"Tidak! Tulang Ekor Naga Emas dan rajahan petir di dadanya sudah membuktikan kalau dia adalah Si Buta dari Sungai Ular!" seru Dayang Harum.
"Kali ini peduli setan! Kita sudah banyak menurunkan tangan! Membunuh pemuda yang bernama Lolo Bodong kendati dia adalah Si Buta dari Sungai Ular atau bukan, hanya sebuah urusan kecil!"
"Aku pun sudah tak sabar untuk membunuhnya! Tetapi Guru melarang kita melakukan hal itu sebelum Kitab Pembangkit Mayat berada di tangan!" sahut Dayang Kemilau yang teringat akan pesan gurunya.
"Lantas, apa yang mesti kita lakukan? Membiarkan pemuda bernama Lolo Bodong yang ternyata Si Buta dari Sungai Ular adanya mempermainkan kita, ataukah kita harus mutar-mutar tak karuan padahal orang yang kita cari berada di depan mata?" seru Dayang Harum mulai kesal.
Kali ini, tak ada yang bersuara. Masing-masing gadis menutup mulut rapat-rapat dengan dibuncah berbagai perasaan. Di lain kejap, Dayang Kemilau berkata memecah kesunyian,
"Kita
Wuuuttt! Wuuutttt!Dua gumpalan angin hitam berkelebat angker dan perdengarkan suara menderu keras.Blaaammm!Terdengar ledakan keras saat dua serangan itu bentrok di udara. Sosok Dayang Harum terlihat surut tiga langkah dengan wajah berubah pucat pasi dan dada bergetar. Di depan sana, Handaka yang menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan Pangeran Pencabut Nyawa, langsung membuang tubuh ke belakang tatkala dua gelombang angin menggempur ke arahnya.Blaaam!Ranggasan semak belukar langsung pecah dan tanah berhamburan di udara. Belum lagi Pangeran Pencabut Nyawa hinggap dengan kedua kaki tegak di atas tanah, mendadak saja sosok Dayang Pandan sudah berkelebat ke depan diiringi teriakan keras seraya mendorong kedua tangannya. Saat itu pula suasana di tempat itu meredup. Angin yang tadi keras bertiup seperti berhenti. Menyusul deruan keras yang menggelegar, sebongkah kabut hitam melesat dan mengeluarkan hawa dingin yang luar biasa. Rupanya, Dayang Panda
Dengan kening dikernyitkan murid Iblis Tanpa Jiwa ini berkata "Aku telah mengatakan apa yang menjadi tujuanku! Sekarang, katakan apa tujuan kalian!""Kau tak perlu tahu urusan kami!" seru Dayang Harum keras. Dan mendadak dia katupkan mulut untuk meneruskan kata tatkala satu pikiran menyelinap dibenaknya. Lalu dengan memasang wajah serius dia berkata, "Aku tahu sedikit tentang Kitab Pamungkas yang kini ramai dibicarakan oleh orang-orang rimba persilatan? Bukankah sebenarnya yang kau hendaki dari Si Buta dari Sungai Ular adalah Kitab Pembangkit Mayat?"Kendati keningnya masih mengernyit, Pangeran Pencabut Nyawa berkata juga, "Kau sudah tahu soal itu!""Hanya sedikit! Tetapi kami tak menghendaki apa yang menjadi tujuanmu dengan Si Buta dari Sungai Ular!""Katakan!""Kitab Pembangkit Mayat yang kau cari pada Si Buta dari Sungai Ular, kini berada di tangan seorang perempuan berpakaian kuning cemerlang yang berjuluk Dewi Topeng Perak dan seorang kakek ya
"Katakan!""Bukan tentang di mana Si Buta dari Sungai Ular berada. Melainkan, tentang apa-apa yang ada di balik pakaian yang kau kenakan. Aku tahu apa yang terdapat di...."'Tutup mulutmu!" sengat Dewi Topeng Perak memutus kata-kata si kakek dengan tangan menuding. Tetapi Buang Totang Samudero tidak mempedulikan. Dia tetap meneruskan kata,"... balik pakaianmu itu benda-benda yang sangat kuinginkan untuk kulihat, kuraba, dan kurasakan. Betapa nikmat semua yang....""Diaaammm!"Kali ini Buang Totang Samudero mengatupkan mulutnya. Tetapi bibirnya tetap menyeringai. Sementara itu sambil keluarkan dengusan keras, Dewi Topeng Perak arahkan pandangan kekejauhan. Dalam hati perempuan berpakaian kuning cemerlang ini memaki, "Benar-benar jahanam sikap kakek keparat ini! Huh! Mengapa aku sampai berjumpa dengannya kembali? Setan laknat! Bila saja tak kubutuhkan kesaktiannya untuk menghadapi Si Buta dari Sungai Ular, sudah kutinggalkan dia sejak pertama bertemu lagi!
"Tadi kukatakan, aku muncul kembali di rimba persilatan ini lebih banyak dikarenakan tak sabar untuk menggeluti tubuhmu! Urusan Si Buta dari Sungai Ular bisa kutunda sementara waktu! Kendati ada orang yang akan mendahului, sudah tentu dia akan berhadapan denganku! Nah, bukankah lebih mengasyikkan bila aku menggeluti tubuhmu dulu!" Terdengar suara rahang dikertakkan.Kedua tinju Dewi Topeng Perak mengepal. Dia masih gusar karena tahu justru dialah yang dipermainkan oleh Buang Totang Samudero."Hmmm... bila yang dikatakan manusia sialan ini ternyata benar, aku juga menghendaki Kitab Pamungkas. Untuk saat ini, biarlah aku mengalah. Tetapi tak akan pernah kuberikan tubuhku. Bisa saja aku berlaku pasrah dan di saat dia menggeluti tubuhku, maka akan kubunuh! Tetapi, tenaganya masih kuperlukan! Bisa jadi kalau bukan hanya Dayang-dayang Dasar Neraka yang menghendaki Kitab Pamungkas. Dengan kata lain, di saat kakek keparat ini masih ada, aku bisa terus berjalan dengan mudah," k
Masih dengan kening dikernyitkan gadis ini berkata, "Mengapa? Kau tak suka bila bersama-sama denganku?""Sama sekali tidak, Tetapi bukankah kau bisa menilai sendiri apa yang terjadi? Sudah beberapa kali nyawaku diburu oleh orang-orang serakah. Beberapa kali pula aku berhasil lolos dari maut yang hendak mereka turunkan. Terus terang, kau sebenarnya sudah aman dan tenang berada di tempat asalmu. Mengikutiku, berarti menantang bahaya,,..""Aku tidak peduli!"Diam-diam Manggala mendesah pendek dan berkata dalam hati, "Waktu lalu, Dewa Pemarah sangat menginginkan kalau muridnya berjodoh denganku, Dan aku tahu kalau gadis ini betul-betul mencintaiku, Bila menuruti kata hatiku, rasanya... aku pun mulai mencintainya, Tetapi biar bagaimanapun juga, hidupku selalu diburu oleh orang-orang sesat. Dan aku tak ingin gadis ini mengalami nasib yang sama denganku...." ,Karena Manggala belum menyahuti kata-katanya, Ayu Wulan berkata, "Mengapa kau terdiam, Kang Manggala?"
Kali ini sulit bagi Dewi Awan Putih untuk menghindar. Dalam keadaan kedua kaki yang belum sempurna betul menjejak tanah, Dewi Awan Putih memperlihatkan kelasnya sebagai tokoh muda yang patut diperhitungkan.Dengan teriakan penambah semangat, segera saja disentakkan kedua tangannya ke depan. Seketika bergulung awan putih yang menebarkan hawa panas. Kejap lain satu gelombang angin kuat yang keluarkan suara gemuruh menggebrak.Blaaamm!Segera terdengar ledakan yang keras tatkala gebrakan Dewi Awan Putih melabrak serangan gelap yang dilepaskan entah dari mana. Karena kedudukannya agak goyah, gadis ini tersurut dua tindak ke belakang."Manusia keparat yang ingin mampus ! Tampakkan wajahmu di hadapanku bila kau punya nyali!"Bukan sahutan yang terdengar, justru satu hamparan angin yang menggebrak kembali. Menyusul gumpalan kabut putih menderu ke arah Dewi Awan Putih.Untuk kedua kalinya, gadis ini berhasil memapaki serangan ganas itu. Namun mendad
Dari raut wajahnya dia nampak berada di persimpangan jalan. Di samping masih geram untuk mengetahui siapa orang yang telah menyerangnya, dia juga memiliki niat untuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular bila tak mau mengatakan ke mana perginya Hantu Caping Baja. Justru yang tak disangkanya, kalau pemuda itulah yang telah menyelamatkannya!Manggala menggelengkan kepala. "Aku tak pernah berniat atau mengharapkan seperti itu. Sedikit pun tak pernah ada di hatiku. Tetapi, ada yang ingin kutanyakan!" katanya dan menyambung dalam hati, "Aku tak menyangka akan menjumpai gadis ini lagi. Rasa penasaranku karena waktu itu dia menyerangku, kuharap dapat terjawab sekarang. Biarlah Ayu Wulan menunggu beberapa saat lagi. Ah, padahal sudah kudapatkan dua ekor kelinci gemuk yang tadi kulempar begitu saja saat kupapaki serangan gelap yang tertuju pada gadis bertahi lalat ini."Sementara itu, terdengar sahutan Dewi Awan Putih agak terpaksa, "Huh! Karena kau telah menolongku, aku bersedia m
"Benarkah dugaanku kalau Ayu Wulan meninggalkan tempat ini karena sikap dan jawabanku? Atau... hei! Bisa jadi dia sebenarnya tidak suka aku rangkul? Wah! Kalau begitu, berabe nih! Tidak gampang untuk membaikkannya kembali! Aku harus...."Mendadak saja pemuda dari Sungai ular ini terdiam. Satu pikiran yang tak mengenakkannya singgah di benaknya. Dan ini membuatnya terdiam cukup lama."Apakah... ada seseorang yang datang ke sini kemudian membawa Ayu Wulan pergi? Bila memang demikian, pasti dia mengenal orang yang datang itu? Lantas bagaimana bila dia tak mengenalinya tetapi orang itu tetap membawanya pergi? Hmmm... tak kulihat tanda-tanda pertarungan di sini. Apakah...."Manggala memutus gumamannya sendiri."Aku tak boleh membuang waktu. Aku harus mengetahui keadaan Ayu Wulan sebelum kuteruskan perjalanan mencari guru Raja Siluman Ular Putih." Memutuskan demikian, pemuda yang didada terdapat rajahan petir ini sudah berkelebat untuk mencari Ayu Wulan. Dilupa
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana