"Hmm... aku tahu kalau gadis ini memiliki ilmu yang cukup tinggi. Tetapi, aku tak mau melibatkan dirinya lagi dalam urusan ini."
Memutuskan demikian, Manggala berkata, "Tidak apa-apa. Hanya luka kecil saja."
Ayu Wulan tahu kalau luka yang dialami pemuda berpakaian kulit ular ini bukanlah luka ringan. Tetapi karena Manggala sudah berkata demikian, dia pun tak enak untuk bertanya lebih lanjut. Makanya dia berkata, "Kau masih tetap seperti yang pertama kali kutemui, Kang Manggala. Terkadang kau begitu terbuka dan terkadang kau begitu tertutup."
Manggala tersenyum. "Kulakukan seperti yang kau katakan tadi, karena memang ada hal-hal penting yang harus kukatakan. Tetapi, ada juga yang tak perlu dikatakan."
Sebagai jawaban, Ayu Wulan cuma tersenyum. Manggala berkata lagi, "Kuharap kau mengerti, bukan" Sekarang, apakah kau tidak bermaksud melanjutkan perja...."
Kata-kata Si Buta dari Sungai Ular terputus tatkala terdengar satu suara cukup keras, "Kau tak m
"Tidak! Tulang Ekor Naga Emas dan rajahan petir di dadanya sudah membuktikan kalau dia adalah Si Buta dari Sungai Ular!" seru Dayang Harum."Kali ini peduli setan! Kita sudah banyak menurunkan tangan! Membunuh pemuda yang bernama Lolo Bodong kendati dia adalah Si Buta dari Sungai Ular atau bukan, hanya sebuah urusan kecil!""Aku pun sudah tak sabar untuk membunuhnya! Tetapi Guru melarang kita melakukan hal itu sebelum Kitab Pembangkit Mayat berada di tangan!" sahut Dayang Kemilau yang teringat akan pesan gurunya."Lantas, apa yang mesti kita lakukan? Membiarkan pemuda bernama Lolo Bodong yang ternyata Si Buta dari Sungai Ular adanya mempermainkan kita, ataukah kita harus mutar-mutar tak karuan padahal orang yang kita cari berada di depan mata?" seru Dayang Harum mulai kesal.Kali ini, tak ada yang bersuara. Masing-masing gadis menutup mulut rapat-rapat dengan dibuncah berbagai perasaan. Di lain kejap, Dayang Kemilau berkata memecah kesunyian,"Kita
Wuuuttt! Wuuutttt!Dua gumpalan angin hitam berkelebat angker dan perdengarkan suara menderu keras.Blaaammm!Terdengar ledakan keras saat dua serangan itu bentrok di udara. Sosok Dayang Harum terlihat surut tiga langkah dengan wajah berubah pucat pasi dan dada bergetar. Di depan sana, Handaka yang menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan Pangeran Pencabut Nyawa, langsung membuang tubuh ke belakang tatkala dua gelombang angin menggempur ke arahnya.Blaaam!Ranggasan semak belukar langsung pecah dan tanah berhamburan di udara. Belum lagi Pangeran Pencabut Nyawa hinggap dengan kedua kaki tegak di atas tanah, mendadak saja sosok Dayang Pandan sudah berkelebat ke depan diiringi teriakan keras seraya mendorong kedua tangannya. Saat itu pula suasana di tempat itu meredup. Angin yang tadi keras bertiup seperti berhenti. Menyusul deruan keras yang menggelegar, sebongkah kabut hitam melesat dan mengeluarkan hawa dingin yang luar biasa. Rupanya, Dayang Panda
Dengan kening dikernyitkan murid Iblis Tanpa Jiwa ini berkata "Aku telah mengatakan apa yang menjadi tujuanku! Sekarang, katakan apa tujuan kalian!""Kau tak perlu tahu urusan kami!" seru Dayang Harum keras. Dan mendadak dia katupkan mulut untuk meneruskan kata tatkala satu pikiran menyelinap dibenaknya. Lalu dengan memasang wajah serius dia berkata, "Aku tahu sedikit tentang Kitab Pamungkas yang kini ramai dibicarakan oleh orang-orang rimba persilatan? Bukankah sebenarnya yang kau hendaki dari Si Buta dari Sungai Ular adalah Kitab Pembangkit Mayat?"Kendati keningnya masih mengernyit, Pangeran Pencabut Nyawa berkata juga, "Kau sudah tahu soal itu!""Hanya sedikit! Tetapi kami tak menghendaki apa yang menjadi tujuanmu dengan Si Buta dari Sungai Ular!""Katakan!""Kitab Pembangkit Mayat yang kau cari pada Si Buta dari Sungai Ular, kini berada di tangan seorang perempuan berpakaian kuning cemerlang yang berjuluk Dewi Topeng Perak dan seorang kakek ya
"Katakan!""Bukan tentang di mana Si Buta dari Sungai Ular berada. Melainkan, tentang apa-apa yang ada di balik pakaian yang kau kenakan. Aku tahu apa yang terdapat di...."'Tutup mulutmu!" sengat Dewi Topeng Perak memutus kata-kata si kakek dengan tangan menuding. Tetapi Buang Totang Samudero tidak mempedulikan. Dia tetap meneruskan kata,"... balik pakaianmu itu benda-benda yang sangat kuinginkan untuk kulihat, kuraba, dan kurasakan. Betapa nikmat semua yang....""Diaaammm!"Kali ini Buang Totang Samudero mengatupkan mulutnya. Tetapi bibirnya tetap menyeringai. Sementara itu sambil keluarkan dengusan keras, Dewi Topeng Perak arahkan pandangan kekejauhan. Dalam hati perempuan berpakaian kuning cemerlang ini memaki, "Benar-benar jahanam sikap kakek keparat ini! Huh! Mengapa aku sampai berjumpa dengannya kembali? Setan laknat! Bila saja tak kubutuhkan kesaktiannya untuk menghadapi Si Buta dari Sungai Ular, sudah kutinggalkan dia sejak pertama bertemu lagi!
"Tadi kukatakan, aku muncul kembali di rimba persilatan ini lebih banyak dikarenakan tak sabar untuk menggeluti tubuhmu! Urusan Si Buta dari Sungai Ular bisa kutunda sementara waktu! Kendati ada orang yang akan mendahului, sudah tentu dia akan berhadapan denganku! Nah, bukankah lebih mengasyikkan bila aku menggeluti tubuhmu dulu!" Terdengar suara rahang dikertakkan.Kedua tinju Dewi Topeng Perak mengepal. Dia masih gusar karena tahu justru dialah yang dipermainkan oleh Buang Totang Samudero."Hmmm... bila yang dikatakan manusia sialan ini ternyata benar, aku juga menghendaki Kitab Pamungkas. Untuk saat ini, biarlah aku mengalah. Tetapi tak akan pernah kuberikan tubuhku. Bisa saja aku berlaku pasrah dan di saat dia menggeluti tubuhku, maka akan kubunuh! Tetapi, tenaganya masih kuperlukan! Bisa jadi kalau bukan hanya Dayang-dayang Dasar Neraka yang menghendaki Kitab Pamungkas. Dengan kata lain, di saat kakek keparat ini masih ada, aku bisa terus berjalan dengan mudah," k
Masih dengan kening dikernyitkan gadis ini berkata, "Mengapa? Kau tak suka bila bersama-sama denganku?""Sama sekali tidak, Tetapi bukankah kau bisa menilai sendiri apa yang terjadi? Sudah beberapa kali nyawaku diburu oleh orang-orang serakah. Beberapa kali pula aku berhasil lolos dari maut yang hendak mereka turunkan. Terus terang, kau sebenarnya sudah aman dan tenang berada di tempat asalmu. Mengikutiku, berarti menantang bahaya,,..""Aku tidak peduli!"Diam-diam Manggala mendesah pendek dan berkata dalam hati, "Waktu lalu, Dewa Pemarah sangat menginginkan kalau muridnya berjodoh denganku, Dan aku tahu kalau gadis ini betul-betul mencintaiku, Bila menuruti kata hatiku, rasanya... aku pun mulai mencintainya, Tetapi biar bagaimanapun juga, hidupku selalu diburu oleh orang-orang sesat. Dan aku tak ingin gadis ini mengalami nasib yang sama denganku...." ,Karena Manggala belum menyahuti kata-katanya, Ayu Wulan berkata, "Mengapa kau terdiam, Kang Manggala?"
Kali ini sulit bagi Dewi Awan Putih untuk menghindar. Dalam keadaan kedua kaki yang belum sempurna betul menjejak tanah, Dewi Awan Putih memperlihatkan kelasnya sebagai tokoh muda yang patut diperhitungkan.Dengan teriakan penambah semangat, segera saja disentakkan kedua tangannya ke depan. Seketika bergulung awan putih yang menebarkan hawa panas. Kejap lain satu gelombang angin kuat yang keluarkan suara gemuruh menggebrak.Blaaamm!Segera terdengar ledakan yang keras tatkala gebrakan Dewi Awan Putih melabrak serangan gelap yang dilepaskan entah dari mana. Karena kedudukannya agak goyah, gadis ini tersurut dua tindak ke belakang."Manusia keparat yang ingin mampus ! Tampakkan wajahmu di hadapanku bila kau punya nyali!"Bukan sahutan yang terdengar, justru satu hamparan angin yang menggebrak kembali. Menyusul gumpalan kabut putih menderu ke arah Dewi Awan Putih.Untuk kedua kalinya, gadis ini berhasil memapaki serangan ganas itu. Namun mendad
Dari raut wajahnya dia nampak berada di persimpangan jalan. Di samping masih geram untuk mengetahui siapa orang yang telah menyerangnya, dia juga memiliki niat untuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular bila tak mau mengatakan ke mana perginya Hantu Caping Baja. Justru yang tak disangkanya, kalau pemuda itulah yang telah menyelamatkannya!Manggala menggelengkan kepala. "Aku tak pernah berniat atau mengharapkan seperti itu. Sedikit pun tak pernah ada di hatiku. Tetapi, ada yang ingin kutanyakan!" katanya dan menyambung dalam hati, "Aku tak menyangka akan menjumpai gadis ini lagi. Rasa penasaranku karena waktu itu dia menyerangku, kuharap dapat terjawab sekarang. Biarlah Ayu Wulan menunggu beberapa saat lagi. Ah, padahal sudah kudapatkan dua ekor kelinci gemuk yang tadi kulempar begitu saja saat kupapaki serangan gelap yang tertuju pada gadis bertahi lalat ini."Sementara itu, terdengar sahutan Dewi Awan Putih agak terpaksa, "Huh! Karena kau telah menolongku, aku bersedia m