Lelaki yang duduk dibangku paling belakang samping jendela itu bernama Kendra Putra Anggala. Lelaki yang sedari tadi diam tak melakukan aktivitas apapun selain bernapas. Entah apa yang ia lakukan, mungkin menghitung detak jantungnya perdetik.
Tiba-tiba bel masuk berbunyi. Membuat siswa siswi masuk ke kelasnya masing-masing."Ini bakal ada kelas? Aku gak bawa buku," ucap Luisha panik."Tenang, Lu. Kayanya ini cuma pemberitahuan wali kelas sama mata pelajaran deh," sahut Mauryn menenangkan."Kalau sampai mulai kelas, aku mau bolos aja," keluh Luisha lalu menelengkupkan wajahnya ke meja."Selamat pagi," ucap seseorang yang baru saja masuk ke kelas IPA 2-2."Pagi, bu," sahut siswa siswi serentak."Oh ya, hari ini bebas kelas. Ibu disin akan menyampaikan beberapa hal untuk kelas ini," ucap seorang wanita dewasa dengan senyum cantiknya. Ya, namanya adalah Sandra Maharani."Hore!!" jerit sebagian siswa siswi yang senang. Beda dengan Kendra yang terus diam menatap meja. Jangankan menatap keributan dikelasnya, menatap teman yang duduk disebelahnya saja dia enggan."Ibu disini sebagai wali kelas kalian sampai kenaikan kelas nanti--""Horeee ... akhirnya Bu Sandra jadi wali kelas ipa dua dua.""Bu Sandra terus jadi wali kelas kita dong sampai lulus.""Enaknya punya wali kelas cantik.""Anak laki pada mata keranjang.""Karna itu adalah nikmat yang tidak bisa didustakan.""Sudah-sudah. Jangan ribut," ucap Bu Sandra meleraikan. "Dikelas ini, Ibu mau kalian duduk berpasangan.""Hah?""Maksudnya laki-laki sama perempuan duduknya bareng, Bu?""Iya betul sekali." Bu Sandra tersenyum cantik."Boleh milih kan, Bu?""Enggak, Ibu mau pakai sistem undi. Jadi satu persatu dari kalian maju kedepan buat ambil kertas yang Ibu udah tulisin.""Kalau perempuan sama perempuan kertas undinya sama gimana, Bu?""Gak bakal sama, soalnya Ibu pisahkan," ucap Bu Sandra senyum. Sungguh, Bu Sandra ini murah senyum yang membuat kelas terus hangat."Oke-oke, Bu."Bu Sandra mulai menuliskan sesuatu dikertas kecil lalu dibagi menjadi dua kelompok."Ayo, silakan diambil kertasnya," ucap Bu Sandra berdiri dan tersenyum.Para siswa dan siswi mulai maju ke depan untuk mengambil kertas undian."Berasa lagi main lotre ya, Ryn," ucap Luisha tertawa."Iya-ya." Mauryn tertawa kecil.Semua sudah mendapat kertas undiannya masing-masing dan Bu Sandra duduk kembali dikursinya."Sekarang kalian buka kertasnya dan duduk bersama teman dengan nama yang sama dikertas itu," jelasnya.Para siswa dan siswi pun membuka gulungan kertas kecil itu serempak."Mangga mana nih mangga?""Lemon in here!""Apel!""Strawberry, man.""Jeruk in here hey!""Hallo ada yang dapet melon?"Seketika kelas IPA 2-2 berisik menyebutkan nama buah-buahan membuat Bu Sandra tersenyum merasa kalau anak didiknya lucu."Ayo, yang sudah bertemu pasangannya silakan duduk bersama."Separuh dari 40 murid sudah bertemu dengan teman sebangkunya."Tolong yang dapet pisang kesini," teriak Luisha kesal karna si pemilik kertas bertulisan pisang tidak juga menghampirinya."Pisang disini!" sahut seseorang dari belakang.Luisha menengok dan betapa terkejutnya ia karena orang pemilik kertas bertulisan pisang itu sangat tampan."Bu Sandra! Terimakasih karena sudah mempertemukan saya dengan jodoh saya," ucap Luisha heboh."Lu, Lu, sadar Lu," ucap Mauryn sambil menarik rambut Luisha pelan."Aduh, Ryn, kenapa narik rambuk aku?" tanya Luisha agak kesal."Kalau udah dapat cowok ganteng akunya langsung dilupain, yah," sindir Mauryn."Eh eh enggak gitu juga, Ryn," ucap Luisha cemberut."Iya gak apa-apa. Yaudah sana ke cowok kamu," ucap Mauryn."Kamu tetep prioritas aku, Ryn, tenang aja," ucap Luisha sambil ngewink.Mauryn mengangguk tertawa melihat tingkah konyol Luisha. Yah, bagaimanapun Luisha, tetap saja hanya dia yang membuat Mauryn menjadi diri sendiri."Oh ya, Kendra dapat apel," ucap seseorang yang tadi mendapat tulisan pisang. Yah, lelaki itu adalah orang yang duduk disebelah Kendra. Namanya Izra Pratama."Apel?" Mauryn mengecek lagi kertas yang ditangannya.Setelah tau dirinya juga mendapat apel, Mauryn langsung mengampiri Kendra yang duduk paling belakang."Hai, aku juga apel. Aku duduk disini, ya," ucap Mauryn sopan dan tersenyum lalu duduk disebelah Kendra.Kendra diam tak menjawab membuat Mauryn canggung. Lelaki itu sama sekali tidak menggubris ucapannya bahkan tidak menatapnya sama sekali."Kamu terganggu aku duduk disini? Kalau iya, aku bakal bilang sama Bu Sandra."Diam. Kendra tidak menjawab membuat Mauryn tidak nyaman dan canggung.'Mau duduk sama Luisha aja,' batinnya mengeluh."Ken?"Tidak ada jawaban."Dia gak dengar karna berisik apa ya?" monolog Mauryn."Kendra!" panggil Mauryn cukup keras."Dia memang begitu," ucap seseorang yang tiba-tiba berdiri didepannya."Hah?" Mauryn mendongak. Oh, Izra."Aku sama Izra duduk didepan kalian, Ryn." Luisha senyum.Ada senang, ada kesal, ada canggung, semua Mauryn tanggung sendirian. Luisha yang selalu peka kini jadi tidak peka akibat Izra.Luisha dan Izra duduk di bangku depannya. Siswa siswi yang lain juga sudah bertemu dengan pasangan masing-masing. Tapi Mauryn masih canggung dengan Kendra sedangkan yang lainnya terlihat begitu senang dengan teman sebangkunya yang baru."Bu Sandra!" panggil Mauryn membuat suasana jadi hening seketika dan semua menatap Mauryn."Iya, Mauryn?""Sepertinya Kendra--""Gak apa-apa."Eh? Mauryn terkejut dan langsung menatap Kendra."Apa? Bilang apa tadi?"Kendra diam tapi dia menatap Mauryn tanpa ekspresi membuat Mauryn semakin bingung dan canggung."Ada apa, Mauryn?" tanya Bu Sandra."Eh itu, anu." Mauryn terus menatap Kendra bingung. Mauryn tidak mengerti apa yang Kendra maksudkan.Kendra berkedip."Gak ada apa-apa, Bu." Mauryn tersenyum. Ia tidak tau ini benar atau salah, ia hanya menganggap kedipan tadi itu tanda 'kau boleh disini'."Baik kalau begitu. Ibu akan menulis jadwal pelajaran kelas dua sampai semester depan." Bu Sandra bangun dari duduknya dan mulai menulis di whiteboard.Mauryn terus menatap Kendra yang sibuk menyalin apa yang tertulis di whiteboard.'Dia kan orang yang Luisha kasih tau tadi? Kalau iya, yang Luisha bilang itu dia dungu, tapi kenapa dia kaya bisu?' batin Mauryn."Belum mau menulis?" tanya Kendra tanpa menatap Mauryn karna masih sibuk menulis."Hah? Eh?" Mauryn salah tingkah lalu buru-buru mengambil buku di tas dan mulai menulis walau sesekali ia melirik kearah Kendra.'Kok kaya ada yang panas?' batinnya.Tbc ...Setelah menulis jadwal pelajaran, Bu Sandra pamit undur diri. Luisha yang berada tepat didepan meja Kendra berbalik heboh membuat si empunya meja terganggu."Sorry, sorry, gak sengaja," ucap Luisha sambil menatap Kendra gugup.Kendra diam tak menjawab lalu menutup bukunya kemudian pergi. Mauryn dan Luisha terkejut dan memperhatikan kepergian Kendra hingga menghilang diambang pintu."Ryn, kamu yang kuat ya sebangku sama limbad," ucap Luisha dengan wajah prihatin tapi nada mengejek."Kamu juga yang sabar ya duduk sama Demian," sahut Mauryn dengan ekpresi meniru Luisha."Kok Demian?" Luisha bingung."Karna selalu pengen jadi sempurna." Mauryn menjulurkan lidahnya meledek.Luisha kesal lalu memukul Mauryn tapi tidak sampai."Kalian ngomongin aku?" tanya Izra tiba-tiba berbaik badan."Eh?" Mauryn terkejut."Eh?" Luisha terkejut sekaligus salting.
Mauryn yang awalnya pura-pura pingsan malah tidur. Untung saja ada seseorang yang memberinya minyak kayu putih yang membuatnya bangun. "Ini jam berapa?" tanya Mauryn dengan mata menyipit karena masih beradaptasi dengan lampu ruangan itu. "Jam sebelas." Mauryn memelototkan matanya. Suara ini, suara yang tadi menanyakan keberadaan Kendra. Mauryn menoleh dan tersenyum canggung pada lelaki itu. "Kenapa?" Lelaki itu menatap Mauryn aneh karena terus tersenyum padanya. "Kamu masih nyari Kendra?" tanya Mauryn ragu-ragu. "Enggak. Udah ketemu." "Kamu anak baru?" "Hah? L
Mauryn membanting tubuhnya ke kasur empuk itu. Ia menatap langit kamarnya dan membuang nafasnya kasar. "Kalo dipikir-pikir, tadi muka Kendra pas di ruang kesehatan kok aneh banget ya, kaya malu tapi datar," ujarnya monoton. Gadis itu entah kenapa memikirkan lelaki itu. Tok ... tok ... tok ... Suara ketukan pintu itu membuat ia tersadar dari apa yang ia pikirkan sebelumnya dan menoleh ke arah pintu. "Nona Ryn, apa ada didalam?" tanya seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Iya," sahut Mauryn lalu bangun dari tidurannya dan menghampiri pintu untuk membuka. "Ada apa, Bi?" tanya Mauryn ketika membuka pintu dan mendapati Bibi Elli; asisten rumah tangga keluarga
"Huaaaa, seru banget filmnya," ucap Luisha sambil meregangkan kedua tangannya setelah film selesai. "Yuk, keluar," ajak Bastian yang diangguki Luisha. Ketika Bastian dan Luisha hendak keluar, Mauryn masih saja duduk dibangkunya. Bastian san Luisha bingung. "Ryn, ayo, kita keluar," ajak Luisha sambil memegang bahu Mauryn. Mauryn menengok tapi Luisha dan Bastian terkejut karena Mauryn berlinang air mata. "Ryn, kenapa?" Luisha langsung duduk lagi ditempatnya karna cemas pada Mauryn. "Hah?" Mauryn seakan baru sadar dari lamunan. "Ryn, kamu kenapa?" ulang Luisha. "
Keesokan harinya, Mauryn baru saja sampai diambang pintu. Dari sana ia melihat sosok Kendra yang sedang sibuk menulis. Perlahan gadis itu menghampiri lelaki itu karna mereka juga teman semeja. "Pagi," sapa Mauryn ragu-ragu sambil duduk di bangku sebelah Kendra. "Mmm," gumam Kendra dan menutup bukunya lalu mengambil buku lain untuk dibaca. Mauryn mengeluarkan buku-bukunya dengan sangat pelan karna takut mengganggu Kendra. Tapi tiba-tiba gadis itu mengingat kejadian kemarin. 'Tanyain jangan ya?' batin Mauryn bimbang. Mauryn mengayun-ayunkan bukunya karna bimbang. Lalu gadis itu meletakkan bukunya lalu merapikan dirinya dan bersikap tegap kemudian menengok ke arah Kendra dengan rasa deg-degan.
Flashback. "Izra," panggil Kendra pelan ketika mereka baru saja sampai di sekolah. Ya, mereka berangkat sekolah bersama karena Izra adalah bawahan Kendra. "Ikut aku. Ada yang mau aku bicarakan," ucap Kendra lalu berjalan mendahului Izra. Izra mengikuti Kendra dibelakang. Mereka mejuju atap sekolah. "Aku menyukai Mauryn," ucap Kendra to the point ketika mereka baru saja sampai di atap gedung. "Hah?" Izra terkejut atas ucapan Kendra yang tiba-tiba. "Aku suka Mauryn. Bantu aku mendekatinya," ulang Kendra datar. Perkataan Kendra sangat formal karna status yang berbeda.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
Mauryn refleks menjauhkan dirinya dari lelaki itu dan menatapnya gugup. Lelaki itu terus menyunggingkan senyumannya. "Maaf." Mauryn hendak pergi, tapi tangan kirinya ditahan lelaki itu. Mauryn menatapnya dengan mengerutkan dahi. "Gue mau kenalan," ucap lelaki itu senyum. Mauryn bingung. "Bukannya kamu udah kenal aku?" tanya Mauryn. "Pas nolongin lo yang pingsan itu? Gue gak kenal, lo, tapi, karna gue ada di sana, ya, gue tolongin," jelas lelaki itu. Mauryn diam sejenak. Ia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku Mauryn Dinatta, kelas dua. Makasih udah nolongin aku wakt
"Ryn, kamu bisa gak lupain kasusnya Justin?" tanya Kendra menatap Mauryn dengan raut wajah serius. "Maksudnya?" Mauryn bingung. "Lupain kasus Justin. Biarin polisi yang nanganin," ucap Kendra masih dengan wajah seriusnya. "Hmmm, oke." Mauryn mengangguk pelan. "Kamu marah?" "Enggak." Mauryn menggeleng. "Emang kenapa kamu penasaran sama kasusnya Justin?" "Ken, kamu yang nyuruh aku buat lupain kasus itu. Kenapa sekarang nanyain aku lagi?" Mauryn menatap Kendra. "Aku cuma nanya. Soalnya kamu penasaran banget sama kasus itu."
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun