Dugaanku tepat kalau dia bukan gadis sembarangan. Mengingat dia begitu cepat menyelinap dan lenyap dari pandangan. Bahkan, tadi tak kulihat sosoknya berada di sana. Hmm... aku tak ingin membuang tenaga banyak sekarang."Habis membatin demikian Handaka tersenyum, "Maafkan aku. Bukan maksudku untuk mengikutimu. Tetapi, sejak semula aku sedang mencari jalan keluar dari tempat ini.""Jangan bicara dusta bila masih sayang nyawa!" maki Dewi Awan Putih dengan suara keras.Handaka makin kembangkan senyumnya. Dengan suara dibuat sopan dia berkata, "Sudah tentu aku tak berani lancang bers
Sinar putih yang membujur tadi menghantam delapan buah pohon besar sekaligus, yang pecah menjadi serpihan dan menebarkan bau sangit menyesakkan! Menyusul membuncahnya tanah ke udara.Handaka yang telah tegak berdiri kembali mendesis kaget, "Gila! Dari sambarannya saja sinar putih itu seperti ribuan mata panah menjadi satu!"Hanya sekejap saja keterkejutannya, karena kejap itu pula Dewi Awan Putih sudah tepukkan kembali kedua tangannya yang satu sama lain tak bertemu tapi perdengarkan suara menggelegar. Menyusul membujur sinar putih dahsyat ke arahnya!Di seberang, mendapati betapa ganasnya serangan gadis berpakaian jingga murid Iblis Tanpa Jiwa ini segera mengangkat kedua tangannya.Wuuuttt! Wuuutttt!Dua gumpalan angin hitam berkelebat angker dan perdengarkan suara menderu keras. Menyusul tubuh Handaka yang mendadak saja berputar. Putaran tubuhnya sangat cepat hingga angin yang ditimbulkan begitu bergemuruh. Rupanya dia sudah pergunakan jurus 'Men
"Untunglah kau mendengar orang itu berkelebat. Bila tidak... ah, aku tak tahu apa yang akan terjadi dengan gadis ini. Handaka... apakah kau sudah memeriksa keadaannya?""Ya. Lukanya tidak terlalu parah. Kelihatannya, gadis ini sebelumnya pingsan. Atau sesungguhnya dia tengah mabuk karena memakan atau meminum sesuatu yang disuguhkan tentunya secara paksa oleh orang itu. Aku tidak tahu pasti."Ayu Wulan yang benar-benar tak tahu apa yang terjadi, segera berlutut. Dilihatnya kancing pakaian gadis itu terbuka. Sebelum dia bertanya, Handaka sudah mendahului, "Ketika aku menemukannya, pakaiannya sudah terbuka seperti itu. Tadi pun aku bermaksud merapatkannya kembali.""Aku mengerti," sahut Ayu Wulan sambil memeriksa tubuh Dewi Awan Putih.Sementara itu, Handaka berkata dalam hati, "Keparat betul! Rupanya dia terbangun dan karena tak menemukanku di sana dia menyusul! Benar-benar keparat! Apakah gadis ini kuperkosa saja sekarang! Setan alas! Aku harus cepat berti
Berulang kali Handaka bergulingan dan berusaha agar sosoknya tidak kelihatan oleh Ayu Wulan. Setelah berulangkali harus terus menghindar, tiba-tiba datang kembali satu pikiran di benak Handaka."Hmm... aku harus berlagak kena. Dengan cara seperti itu Ayu Wulan akan merasa lebih bernafsu untuk menyerangku. Dan kupancing dia agar terus mengejarku hingga menjauh dari Dewi Awan Putih."Berpikir demikian, saat asap hitam yang menebarkan aroma bunga itu kembali menderu ke arahnya, Handaka berteriak keras seiring tubuhnya menghindar."Aaaakhhh!"Apa yang direncanakannya berhasil. Begitu mendengar teriakan yang cukup keras, Ayu Wulan yang geram menjadi bertambah bersemangat untuk mengejar. Apalagi dilihatnya samarsamar bayangan hitam yang berlari menjauh."Manusia keparat! Kau harus mampus!"Dalam hal ilmu peringan tubuh, Handaka berada dua tingkat di atas Ayu Wulan. Makanya dia berhasil meloloskan diri dan menjauh dari kejaran si gadis.Di s
Manggala sendiri tak kalah terkejutnya melihat siapa yang muncul di hadapannya. Masih tak berkedip, pemuda ini berkata dalam hati, "Salah seorang Dayang-dayang Dasar Neraka. Kalau tak salah, menilik cirinya dia adalah gadis yang bernama Dayang Harum. Hmm... kenapa dia hanya seorang diri? Ke mana dua gadis lainnya?"Lalu dengan senyuman bertengger di bibirnya dia berkata, "Selamat bertemu lagi... Dayang Harum. Oh! Apakah aku salah menyebutkan namamu?"Gadis berjubah biru pekat yang memang Dayang Harum adanya merandek dingin, "Pemuda mengaku bernama Lolo Bodong! Katakan siapa kau sebenarnya?"Manggala tersenyum."Bukankah kau sudah tahu siapa namaku? Barusan ku sebutkan!""Jangan menjual lagak!" hardik Dayang Harum sengit. Kedua tangannya mengepal kuat. Dan dia tak ingin membuang waktu sekarang."Kau masih tak percaya juga, ya. Kalau memang begitu, ya tidak apa-apa. O ya, apakah kau masih menginginkan nyawaku juga? Atau sesungguhnya, kau sedan
"Berhenti di tempatmu!" seru Dayang Harum keras namun kali ini tak berani menatap seperti biasanya pada Manggala. Melihat gelagat .seperti itu, Manggala tak menghentikan langkahnya. Dia terus mendekat sementara gadis itu terus berteriak tetapi tak surutkan langkah."Tenanglah... tenanglah...," kata Si Buta dari Sungai Ular dan tiba-tiba saja dengan lembut dirangkulnya Dayang Harum yang kejap itu pula menangis di dadanya yang bidang. Manggala menghela napas seraya berkata, "Tak perlu kau sesali apa yang terjadi. Lupakanlah... dengan cara itu kau tak akan larut dalam duka panjang yang menyakitkan..,."Seperti anak kecil yang telah lama kehilangan kasih sayang, Dayang Harum masih menangis di dada bidang Si Buta dari Sungai Ular yang merasakan dadanya mulai basah."Kau sesungguhnya gadis baik-baik, Dayang Harum. Katakan kepadaku, siapakah orang yang telah membuatmu menjadi kejam begini?"Kepala Dayang Harum menggeleng-geleng tetapi tak keluar suaranya selain