Mauryn membanting tubuhnya ke kasur empuk itu. Ia menatap langit kamarnya dan membuang nafasnya kasar.
"Kalo dipikir-pikir, tadi muka Kendra pas di ruang kesehatan kok aneh banget ya, kaya malu tapi datar," ujarnya monoton. Gadis itu entah kenapa memikirkan lelaki itu.Tok ... tok ... tok ...Suara ketukan pintu itu membuat ia tersadar dari apa yang ia pikirkan sebelumnya dan menoleh ke arah pintu."Nona Ryn, apa ada didalam?" tanya seseorang yang mengetuk pintu kamarnya."Iya," sahut Mauryn lalu bangun dari tidurannya dan menghampiri pintu untuk membuka."Ada apa, Bi?" tanya Mauryn ketika membuka pintu dan mendapati Bibi Elli; asisten rumah tangga keluarga Dinata."Anu, Non, Nyonya manggil," ucap Bi Elli senyum."Oke." Mauryn senyum lalu menutup pintunya dan pergi meninggalkan Bibi Elli.Sesampainya diruang kelurga, Mauryn menghampiri Ibunya."Kenapa, Ma?" tanya Mauryn seraya duduk di bangku samping Ibunya."Hari ini Mama udah minta izin sama guru privat kamu buat libur satu minggu penuh--""Hah? Kok bisa, Ma? Kenapa?" potong Mauryn panik."Makanya kalo Mama belom selesai bicara, kamu jangan potong."Mauryn menunduk merasa bersalah. Tapi hatinya juga penasaran karena tiba-tiba Mamanya meminta izin untuk libur."Mama mau liburin kamu dari les privat satu minggu penuh ini, jadi kamu bisa santai-santai dan main sama temen kamu," jelas Marina; Ibu Mauryn."Hah? Mama serius?" tanya Mauryn dengan mata yang membara semangat."Yah, dipikir-pikir selama setahun kemarin kamu gak ada libur, jadi ini waktu yang tepat menurut Mama. Kamu mau libur atau les aja?" tanya Marina menggoda putri satu-satunya itu."Mau! Aku mau liburan," ucap Mauryn antusias."Sana, hubungi teman kamu," titah Marina dengan senyum hangatnya."Horeee." Mauryn langsung menuju Marina dan langsung memeluknya.Kemudian Mauryn kembali ke kamarnya dan langsung menyambar ponselnya yang ada atas meja belajarnya diuntuk menelpon Luisha."Lui!!" jerit Mauryn dengan bahagia ketika teleponnya tersambung pada Luisha."Ya ampun, Ryn, gak usah teriak juga kali, sakit kuping aku," keluh Luisha di sebrang telpon."Hehe, maaf maaf, ini efek aku seneng," ucap Mauryn dengan senyum yang terus terpancar di wajah cantiknya."Kenapa emang? Kamu mau bilang nilai ujian les privat kamu bagus?""Enggak, Lu.""Terus?""Aku mau ajak kamu jalan-jalan.""Hah? Apa? Serius?" Luisha hampir menjerit kejita mendengar ucapan Mauryn tadi saking terkejutnya."Iya, Lu.""Akhirnya setelah setahun kita temenan, kita bisa jalan bareng," ucap Luisha dengan nada seperti orang menangis."Kamu hiperbola banget, ya, Lu," sindir Mauryn."Hehe, oke oke. Kita mau jalan kemana?" tanya Luisha antusias."Aku shareloc. Aku matiin, ya, bye."Tut ... tut ...Setelah sambungan terputus, Mauryn langsung mengetikkan pesan untuk berbagi lokasi taman yang akan dikunjungi dengan Luisha. Tak lupa juga ia mengirimkan pesan pada seseorang yang Mauryn anggap sebagai mood boster._____Mauryn dan Luisha sudah ada di depan mall. Mereka tidak langsung masuk karna masih menunggu satu orang lagi. Luisha yang sangat kesal karna takut wajahnya terkena sinar matahari terus menutupi wajahnya dengan topi bucket kuningnya sedangkan Mauryn terus mengecek ponselnya."Kita nunggu siapa sih, Ryn? Masuk duluan aja yuk, disini panas banget," keluh Luisha sambil mengipas-ngipas dari tangannya."Sabar, Lu. Bentar lagi dia dateng kok," ucap Mauryn tenang."Siapa sih?" Luisha penasaran juga kesal.Wajah Mauryn tersenyum dan tangannya melambai ketika lelaki itu datang, beda dengan Luisha yang terus memasang wajah kesalnya ditambah ketika melihat lelaki itu emosinya semakin naik."Uh, maaf banget ya telat," ucap lelaki itu tulus."Iya, gak apa-apa," balas Mauryn senyum."Huh! Kalo aja ini bukan hari liburnya Ryn, aku gak bakal maafin kamu, Bas," ucap Luisha masih bernada kesal menatap Bastian. Ya, lelaki itu adalah Bastian Wirnanta."Udah jangan berantem. Yuk kita masuk," ucap Mauryn semangat.Mereka bertiga pun masuk ke mall bersama walau Luisha dan Bastian terus bertengkar. Bastian dengan sifat jahilny mengambil topi bucket Luisha dan dipakaikan ke Mauryn membuat Luisha diam."Cocokan dipake Lui sih," ucap Bastian ketika melihat dengan jelas Mauryn memakai topi.Lelaki itu mengambil topi yang dikepala Mauryn dan dipakaikan kembali ke Luisha."Punya Lui, jadi cocoknya sama Lui aja." Bastian senyum tapi Luisha membalasnya dengan menyikut pinggang Bastian dan Mauryn hanya tersenyum melihat tingkah konyol teman-temannya.Mereka mulai kalem karena menjaga image ketika menaiki lift untuk menuju lantai 4 yang lantainya khusus makanan dan minuman."Kalian udah makan belom? Kalo belom, yuk kita ke resto ayam itu." Mauryn menunjuk sebuah resto yang menuliskan 'Ayam Tulang Lunak'."Kebetulan aku belom makan nih, Ryn," sahut Bastian membuat Luisha menunjukkan wajah nyinyirnya."Dasar gak tau malu. Punya duit kamu, Bas?""Enggak." Bastian menggeleng."Aku yang traktir. Kan aku yang ajak kalian," ucap Mauryn senyum."Kalo gitu ayo kita serbu," ucap Luisha yang langsung berlari menuju resto ayam disusul Bastian dan Mauryn menyusul dengan senyum yang terus merekah diwajahnya._____Setelah kenyang makan, Mauryn mengajak Luisha dan Bastian menonton bioskop. Tapi kini dirinya sendiri menunggu di bangku karna Bastian sedang membeli tiket sedangkan Luisha ke toilet.Ketika Mauryn sedang menikmati rasa bahagianya dengan mengayunkan kakinya, tak sengaja kakinya mengenai seseorang yang berada didepannya."Maaf." Mauryn bangun dari duduknya dan mendongak. Betapa terkejutnya ia melihat orang itu."Kamu--"Belum sempat Mauryn bertanya, Bastian sudah memanggilnya. "Ryn!""Iya." Mauryn menoleh ke arah Bastian. Dibarengi dnegan itu, lelaki itu sudah pergi.Bastian menghampiri Mauryn dengan membawa 2 cup popcorn besar."Kenapa, Ryn?" tanya Bastian penasaran karena wajah Mauryn yang terkejut."Tadi, tadi aku liat--""Liat siapa?""Gak tau sih, soalnya cepet banget dia perginya jadi aku gak terlalu yakin," ucap Mauryn lesu."Hmm, udah gak usah di pikirin, yuk kita masuk," ajak Bastian sambil memberikan 1 cup popcorn besar."Tapi Luisha gimana?""Udah gak apa-apa, dia bisa nyusul," ucap Bastian lalu merangkul Mauryn untuk masuk bioskop.Namun tiba-tiba ada yang menjewer kuping Bastian."Bagus ya, pinter banget ninggalin, padahal tadi kamu yang telat," sindir Luisha yang masih menjewer telinga Bastian."Aduh, ampun, Lu. Lagian kamu lama banget ke toiletnya," ucap Bastian kesakitan sambil memegang kupingnya.Luisha mengambil cup popcorn yang dipegang Bastian lalu melepas jewerannya. Gadis itu mengambil satu popcorn lalu dimakannya kemudian merangkul Mauryn untuk masuk ke bioskop meninggalkan Bastian yang terus memegangi telinganya."Kamu punya dendam ya ke si Bastian?" tanya Mauryn senyum."Iya. Gara-gara dia ambil jatah siomayku," balas Luisha.Mereka pun mencari tempat duduk yang pilihan mereka. Ketika Luisha dan Bastian tertawa melihat film itu, Mauryn masih memikirkan lelaki yang tadi gak sengaja ditendangnya. Lelaki dengan pakaian serba hitam dengan celana robek dengan atasan singlet juga kemeja kotak-kotak hitam putih yang diikatkan dipinggang, tangan yang penuh tato, rambut panjang dan bibir yang tertindik juga alis yang di pierching.'Aku yakin pasti itu Kendra. Tapi kenapa tampilannya beda sama yang disekolah?' batin Mauryn."Huaaaa, seru banget filmnya," ucap Luisha sambil meregangkan kedua tangannya setelah film selesai. "Yuk, keluar," ajak Bastian yang diangguki Luisha. Ketika Bastian dan Luisha hendak keluar, Mauryn masih saja duduk dibangkunya. Bastian san Luisha bingung. "Ryn, ayo, kita keluar," ajak Luisha sambil memegang bahu Mauryn. Mauryn menengok tapi Luisha dan Bastian terkejut karena Mauryn berlinang air mata. "Ryn, kenapa?" Luisha langsung duduk lagi ditempatnya karna cemas pada Mauryn. "Hah?" Mauryn seakan baru sadar dari lamunan. "Ryn, kamu kenapa?" ulang Luisha. "
Keesokan harinya, Mauryn baru saja sampai diambang pintu. Dari sana ia melihat sosok Kendra yang sedang sibuk menulis. Perlahan gadis itu menghampiri lelaki itu karna mereka juga teman semeja. "Pagi," sapa Mauryn ragu-ragu sambil duduk di bangku sebelah Kendra. "Mmm," gumam Kendra dan menutup bukunya lalu mengambil buku lain untuk dibaca. Mauryn mengeluarkan buku-bukunya dengan sangat pelan karna takut mengganggu Kendra. Tapi tiba-tiba gadis itu mengingat kejadian kemarin. 'Tanyain jangan ya?' batin Mauryn bimbang. Mauryn mengayun-ayunkan bukunya karna bimbang. Lalu gadis itu meletakkan bukunya lalu merapikan dirinya dan bersikap tegap kemudian menengok ke arah Kendra dengan rasa deg-degan.
Flashback. "Izra," panggil Kendra pelan ketika mereka baru saja sampai di sekolah. Ya, mereka berangkat sekolah bersama karena Izra adalah bawahan Kendra. "Ikut aku. Ada yang mau aku bicarakan," ucap Kendra lalu berjalan mendahului Izra. Izra mengikuti Kendra dibelakang. Mereka mejuju atap sekolah. "Aku menyukai Mauryn," ucap Kendra to the point ketika mereka baru saja sampai di atap gedung. "Hah?" Izra terkejut atas ucapan Kendra yang tiba-tiba. "Aku suka Mauryn. Bantu aku mendekatinya," ulang Kendra datar. Perkataan Kendra sangat formal karna status yang berbeda.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Mauryn refleks menjauhkan dirinya dari lelaki itu dan menatapnya gugup. Lelaki itu terus menyunggingkan senyumannya. "Maaf." Mauryn hendak pergi, tapi tangan kirinya ditahan lelaki itu. Mauryn menatapnya dengan mengerutkan dahi. "Gue mau kenalan," ucap lelaki itu senyum. Mauryn bingung. "Bukannya kamu udah kenal aku?" tanya Mauryn. "Pas nolongin lo yang pingsan itu? Gue gak kenal, lo, tapi, karna gue ada di sana, ya, gue tolongin," jelas lelaki itu. Mauryn diam sejenak. Ia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku Mauryn Dinatta, kelas dua. Makasih udah nolongin aku wakt
"Ryn, kamu bisa gak lupain kasusnya Justin?" tanya Kendra menatap Mauryn dengan raut wajah serius. "Maksudnya?" Mauryn bingung. "Lupain kasus Justin. Biarin polisi yang nanganin," ucap Kendra masih dengan wajah seriusnya. "Hmmm, oke." Mauryn mengangguk pelan. "Kamu marah?" "Enggak." Mauryn menggeleng. "Emang kenapa kamu penasaran sama kasusnya Justin?" "Ken, kamu yang nyuruh aku buat lupain kasus itu. Kenapa sekarang nanyain aku lagi?" Mauryn menatap Kendra. "Aku cuma nanya. Soalnya kamu penasaran banget sama kasus itu."
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun