Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya.
Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra."Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta."Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya."Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra."Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona."Kamu sakit?" Kendra langsung memegang dahi Mauryn.Mauryn terkejut dan wajahnya juga terasa panas akibat tangan Kendra. Ia akan diejek Luisha kalau gadis itu melihatnya."Aku gak apa-apa." Mauryn memundurkan wajahnya agar terlepas dari jangkauan Kendra."Tapi wajah kamu merah," ucap Kendra dengan raut khawatir.Luisha yang mendengar langsung menatap Mauryn."Muka kamu merah banget, Ryn, kamu sakit? Ayo ke ruang kesehatan," ajak Luisha sambil memegang tangan Mauryn.Mauryn diam saja padahal Luisha sudah bangun dari duduknya. Ingin rasanya Mauryn menjerit dan marah pada Luisha yang tidak peka."Ryn?""Aku gak apa-apa, mending kita makan aja," ucap Mauryn pelan dan memaksakan untuk senyum."Hm, oke." Luisha mengangguk pelan lalu duduk kembali walau wajah gadis itu masih terlihat khawatir."Aku gak apa-apa, Lu," ucap Mauryn lembut membuat Luisha tenang.Mauryn yang hendak memasukkan sesuap nasi ke mulutnya tidak jadi karna tatapan Kendra."Kamu ada alergi?" tanya Kendra masih menunjukan raut wajah khawatir."Aku baik-baik aja, Ken, jadi stop cemasin aku," ucap Mauryn dengan senyum."Tapi wajah kamu merah.""Itu karna kamu yang natap aku terus-- ups, keceplosan."Mauryn menutup mulutnya dan melihat kalau Luisha dan Izra menatapnya terkejut."Ryn?" Luisha memicingkan matanya menatap Mauryn meminta jawaban. Tangannya yang memegang sendok juga menunjuk Mauryn."Enggak, itu karna Kendra yang natap aku terus. Padahalkan aku mau makan tapi diliatin terus jadi--""Aku suka kamu, Ryn.""Hah?" Clontang.Mauryn, Luisha dan Izra kaget mendengar ucapan Kendra. Tidak, tidak hanya mereka bertiga, tapi juga seisi kantin yang terkejut dengan ucapan Kendra.Izra tidak menyangka kalau bosnya ini akan mengungkapkan perasaannya secepat ini."Ken--""Aku suka sebagai teman." Kendra senyum diikuti Mauryn, Izra dan Luisha.Mauryn dan Izra menghela nafas lega karena itu hanya ucapan biasa._____"Kendra!"Laki-laki bernama Kendra itu berhenti berjalan juga gadis disebelahnya Mauryn. Mereka berbalik melihat sosok yang memanggil Kendra."Alex?" Hati Mauryn mulai tidak tentu. Ia menghawatirkan Kendra. Ketika gadis itu melihat Alex, lelaki itu menatap tajam Kendra dan Kendra hanya menatap Alex datar."Kenapa?" tanya Alex sinis pada Mauryn."Ken--""Ryn, kamu susul Izra sama Luisha duluan aja ya, aku ada urusan dulu sama Alex," ucap Kendra lembut diiringi senyum."Tapi Ken--"Mauryn khawatir tapi Kendra menenangkannya dengan senyuman hangatnya.Mauryn pergi. Kini dikoridor hanya ada mereka berdua."Ada apa?" tanya Kendra to the point."Gue denger lo mau pergi sama dua cewek.""Mereka bukan cewek yang bisa kamu gangguin Lex, Mauryn cewek yang baik begitu juga Luisha. Jadi--""Wah ... wah ...." Alex bertepuk tangan dan tertawa. Kendra hanya diam."Gue mau deket sama Luisha. Gue tau lo bakal kabulin kan?" Alex menaikkan sebelah alisnya dengan seringaian yang mencurigakan."Dia suka Izra.""Gue gak peduli! Apa yang gue ingin, lo harus kabulin! Itu udah tugas lo!" bentak Alex."Aku gak janji," ucap Kendra pelan lalu pergi meninggalkan Alex."Gue juga mau ikut jalan-jalan," teriak Alex membuat Kendra berhenti melangkah.Kendra berbalik dan melihat Alex sedang tersenyum menyebalkan."Gue tau apa yang kalian rencanain." Alex masih tersenyum menyebalkan. Ia juga terlihat sedang mengunyah permen karet."Terserah." Kendra melanjutkan lagi jalannya meninggalkan Alex dan mengacuhkan apa yang lelaki itu katakan.Selagi Kendra jalan menuju kelasnya, ia merasa ada orang yang mengikutinya."Gak usah sampe ngikutin juga, Lex," ucap Kendra tanpa menoleh ke belakang.Hening tidak ada balasan. Kendra berbalik karna kesal merasa diikuti."Ryn?" Kendra terkejut karna sedari tadi Mauryn yang mengikutinya."Ada yang mau kamu jelasin?" tanya Mauryn menatap Kendra intens."Jelasin? Apa?" Kendra pura-pura tidak tahu."Aku batalin rencana kita," ketus Mauryn lalu menabrak Kendra ketika melewatinya."Ryn!"Gadis itu tidak peduli dan terus berjalan kian menjauh hingga hilang di belokan membuat Kendra frustasi dan mengacak-acak rambutnya kesal._____Kendra baru saja memasuki kelas. Ia melihat Mauryn yang sibuk dengan bukunya dan Luisha yang terlihat badmood. Baru saja ia menduduki pantatnya dikursi, Luisha sudah berbalik badan."Kamu punya masalah apa sih, Ken? Sampe bikin Ryn marah?" tanya Luisha kesal juga badmood."Bisa cerita?" tanya Izra."Kita gagal ngedate gara-gara kamu!" tuduh Luisha.Kendra melihat Mauryn tapi gadis itu masih sibuk dengan bukunya. Gadis itu tidak menanggapi padahal mereka sedang membicarakannya."Ken?" Suara Izra membuat Kendra kembali melihatnya."Ya?" ucap Kendra spontan."Kenapa?" tanya Luisha kesal.Kendra menggeleng dan mengangkat bahu membuat Luisha semakin kesal. Gadis itu bangun dari duduknya lalu mengambil tasnya."Awas," ketus Luisha disamping Kendra.Lelaki itu seperti idiot yang hanya menatap Luisha bingung."Bangun, Kendra." Luisha memutarkan bola matanya kesal."Ah." Kendra langsung bangun dari duduknya.Luisha menarik tangan Kendra lalu gadis itu duduk di bangku sebelah Mauryn dan lelaki itu hanya menatapnya seperti orang bodoh."Tukeran dulu sampe semua selesai," ucap Luisha menatap Kendra tajam.Kendra masih diam. Belum mencerna ucapan Luisha dengan baik sampai Luisha memberikan tasnya."Eh, kenapa?" tanya Kendra bingung ketika menerima tasnya."Gak denger tadi aku bilang apa? Tukeran, Kendra, Tukeran!" ucap Luisha menekan diakhir kalimatnya."Oh." Kendra langsung duduk di bangku Luisha dan Izra menyambutnya dengan senyuman. Kendra dan Izra berbalik menunggu rencana Luisha."Liat ke depan! Papan tulisnya di depan!" cetus Luisha membuat Kendra dan Izra langsung menatap ke depan."Ryn, kenapa dibatalin, hm?" tanya Luisha dengan puppy eyesnya.Mauryn diam tapi Luisha tidak patah semangat dan terus bertanya."Ryn, hm?""Ryn.""Ryn, kenapa, hm?""Ryn.""Ryn.""Ryn.""Ryn--""Lu, aku lagi gak mood bahas itu ya, lagian aku udah gak mood jalan-jalan, kalo kamu mau jalan-jalan, kamu aja sama mereka aku gak ikut," ucap Mauryn pada akhirnya."Tapi, Ryn, kenapa?""Gak perlu dibahas kan?" tanya Mauryn menatap Luisha datar."Tapi, Ryn--""Kalo kamu ngebet banget mau ngedate sama Izra, ya kalian berdua aja gak usah ajak aku."Jleb. Rasanya seperti tertusuk jarum. Sahabatnya berubah dingin juga mempermalukan dirinya. Luisha tidak marah tapi memaklumi karna memang dirinya ingin sekali ngedate."Ya, maaf," ucap Luisha pelan pada akhirnya.'Maaf, Lu, aku gak suka ada rahasia diantara kita semua,' batin Mauryn.Tbc ...Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
"Ryn, kamu bisa gak lupain kasusnya Justin?" tanya Kendra menatap Mauryn dengan raut wajah serius. "Maksudnya?" Mauryn bingung. "Lupain kasus Justin. Biarin polisi yang nanganin," ucap Kendra masih dengan wajah seriusnya. "Hmmm, oke." Mauryn mengangguk pelan. "Kamu marah?" "Enggak." Mauryn menggeleng. "Emang kenapa kamu penasaran sama kasusnya Justin?" "Ken, kamu yang nyuruh aku buat lupain kasus itu. Kenapa sekarang nanyain aku lagi?" Mauryn menatap Kendra. "Aku cuma nanya. Soalnya kamu penasaran banget sama kasus itu."
Mauryn refleks menjauhkan dirinya dari lelaki itu dan menatapnya gugup. Lelaki itu terus menyunggingkan senyumannya. "Maaf." Mauryn hendak pergi, tapi tangan kirinya ditahan lelaki itu. Mauryn menatapnya dengan mengerutkan dahi. "Gue mau kenalan," ucap lelaki itu senyum. Mauryn bingung. "Bukannya kamu udah kenal aku?" tanya Mauryn. "Pas nolongin lo yang pingsan itu? Gue gak kenal, lo, tapi, karna gue ada di sana, ya, gue tolongin," jelas lelaki itu. Mauryn diam sejenak. Ia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku Mauryn Dinatta, kelas dua. Makasih udah nolongin aku wakt
Mauryn refleks menjauhkan dirinya dari lelaki itu dan menatapnya gugup. Lelaki itu terus menyunggingkan senyumannya. "Maaf." Mauryn hendak pergi, tapi tangan kirinya ditahan lelaki itu. Mauryn menatapnya dengan mengerutkan dahi. "Gue mau kenalan," ucap lelaki itu senyum. Mauryn bingung. "Bukannya kamu udah kenal aku?" tanya Mauryn. "Pas nolongin lo yang pingsan itu? Gue gak kenal, lo, tapi, karna gue ada di sana, ya, gue tolongin," jelas lelaki itu. Mauryn diam sejenak. Ia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku Mauryn Dinatta, kelas dua. Makasih udah nolongin aku wakt
"Ryn, kamu bisa gak lupain kasusnya Justin?" tanya Kendra menatap Mauryn dengan raut wajah serius. "Maksudnya?" Mauryn bingung. "Lupain kasus Justin. Biarin polisi yang nanganin," ucap Kendra masih dengan wajah seriusnya. "Hmmm, oke." Mauryn mengangguk pelan. "Kamu marah?" "Enggak." Mauryn menggeleng. "Emang kenapa kamu penasaran sama kasusnya Justin?" "Ken, kamu yang nyuruh aku buat lupain kasus itu. Kenapa sekarang nanyain aku lagi?" Mauryn menatap Kendra. "Aku cuma nanya. Soalnya kamu penasaran banget sama kasus itu."
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun