Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti.
"Ya?""Saya sudah menemukan orangnya, Tuan.""Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya."Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya."Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
"Ryn, kamu bisa gak lupain kasusnya Justin?" tanya Kendra menatap Mauryn dengan raut wajah serius. "Maksudnya?" Mauryn bingung. "Lupain kasus Justin. Biarin polisi yang nanganin," ucap Kendra masih dengan wajah seriusnya. "Hmmm, oke." Mauryn mengangguk pelan. "Kamu marah?" "Enggak." Mauryn menggeleng. "Emang kenapa kamu penasaran sama kasusnya Justin?" "Ken, kamu yang nyuruh aku buat lupain kasus itu. Kenapa sekarang nanyain aku lagi?" Mauryn menatap Kendra. "Aku cuma nanya. Soalnya kamu penasaran banget sama kasus itu."
Mauryn refleks menjauhkan dirinya dari lelaki itu dan menatapnya gugup. Lelaki itu terus menyunggingkan senyumannya. "Maaf." Mauryn hendak pergi, tapi tangan kirinya ditahan lelaki itu. Mauryn menatapnya dengan mengerutkan dahi. "Gue mau kenalan," ucap lelaki itu senyum. Mauryn bingung. "Bukannya kamu udah kenal aku?" tanya Mauryn. "Pas nolongin lo yang pingsan itu? Gue gak kenal, lo, tapi, karna gue ada di sana, ya, gue tolongin," jelas lelaki itu. Mauryn diam sejenak. Ia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku Mauryn Dinatta, kelas dua. Makasih udah nolongin aku wakt
Indonesia, 2021 "Pergi. Saat ini, aku memberimu kesempatan." Gadis itu masih menodongkan pistolnya, namun pandangannya kearah jendela tanpa kaca yang menampilkan pemandangan di malam hari. Ya, mereka sedang berada di ruangan paling atas sebuah gedung kontruksi. Gadis itu tau kalau disini akan ada transaksi gelap. Namun sebelum itu terjadi, gadis itu sudah siaga dari yang lain untuk membasminya sendiri. Namun siapa sangka kalau ternyata orang yang akan ia tangkap adalah kekasih semasa sekolahnya yang hilang tanpa kabar. Sangat mengejutkan. Ditambah lelaki culun yang terlihat murung setiap hari itu kini berubah drastis dengan setelan jas formal dengan wajah yang sangat berkharisma seperti seorang big boss. Cklek. "Kau pikir aku bodoh?" Lelaki itu juga menodo
Indonesia, 2015. Mauryn Dinata. Siapa yang tidak mengenalnya? Dari kelas satu sampai kelas tiga bahkan para guru dan staffnya tahu betul gadis itu. Gadis yang pintar dibidang akademis dan selalu jadi juara disetiap perlombaan. Banyak yang menyukainya dan mengaguminya. Hanya saja, gadis itu selalu menganggap semuanya teman seperjuangan. Namun, ada satu orang yang benar-benar Mauryn anggap sahabat dan orang itu sekarang sedang berlari di koridor menuju kelasnya. "Ryn!" panggil seorang gadis dengan hebohnya ketika berada ambang pintu kelas. Si empunya nama menengok dan langsung berdiri, semangat menyambut gadis bernama Luishani Sandy yang notabenya adalah sahabatnya. Mereka berpelukan dengan heboh sambil berjingkrak-jingkrak. "Ah, gila! Seneng banget bisa
Lelaki yang duduk dibangku paling belakang samping jendela itu bernama Kendra Putra Anggala. Lelaki yang sedari tadi diam tak melakukan aktivitas apapun selain bernapas. Entah apa yang ia lakukan, mungkin menghitung detak jantungnya perdetik. Tiba-tiba bel masuk berbunyi. Membuat siswa siswi masuk ke kelasnya masing-masing. "Ini bakal ada kelas? Aku gak bawa buku," ucap Luisha panik. "Tenang, Lu. Kayanya ini cuma pemberitahuan wali kelas sama mata pelajaran deh," sahut Mauryn menenangkan. "Kalau sampai mulai kelas, aku mau bolos aja," keluh Luisha lalu menelengkupkan wajahnya ke meja. "Selamat pagi," ucap seseorang yang baru saja masuk ke kelas IPA 2-2. "Pag
Mauryn refleks menjauhkan dirinya dari lelaki itu dan menatapnya gugup. Lelaki itu terus menyunggingkan senyumannya. "Maaf." Mauryn hendak pergi, tapi tangan kirinya ditahan lelaki itu. Mauryn menatapnya dengan mengerutkan dahi. "Gue mau kenalan," ucap lelaki itu senyum. Mauryn bingung. "Bukannya kamu udah kenal aku?" tanya Mauryn. "Pas nolongin lo yang pingsan itu? Gue gak kenal, lo, tapi, karna gue ada di sana, ya, gue tolongin," jelas lelaki itu. Mauryn diam sejenak. Ia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku Mauryn Dinatta, kelas dua. Makasih udah nolongin aku wakt
"Ryn, kamu bisa gak lupain kasusnya Justin?" tanya Kendra menatap Mauryn dengan raut wajah serius. "Maksudnya?" Mauryn bingung. "Lupain kasus Justin. Biarin polisi yang nanganin," ucap Kendra masih dengan wajah seriusnya. "Hmmm, oke." Mauryn mengangguk pelan. "Kamu marah?" "Enggak." Mauryn menggeleng. "Emang kenapa kamu penasaran sama kasusnya Justin?" "Ken, kamu yang nyuruh aku buat lupain kasus itu. Kenapa sekarang nanyain aku lagi?" Mauryn menatap Kendra. "Aku cuma nanya. Soalnya kamu penasaran banget sama kasus itu."
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun