"Benarkah dugaanku kalau Ayu Wulan meninggalkan tempat ini karena sikap dan jawabanku? Atau... hei! Bisa jadi dia sebenarnya tidak suka aku rangkul? Wah! Kalau begitu, berabe nih! Tidak gampang untuk membaikkannya kembali! Aku harus...."
Mendadak saja pemuda dari Sungai ular ini terdiam. Satu pikiran yang tak mengenakkannya singgah di benaknya. Dan ini membuatnya terdiam cukup lama.
"Apakah... ada seseorang yang datang ke sini kemudian membawa Ayu Wulan pergi? Bila memang demikian, pasti dia mengenal orang yang datang itu? Lantas bagaimana bila dia tak mengenalinya tetapi orang itu tetap membawanya pergi? Hmmm... tak kulihat tanda-tanda pertarungan di sini. Apakah...."
Manggala memutus gumamannya sendiri.
"Aku tak boleh membuang waktu. Aku harus mengetahui keadaan Ayu Wulan sebelum kuteruskan perjalanan mencari guru Raja Siluman Ular Putih." Memutuskan demikian, pemuda yang didada terdapat rajahan petir ini sudah berkelebat untuk mencari Ayu Wulan. Dilupa
WULUNG SETA dan Sri Kunting seketika mengarahkan pandangan ke depan. Kendati malam begitu gelap dan sinar rembulan di atas tak mampu tembusi gumpalan awan-awan hitam, samar-samar keduanya melihat satu sosok tubuh tinggi berdiri berjarak sepuluh langkah dari mereka. Orang yang berdiri dengan kedua kaki agak dibuka lebih lebar itu tak tampak wajahnya. Bukan dikarenakan kegelapan menyelimuti wajahnya, melainkan karena diselubungi kain warna merah. Sosoknya begitu gagah, dibalut pakaian warna merah yang memperlihatkan tonjolan otot di dadanya yang dipenuhi bulu lebat. Kedua tangannya bersedekap di dada.Untuk sejenak Wulung Seta dan Sri Kunting tak membuka mulut. Sementara itu, Garaga yang tadi mendadak seperti gelisah dengan mengibas-ngibaskan ekornya yang besar dan keluarkan geraman berulang kali, kali ini terdiam kendati geramannya masih terdengar namun pelan. Bola matanya yang bulat memerah itu tak berkedip pada sosok tubuh berpakaian merah.Sementara itu, kendati cuku
Di depan, orang berselubung merah merandek dingin. Entah apa yang kemudian dilakukannya, mendadak saja tempat itu seperti didera panas yang sungguh luar biasa. Sosok Wulung Seta dan Sri Kunting yang sama-sama telah terluka dalam, mundur beberapa tindak ke belakang dengan wajah pias.Kejap itu pula terdengar teriakan orang berselubung kain merah yang sangat keras tetap dengan kedudukan tak bergeser. Menyusul menggebraknya hawa panas yang langsung membuat rerumputan mengering ke arah Wulung Seta dan Sri Kunting.Whos!Namun bersamaan dengan itu, mendadak saja satu gelombang api dahsyat yang bergulung-gulung laksana topan badai api mengarah pada sosok orang berselubung kain merah yang melengak. Dan untuk pertama kalinya dia bergeser dari tempat berdirinya dengan cara melompat ke samping!Rumput di padang itu langsung tercabut dan beterbangan entah ke mana! Kejap lain, terdengar teriakan mengguntur, membahana dahsyat, "Ghraaghhh!"Menyusul ledakan kera
Sementara itu Wulung Seta dan Sri Kunting yang tidak mengerti apa maksud Garaga, saling pandang sejenak. Kejap lain arahkan pandangan pada orang berselubung kain merah yang terdiam dengan tatapan waspada!"Mengapa dia seolah menghentikan niat?" bisik Wulung Seta pelan."Aku tidak tahu! Kalau memang kita tak bisa menghadapinya dan Garaga juga kelihatan tidak sanggup, sebaiknya kita menyelamatkan diri saja. Dalam ilmu silat, bila kita tak mampu bukankah lebih baik mundur? Itu tandanya kita sadar akan kemampuan yang kita miliki.""Kau benar. Itu lebih baik... heiii!" suara Wulung Seta terputus, tatkala pandangannya menangkap satu bayangan melangkah ringan ke arah mereka.Sementara suara Garaga terus berteriak-teriak keras tanpa keliatan wujudnya, "Ghraaaggghhh"-o0o-Seorang lelaki berwajah arif bijaksana, melangkah dengan gerakan yang sangat ringan. Bibirnya nampak tersenyum saat dia melangkah. Berjarak dua tombak dari hadapan Wulung Seta dan
"Jahanam!" geram orang ini gusar. Yang jadi sasaran kemarahannya kemudian, adalah tanah-tanah di sana. Yang langsung terbongkar rengkah membentuk beberapa buah lubang terhantam pukulan demi pukulannya.Di sela-sela letupan demi letupan yang terdengar dan memuncratkan tanah ke udara, terdengar teriakannya yang keras, "Aku bersumpah demi langit dan bumi... akan kubunuh kau. Raja Siluman Ular Putih!"Tatkala semua sirap dan kembali pada keheningan, sosok Rantak Ganggang sudah tak nampak di depan mata.-o0o-Pada saat yang bersamaan, di sebuah tempat yang jauh dari sana, pemuda berpakaian dari kulit ular nampak melompat dari balik ranggasan semak. Begitu kedua kakinya dijejakkan di tanah, segera diedarkan pandangan ke sekelilingnya."Wah! Ke mana lagi harus kususuri jejak Ayu Wulan" Ke mana dia sebenarnya? Apakah gadis itu marah padaku hingga memutuskan untuk meninggalkanku, atau ada sebab-sebab lain?"Pemuda yang tak lain Si Buta dari Sungai Ul
Hantu Caping Baja arahkan pandangan ke kanan. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. Lalu terdengar kata-katanya, "Kalau tidak salah, gadis itu bernama Ratna Sari, atau yang berjuluk Dewi Awan Putih. Pada suatu ketika, aku pernah berjumpa dengannya. Dia banyak sekali menanyakan persoalan hidup di dunia ini. Persoalan yang ternyata membuatku jadi banyak bicara dan menjawab setiap pertanyaannya. Sampai kemudian, secara tak sengaja aku menyinggung tentang Kitab Pamungkas. Ini juga bermula karena aku tak sadar kalau dia menjebakku dengan pertanyaan aku hendak ke mana. Mungkin pula karena tuturnya yang lembut dan sikapnya yang santun, aku jadi mengatakan tentang Kitab Pamungkas. Lalu dengan cerdiknya gadis itu menjebakku terus hingga banyak yang kuceritakan tentang Kitab Pamungkas. Saat itu, memang tidak terjadi apa-apa." Hantu Caping Baja terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Tetapi entah sengaja atau tidak, aku bertemu lagi dengan gadis itu tiga hari kemudian. Dan mulailah terlihat
Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Ayu Wulan? Sebaiknya kita tengok dulu kejadian beberapa hari yang lalu. Setelah Manggala meninggalkannya untuk mencari pengisi perut, murid Dewa Pemarah ini menarik napas dalam-dalam. Lamat-lamat dihembuskan napasnya hingga terasa sedemikian segar."Aku tak tahu apakah yang kulakukan tadi salah atau tidak," katanya bagai bisikan. "Tak seharusnya aku menolak larangan Kang Manggala. Kemungkinan yang dikatakannya memang benar. Urusan yang sedang dihadapinya begitu panjang membentang dan belum ada kepastian. Tetapi bersama-sama dengannya, tak ada yang perlu kutakutkan. Menyeberangi lautan api sekalipun asalkan bersamanya, tetap akan kulakoni. Tadi kelihatannya Kang Manggala agak sedikit gelisah. Mungkin pula kecewa karena aku tetap bersikeras mengikutinya. Biar bagaimanapun juga, aku sangat mencintainya dan ingin selalu bersamanya."Lalu perlahan-lahan gadis jelita berhidung mancung ini duduk di atas rumput. Kedua kakinya ditekuk ke dada
Kembali dibuat wajahnya meringis menahan sakit. Sementara itu, Ayu Wulan telah selesai bersemadi. Keringat yang mengalir tadi telah lenyap dan dirasakan tubuhnya mulai segar kembali. Begitu kedua matanya dibuka, yang pertama kali dilihatnya adalah sosok pemuda berpakaian hitam.Buru-buru murid Dewa Pemarah ini mendekat. Sambil berlutut dia berkata, "Bagaimana keadaanmu?"Dengan berlagak masih kesakitan, Pangeran Pencabut Nyawa membuka kedua matanya. Sejenak dipandanginya wajah si gadis yang sedang tersenyum."Luar biasa! Kecantikannya sungguh luar biasa! Aku ingin menikmatinya sekarang, tetapi tidak dengan cara memaksa!" kata Handaka dalam hati. Lalu dengan suara dibuat parau dia berkata, "Terima kasih atas bantuanmu....""Ayu Wulan.""Ayu Wulan.""Sudahlah. Tak perlu berbasa-basi seperti itu. Lebih baik kau bersandar saja di bawah pohon itu. Ayo, kubantu kau...."Gairah Pangeran Pencabut Nyawa semakin naik, tatkala mencium aroma alam
Pangeran Pencabut Nyawa memasang wajah bimbang. Diam-diam dia berkata dalam hati, "Ternyata begitu mudah mengelabuinya. Ada dua keuntungan yang kudapatkan. Pertama, aku akan mendapatkan gadis ini tanpa susah payah. Kedua, gadis ini akan menjadi barang berharga untuk barter dengan Kitab Pembangkit Mayat, sebagai petunjuk untuk menemukan Kitab Pamungkas. Dan aku tak percaya kalau Kitab Pembangkit Mayat berada di tangan perempuan berjuluk Dewi Topeng Perak dan Buang Totang Samudero, seperti yang dikatakan Dayang-dayang Dasar Neraka."Lalu katanya, "Baiklah. Mengingat kau telah menolongku, aku akan membalas semuanya.""Aku tidak mengharapkan balasan apa-apa! Tetapi kali ini aku butuh bantuanmu agar aku dapat menyelamatkan Kang Manggala!"Pangeran Pencabut Nyawa mengangguk dan perlahan-lahan berdiri, "Kita berangkat sekarang!"Dengan kecemasan yang menggayuti dadanya, Ayu Wulan mengangguk dan mendahului. Di belakang, Pangeran Pencabut Nyawa menyeringai lebar.