Keesokan harinya, Mauryn baru saja sampai diambang pintu. Dari sana ia melihat sosok Kendra yang sedang sibuk menulis. Perlahan gadis itu menghampiri lelaki itu karna mereka juga teman semeja.
"Pagi," sapa Mauryn ragu-ragu sambil duduk di bangku sebelah Kendra."Mmm," gumam Kendra dan menutup bukunya lalu mengambil buku lain untuk dibaca.Mauryn mengeluarkan buku-bukunya dengan sangat pelan karna takut mengganggu Kendra. Tapi tiba-tiba gadis itu mengingat kejadian kemarin. 'Tanyain jangan ya?' batin Mauryn bimbang.Mauryn mengayun-ayunkan bukunya karna bimbang. Lalu gadis itu meletakkan bukunya lalu merapikan dirinya dan bersikap tegap kemudian menengok ke arah Kendra dengan rasa deg-degan."Emmm, Kendra," panggil Mauryn ragu-ragu.Lelaki itu menoleh tanpa ucapan."Kemarin kita--""Ryn!" panggil seseorang dengan teriakan menggelegarnya dari ambang pintu.Mauryn dan Kendra menengok ke arah suara. Gadis yang berteriak itu langsung berlari menghampiri Mauryn."Ryn! Ryn! Nanti kita ke taman hiburan yuk, disana katanya ada permainan seru banget," cerocos Luisha yang langsung duduk di bangku Izra. Untungnya lelaki itu belum datang.Mauryn mengangguk menyetujui. Ya, karna sebelumnya Mauryn mengatakan pada Luisha kalau ia mendapat libur les satu minggu penuh."Tapi jangan ajak Bastian," ucap Luisha cemberut."Kenapa?"Mauryn lupa pada pertanyaannya untuk Kendra karna Luisha terlalu heboh dan mengalihkan perhatiannya."Aku gak suka sama Bastian, nyebelin banget," ucap Luisha masih cemberut."Kita berdua doang?" tanya Mauryn sambil melirik Kendra."Kenapa gak ajak aku?" ucap seseorang tiba-tiba."Eh?" Mauryn dan Luisha mendongak ke asal suara."Izra?""Ajak Kendra juga," usul Izra dengan wajah senyumnya.Luisha yang memperhatikan tiba-tiba seperti orang gila karna seulas senyum lelaki itu."Heh, sadar!" ucap Mauryn sambil menepuk tangan Luisha.Tanpa menoleh ke Mauryn, Luisha pindah duduk kesebelah kiri lalu mempersilakan Izra duduk."Duduk dulu sini, Zra, kita bicarain pelan-pelan," ucap Luisha dengan terus tersenyum lebar.Izra duduk ditempatnya lalu menatap Kendra, "Kamu ikut kan, Ken?""Hah? Kenapa--""Kalau Mauryn izinin, aku ikut," ucap Kendra datar tapi lelaki itu menatap Mauryn."Eh?" Mauryn terkejut sampai memelototkan matanya."Izinin dong, Ryn," ucap Izra senyum."Kenapa Kendra?" tanya Luisha badmood."Karna Kendra temen aku," ucap Izra senyum sambil menoleh ke Luisha."Kalo aku gimana Luisha aja, aku kan gak tau tempat hiburan kaya gitu," ucap Mauryn senyum canggung."Kalo Izra ikut, Kendra boleh ikut deh," ucap Luisha mengalah."Kalo gitu, aku hubungin Bastian dulu deh." Mauryn mengambil ponselnya hendak menghubungi Bastian, tapi Kendra merebut ponsel Mauryn."Eh? Handphoneku--""Berempat," ucap Kendra seperti menekan disetiap katanya."Iya bener, berempat aja biar kaya double date," timpal Luisha senyum sambil menatap Izra.Kendra tetap datar, Luisha terus tersenyum sambil menatap Izra dan lelaki itu juga tersenyum."Gimana kita ganti tempatnya?" usul Izra."Kemana?" tanya Luisha antusias."Pantai." Izra menaik turunkan alisnya diiringi senyum."Boleh tuh," timpal Luisha."Aku kemana aja sih," balas Mauryn masih dengan senyum canggung."Gimana kalo kita berangkat besok?" usul Luisha antusias."Besok?" Mauryn terkejut."Besok kan hari sabtu, weekend, Ryn," ucap Luisha dan Mauryn mengangguk-angguk."Kita ketemuan dimana? Pake mobil sendiri apa jalan sendiri-sendiri?" tanya Luisha."Aku jemput Luisha, kalo Kendra jemput Mauryn. Gimana?" usul Izra."Setuju!" jerit Luisha semangat. Untung saja anak-anak lain tidak menghiraukannya."Emm, anu, Izra," panggil Mauryn ragu-ragu."Ya, kenapa?""Maaf, pas awal kenal kamu, aku sebut kamu Demian, tapi ternyata kamu baik dan ramah, maaf banget ya," ucap Mauryn tulus."Makanya, Ryn, jangan nilai orang dari luarnya," celetuk Luisha."Kayanya kamu juga deh," sindir Mauryn membuat Luisha langsung menatap Kendra."Eh, iya, aku juga mau minta maaf sama kamu, Ken. Maaf ya, soalnya kamu emang jarang ngomong kaya Limbat," papar Luisha apa adanya."Yah, gak salah juga sih," ucap Kendra pelan."Karna perkenalan kita aneh begini, kita lupain aja masa lalu dan mulai dari awal," ucap Izra senyum."Tapi kayanya Luisha gak cuma bilang Kendra kaya Limbat doang, tapi Kendra juga bego sama bisu," ungkap Mauryn."Eh? Aku pernah bilang begitu?" tanya Luisha kaget."Iya. Pas di kantin.""Ya ampun, Ken, maaf banget, ya karna tadi itu kamu jarang ngomong," ucap Luisha tulu dan wajahnya memelas."Iya gak apa-apa. Emang dari awal, aku cuma ngomong sama orang yang deket aja," ucap Kendra."Kalo sama aku?" tanya Mauryn ragu-ragu."Aku?" sindir Izra menggoda."Eh maksudnya aku sama Luisha," ralat Mauryn dengan wajah yang bersemu merah."Aku lagi mencoba buka diri buat bergaul sama kalian," ucap Kendra senyum."Iya, pelan-pelan aja. Kalo gak terbiasa jangan dipaksain," saran Mauryn senyum. Kini senyuman gadis itu terlihat tulus."Terima kasih," ucap Kendra senyum."Btw, ini Bu Sandra kenapa gak masuk kelas ya?" tanya Luisha sambil melihat jam tanganya."Mungkin Bu Sandra lagi rapat sama guru-guru yang lain," lontar Izra."Iya kali ya. Udahlah, aku mau belajar dulu biar pinter kaya Mauryn, hehe," ucap Luisha lalu berbalik menjadi menghadap ke depan diikuti Izra.Kini Mauryn dan Kendra menjadi canggung lagi. Padahal Mauryn tiba-tiba teringat seseorang yang pernah menanyajan Kendra. Gadis itu duduk dengan gelisah dan terus membolak-balikkan lembar bukunya."Kamu kenapa?" tanya Kendra karna melihat Mauryn yang terlihat gelisah.Mauryn diam. Tapi Kendra terus memperhatikannya membuat gadis itu semakin gelisah."Aku mau nanya," ujar Mauryn pada akhirnya."Apa?""Alex. Apa dia ngebully kamu?" tanya Mauryn to the point.Kendra memasang wajah terkejut dan diam cukup lama membuat Mauryn semakin gelisah dan penasaran."Enggak. Dia temanku," ungkap Kendra pada akhirnya.Harusnya Mauryn lega karna pertanyaanya sudah terjawab. Tapi hatinya tetap gelisah dan cemas."Kamu gak percaya?" tanya Kendra ketika melihat raut wajah Mauryn."Hah? Aku percaya kok," ucap Mauryn senyum.'Lagian, kenapa aku harus peduli sama Kendra kalo si Alex emang ngebully dia?' batin Mauryn.Kendra mengembalikan ponsel Mauryn. Gadis itu langsung mengambilnya dan main game.Sekilas lelaki itu tersenyum melihat keluguan gadis di sampingnya itu.Tbc ...Flashback. "Izra," panggil Kendra pelan ketika mereka baru saja sampai di sekolah. Ya, mereka berangkat sekolah bersama karena Izra adalah bawahan Kendra. "Ikut aku. Ada yang mau aku bicarakan," ucap Kendra lalu berjalan mendahului Izra. Izra mengikuti Kendra dibelakang. Mereka mejuju atap sekolah. "Aku menyukai Mauryn," ucap Kendra to the point ketika mereka baru saja sampai di atap gedung. "Hah?" Izra terkejut atas ucapan Kendra yang tiba-tiba. "Aku suka Mauryn. Bantu aku mendekatinya," ulang Kendra datar. Perkataan Kendra sangat formal karna status yang berbeda.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
Mauryn refleks menjauhkan dirinya dari lelaki itu dan menatapnya gugup. Lelaki itu terus menyunggingkan senyumannya. "Maaf." Mauryn hendak pergi, tapi tangan kirinya ditahan lelaki itu. Mauryn menatapnya dengan mengerutkan dahi. "Gue mau kenalan," ucap lelaki itu senyum. Mauryn bingung. "Bukannya kamu udah kenal aku?" tanya Mauryn. "Pas nolongin lo yang pingsan itu? Gue gak kenal, lo, tapi, karna gue ada di sana, ya, gue tolongin," jelas lelaki itu. Mauryn diam sejenak. Ia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ia mengulurkan tangan kanannya. "Aku Mauryn Dinatta, kelas dua. Makasih udah nolongin aku wakt
"Ryn, kamu bisa gak lupain kasusnya Justin?" tanya Kendra menatap Mauryn dengan raut wajah serius. "Maksudnya?" Mauryn bingung. "Lupain kasus Justin. Biarin polisi yang nanganin," ucap Kendra masih dengan wajah seriusnya. "Hmmm, oke." Mauryn mengangguk pelan. "Kamu marah?" "Enggak." Mauryn menggeleng. "Emang kenapa kamu penasaran sama kasusnya Justin?" "Ken, kamu yang nyuruh aku buat lupain kasus itu. Kenapa sekarang nanyain aku lagi?" Mauryn menatap Kendra. "Aku cuma nanya. Soalnya kamu penasaran banget sama kasus itu."
"Ken, kamu percaya karma secepat itu?" tanya Mauryn tiba-tiba, membuat Kendra yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bastian dan Luisha terkejut. "Karma apa?" tanya Kendra. "Justin. Kenapa bisa secepat itu?" tanya Mauryn penasaran. Sorot matanya juga seperti menelusuri waktu. "Kamu maunya dia masih hidup?" tanya Kendra membuat Mauryn bingung. "Hah? Maksudnya?" "Aku keluar dulu. Izra manggil aku," ucap Kendra sambil memasukan ponselnya ke saku celananya. Ia bangun dari duduknya dan keluar. Mauryn hanya menatap kepergian Kendra dalam diam. Ingin rasanya mengatakan kecurigaannya tapi gadis itu takut membuat Kendra tersinggung jika kecurigaannya salah. Mauryn menopang wajahnya dan m
Gadis cantik yang menjinjing paper bag kecil memasuki rumahnya dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya membuat Marina penasaran. "Jalan sama Bastian kan? Seneng banget kayanya," goda Marina sambil meletakkam majalah -yang tadi dibacanya- diatas meja dengan wajah senyum membuat Mauryn terkejut dan menghampiri Marina di ruang tamu. "Mama, bikin kaget aja," protes Mauryn dengan wajah tersipunya yang baru saja meletakkan paper bag di atas meja dan duduk disebelah Marina. "Bastian ada bilang sesuatu sama kamu?" tanya Marina penasaran. "Enggak, Ma. Bukan Bastian, tapi--" Mauryn sengaja menggantung ucapannya karna merasa wajah panas. Gadis itu buru-buru menutupi wajah panas dan merahnya. "Kenapa sih, Ryn?" Mar
Ini hari Minggu. Hari libur yang membosankan bagi Mauryn. Gadis itu tidak kemana-mana dihari liburnya. Bangun dari kasurnya saja rasanya malas. Yang gadis cantik itu inginkan hanyalah Kendra menelponnya dan meminta maaf lalu mengajak jalan-jalan bersama. Sayangnya itu hanya hayalannya saja. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi youtube untuk melihat video-video atau sekedar mendengar musik. Tapi tiba-tiba ... Knock ... knock ... Ryn Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal membuat gadis itu mengeryitkan keningnya bingung. Knock ... knock ... Ini aku. Kendra Gadis itu langsung memelototkan matanya
Lagu BTS - Butter berbunyi dari ponsel Kendra. Lelaki yang sibuk melihat anak buahnya memukuli seseorang yang sudah hampir sekarat itu mengangkat tangan isyarat untuk berhenti. "Ya?" "Saya sudah menemukan orangnya, Tuan." "Bawa dia ketempat biasa." Kendra memutuskan sambungan telponnya. Ia membenarkan letak kacamatanya dan menatap tajam orang yang sudah hampir sekarat itu dari balik kacamatanya. "Kuberikan waktu tiga hari, jika kau tidak melunasinya, kau tau sendiri akibatnya," tegas Kendra lalu pergi meninggalkan tempat kotor itu diikuti keempat anak buahnya. "Kalian pulang saja duluan, aku masih ada urusan," ucap Kendra sambil melempar kunci mobil pada salah satu anak buahnya.
"Ryn sayang, kamu tau siapa yang celakain kamu?" tanya Marina lembut sambil terus mendrkap Mauryn. "Hmmm ...." Mauryn tampak berfikir masih berada didekapan Marina. "Ryn, kalo kamu tau, kita bisa langsung laporin ini ke hukum," ucap Regi yang masih fokus menyetir. "Aku gak liat mukanya, tapi aku inget kalo dia pake seragam sekolah yang sama kaya aku," ucap Mauryn menatap Marina. Marina nampak berpikir, siapa orang yang berani melukai putri kesayangannya ini. "Berapa orang?" tanya Regi serius tapi masih fokus menyetir. "Dua orang mungkin," jawab Mauryn pelan. "Papa harus cari pelakunya dan hukum dia seberat-be
Bruk. Seorang gadis menabrak Mauryn dengan cukup kencang membuat Mauryn terjatuh dan tangannya terluka. "Awwsh ...." Mauryn membersihkan tangannya yang terluka. "Sakit ya?" tanya gadis itu membuat Mauryn mendongak. Mauryn merasa tidak asing dengan gadis yang sedang menatapnya meremehkan itu, Mauryn bangun lalu menghampiri gadis itu dan menatapnya tajam. "Apa? Kenapa? Mau bales?" tanya gadis itu menantang. Mauryn tidak menjawab. Ia terus menatap gadis didepannya itu sambil maju membuat gadis itu mundur perlahan. Mauryn terus mendekat membuat gadis itu terus mundur dan terjatuh.
Mauryn enggan memakan makanan yang ada di mejanya karna ada Kendra di hadapannya yang sedang memperhatikannya. Tadi seusai Bu Sandra keluar dari kelas karna bel istirahat berbunyi, dengan semangat Luisha mengajak Mauryn ke kantin. Gadis itu juga mengajak Kendra dan Izra. Maka dari itu Mauryn malu. Beda dengan Luisha yang makan dengan terus menatap Izra. "Izra, kamu kapan sih gak gantengnya? Aku rasanya mau pingsan tau" ucap Luisha ngawur. Gadis itu sudah dibutakan cinta. "Hish." Mauryn geli sendiri mendengarnya. "Kenapa gak dimakan?" tanya Kendra. "Eh?" Mauryn menoleh ke Kendra. Lelaki itu senyum kepadanya membuat pipinya merona. "Kamu sakit?" Kendra langsun