"Rayi! Aku tidak tahu mengapa semua ini terjadi! Lebih baik kita biarkan diri kita dibawa oleh Ular ini!!" seru Wulung Seta kembali.
"Kakang! Apakah Ular ini akan mencelakakan kita!" seru Sri Kunting keras. Sungguh, wajah gadis jelita ini memerah karena menahan angin laksana tamparan dan mencoba menindih rasa ngeri yang menjalari tubuhnya.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak! Kita hanya bisa berharap agar kita selamat!" sahut murid mendiang Ki Alam Gempita ini. Kendati mulutnya bersuara demikian, namun kata-kata yang diucapkan oleh Sri Kunting tadi cukup menyentak perasaannya. Bagaimana bila hal itu benar terjadi? Apa yang akan mereka lakukan? Nekat melompat? berarti hanya mencari mati!
"Aku harus menenangkannya," desis Wulung Seta dalam hati. "Kendati Sri Kunting memiliki ilmu yang cukup tinggi, tetapi dia tetaplah manusia yang memiliki rasa ngeri. Tak jauh berbeda sebenarnya denganku. Hanya saja, aku coba kendalikan semua ini bukan dengan emosi!"
Memikir
Si Buta dari Sungai Ular langsung putuskan tawanya. Dipandanginya gadis itu lekat-lekat seraya berkata dalam hati. "Aneh! Mengapa tiba-tiba dia bertanya soal Putri Lebah? Dan nada suaranya tadi... ah, entah aku yang kegeeran atau tidak, tetapi kutangkap nada cemburunya...."Sementara itu, Wulung Seta segera membuang pandangan ke kanan. Ada perasaan tak suka menangkap gelar cemburu Sri Kunting pada gadis berjuluk Putri Lebah. Dan diam-diam pula, pemuda yang mencintai gadis itu merasakan getar cemburunya pula. Namun dia masih bisa tindih perasaannya. Dialihkan pula pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular, dan seolah menunggu apa yang hendak dikatakan pemuda dari Sungai ular itu.Merasa pertanyaan Sri Kunting harus dijawab, Si Buta dari Sungai Ular berkata, "Aku tidak tahu kalian mengetahui tentang Putri Lebah entah dari siapa! Tetapi yang perlu kalian ketahui, Putri Lebah sudah tewas!"Saat kalimat terakhir tadi diucapkan oleh Si Buta dari Sungai Ular, Sri Kunt
"Jadi kau hendak membuang waktu hanya untuk menunggu lelaki itu siuman? Mengapa tidak dibunuh saja! Ingat Sunarsasi, aku menginginkan kau! Menginginkan tubuhmu seperti yang kau janjikan bila aku berhasil membunuh pemuda berjuluk Si Buta dari Sungai Ular! Dan katamu, pemuda itu akan muncul di Bukit Watu Hatur! Apakah tidak selekasnya kita tiba di sana!"Sepasang mata jernih dari balik topeng yang dikenakannya, Dewi Topeng Perak yang memiliki nama asli Sunarsasi menggeram pendek."Sebenarnya, aku tak mengharapkan kemunculan manusia setan ini! tetapi sekarang, aku menghendakinya menjadi tameng maut untuk menghadapi siapa saja yang ingin kubunuh!" kata perempuan ini dalam hati.Dewi Topeng Perak membuka mulut, "Aku juga tak sabar untuk tiba di Bukit Watu Hatur!""Bila kau katakan tentang kesabaran, aku justru tak sabar untuk mendapatkan janji yang kau berikan!" sambar si kakek bungkuk yang duduk bersila di atas tanah itu."Janji telah kuucapkan! Bila k
Terdiam Buang Totang Samudero dengan pandangan menyipit. Sesaat kesepian melanda. Di ujung sana, asap yang masih menguar akibat api yang dipadamkan paksa tadi, masih tersisa. Cukup mengaburkan pandangan. Sambil menengadah, Buang Totang Samudero berkata sengit, "Bunuh lelaki yang pingsan itu! Akan kubuktikan segala ucapanku tadi!!"Dewi Topeng Perak makin merasa yakin kalau jerat yang dipasangnya mulai mengena. Biar bagaimanapun juga, dia akan terus mengendalikan si kakek berkulit hitam legam itu. Dialihkan pandangannya pada Iblis Lembah Ular. "Manusia keparat ini memang tak patut untuk hidup! Sebaiknya, kupercepat saja dia berangkat ke neraka!"Seketika Dewi Topeng Perak mengangkat kaki kanannya. Saat mengangkat itu, betisnya yang gempal dan halus tertangkap oleh mata Buang Totang Samudero yang diam-diam menelan ludah. Dia jadi semakin tak sabar untuk melaksanakan apa yang dikatakan Dewi Topeng Perak. Lalu dilihatnya dengan dinginnya Dewi Topeng Perak menginjak pecah k
Memikir demikian, murid mendiang Ki Alam Gempita ini berkata, "Bila memang itu yang kau hendaki, kami akan menurutimu, Manggala.""Tidak! Aku tak akan pernah tenang sebelum membalas kematian Guru pada manusia sesat itu! Sampai hari ini aku belum pernah melihat tampang sesatnya! Kendati aku tahu Guru tewas di tangan dua orang suruhan Raja Setan Seruling Maut, tetapi pangkal dari semua petaka yang terjadi berawal dari tangannya! Tidak! Apa pun yang akan terjadi aku akan tetap memburu Raja Setan Seruling Maut!"Dua pasang mata segera mengarah pada Sri Kunting yang berkata tegas barusan."Aku bisa melihat kekerasan di mata Sri Kunting. Rasanya... ini sebuah awal lain yang akan membawa petaka. Hmm, aku harus membujuknya. Apa yang dikatakan Garaga memang harus diselidiki lebih dulu. Dan kuminta Sri Kunting serta Wulung Setelah yang membantuku untuk melakukan penyelidikan bersama Garaga, karena tak mungkin aku bisa menguasai keadaan sebanyak ini. Dan biar bagaimanapun,
DI SATU tempat yang sepi dan direntakkan malam dingin beringas, satu sosok tubuh berpakaian panjang warna kuning kebiruan berhenti berkelebat. Dada besar yang dimiliki sosok tubuh yang ternyata seorang perempuan berusia setengah baya namun memiliki wajah cantik dan tubuh sempurna ini, naik turun. Keringat membasahi wajahnya, yang segera dihapusnya dengan punggung tangan kanannya. Sepasang matanya tajam memperhatikan sekelilingnya.Kejap kemudian, terdengar dengusannya yang diselingi desahan, "Keparat! Ke mana manusia buntung itu pergi! Benar-benar kapiran! Gerakannya begitu cepat sekali!"Sosok yang bukan lain Nenek Cabul adanya ini kembali katupkan mulut rapat-rapat. Matanya makin mencorong tajam memandangi sekitarnya. "Jahanam betul! Manusia berlengan buntung itu berani-beraninya menolak ajakanku untuk bergabung! Setan keparat! Padahal aku tak bermaksud untuk bergabung dengannya! Hanya dikarenakan agar memudahkanku untuk tiba lebih cepat ke Bukit Watu Hatur saja, aku
Kalau tadi wajah Nenek Cabul berubah, kali ini nampak senyuman mengembang di bibirnya. "Pertanyaan yang kalian ajukan tak sulit kujawab. Tetapi, aku ingin tahu apa ganjarannya bagiku bila kukatakan apa yang kuketahui."Dayang Pandan kertakkan rahangnya. Dan sebelum dia berucap, gadis yang memiliki raut wajah bulat telur dengan hidung bangir telah membuka mulut, "Jangan bikin urusan berbelit-belit! Kau bisa menjawab pertanyaan kami atau tidak, ganjarannya adalah kematian!"Segera saja Nenek Cabul alihkan pandangan pada gadis berpita biru yang barusan bersuara. Kalau biasanya perempuan berpakaian kuning kebiruan ini tak pernah suka mendengar ancaman orang, kali ini dia cuma tersenyum saja. Lalu katanya, "Menghadapi kalian bertiga, jelas saja aku tidak mampu. Lagi pula, aku bukanlah orang rimba persilatan seperti kalian. Tetapi, mengenai di mana orang yang kalian cari berada, aku bisa mengatakannya.""Katakan.'!" bentak si gadis berjubah biru pekat. Nenek Cabul jus
"Ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa' memang ilmu dahsyat! Ketiga gadis ini akan kuberi pelajaran!"Kali ini, Nenek Cabullah yang tak mau membuang waktu. Terutama mengingat dia harus selekasnya tiba di Bukit Watu Hatur. Keinginannya untuk bertemu dengan Raja Setan Seruling Maut guna mendapatkan Seruling Gading, makin melingkar dalam di hatinya.Dengan pergunakan ilmu 'Penyangga Tubuh Kuatkan Jiwa', Nenek Cabul menggebrak kembali. Dayang Kemilau yang dapat merasakan perubahan serangan lawan, segera saja lipat gandakan tenaga dalamnya.Namun dua bayangan telah mendahuluinya dengan teriakan membahana. Saat itu pula hawa panas yang keluar dari pukulan Nenek Cabul tertahan oleh dua bongkah kabut hitam yang keluarkan udara luar biasa dingin yang dilancarkan oleh Dayang Pandan dan Dayang Harum. Rupanya, kedua gadis ini tak mau nasib sial menimpa Dayang Kemilau setelah yang pertama kali dikalahkan oleh pemuda yang mengaku bernama Lolo Bodong.Blaaarr! Blaarrr!
"Aku juga berharap demikian. Apakah kau pikir dia termakan oleh akalmu waktu itu?"Raja Dewa menggelengkan kepala."Aku tidak yakin. Karena tenaga 'Pembalik Bumi' yang diam-diam kusalurkan dan kutakut-takuti dia dengan mengatakan Trisula Mata Empat akan menyerang pemegangnya bila tak tahu bagaimana cara mengendalikannya, akan hilang dengan sendirinya setelah lima kali penanakan nasi.""Berarti, senjata mustika milikmu itu masih berada di tangannya....""Kemungkinan besar seperti itu. Dapatkah kau membayangkan, bila Nenek Cabul bermaksud bergabung dengan Raja Setan Seruling Maut. Dua manusia sesat yang memiliki senjata-senjata mustika yang bukan miliknya, akan membuat rimba persilatan ini semakin bertambah kacau...."Masing-masing orang kembali terdiam. Dan tatkala keduanya dilanda sepi dan diredam malam yang dingin, keduanya melihat satu sosok tubuh yang mengenakan pakaian terbuat dari sutera berkelebat dari jarak dua puluh tombak di samping kanan
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana