"Saya yang tidak mampu tante, ini bukan masalah materi, tapi masalah hati Rei yang tidak ingin menyakiti apalagi menduakan istri Rei!" nampaknya Reyhan sudah mulai emosi, semakin diladenin orang tuanya dokter Vivi semakin menjadi-jadi.
"Aku sangat berharap agar Mbak Yu sadar bahwa adil itu bukan dilihat dari materi, mencintai pasangan dengan tidak menyakiti itu juga sangat adil!" Mami menjawab dengan terlihat emosi.Suasana makin tegang, karena Reyhan seperti tersangka pada aksi bunuh diri dokter Vivi. Seolah-olah yang terjadi pada Vivi adalah perbuatan Reyhan. Papanya cerita jika Vivi sampai ingin menusuk nadinya karena Reyhan tidak berkunjung ke rumah sakit hari ini. Ah, segitu parah, kah, cintanya dokter Vivi sampai membuat aksi yang sangat nekat."Jadi, Andra dan Nak Nadhine itu korban dendam cinta lama bersemi kembali," ucap Ayah. "Kirain saudaraan Ayah, bikin merinding saja," sambung Reyhan. "Bukaan, jauh sekali pikiran kalian." Ayahnya Reyhan malah tersenyum. "Terus memang benar, Yah. Ibu saya masih hidup?" tanyaku yang masih kepo dengan masalah ini. "Tidak benar, Nak. Ibumu sudah meninggal dunia tak berselang lama ayahnya Andra juga meninggal, jadi Ayahnya Andra sangat mencintai ibumu, meski sudah menikah mereka masih mencari ibumu, tapi mereka tidak berjodoh. Itu yang membuat mamanya Andra seperti orang gila ingin membalas dendam dengan ibumu bahkan semua keluargamu. Anak perempuannya sekarang hasil dari pernikahan kedua mamanya Andra dan mereka bercerai, gaya hidup mamanya Andra tinggi dan mereka memang orang mampu. Kakeknya Andra
Raut wajah Andra tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Sudah punya istri juga masih mandang-mandang tidak jelas begitu. Apa mungkin dia masih berharap, semoga dengan dokter Nida dia lebih bahagia agar tidak menjadi bayang-bayang mantan."Mas, jangan kelaamaan bawa semua barangku!" Kami hanya memandang heran melihat dokter Nida marah-marah."Iya, Sebentar sayang ...." Manisnya pengantin baru.Dia melewati kami begitu saja, seperti tidak kenal. Dokter Nida dari jauh melambaikan tangan ke Reyhan kami kompak memasang wajah senyum."Sayang agenda pertama apa?" tanya Reyhan."Pakai sepeda keliling pantai yuk," jawabku.
***Setelah selesai salat ashar kami berkemas untuk jalan-jalan lagi, Reyhan terlihat membuka bungkusan di dalam koper."Apa itu sayang?" tanyaku."Titipan mami, sini ayo buka." Aku mendekat dan ternyata ada baju coupel yng dibelikan mami."Cantik sekali.""Kalau kayak gini pasti pilihan si bawel," ucap Reyhan. Aku hanya senyum-senyum masalahnya warna baju coupelnya warna pink, lucu kalau Reyhan yang pakai."Kenapa manyun gitu?""Warnanya pink sayang, gimana rupa Abang coba pakai baju pink."Hahaha ... pasti imut sayang." Y
"Maksudnya, dokter Reyhan?" tanya dokter Nida yang penasaran mendengar penuturan Reyhan."Tanya sama suami dokter Nida sendiri, harusnya dia move one dengan istriku yang sudah menjadi mantannya delapan tahun lalu." Dokter Nida diam nampak terkejut mendengar ucapan Reyhan."Ow, kamu lelaki buaya, ya, dokter Andra! Kalau tidak karena kamu menjebakku pasti aku tidak akan menikah denganmu!" Dokter Nida menatap Andra dengan sinis, yang ditanya justru hanya diam.Dari jauh Jihan dan Laras datang melihat kami yang bersitegang. Sepertinya mereka yang paling bahagia menikmati liburan ini. Sangat berbeda dengan kakaknya yang galau."Urus kakak kalian aku tak sudi mengurusnya!" kami hanya diam melihat dokter Nida yang sedang marah-marah.
Sambil menunggu Reyhan memeriksa Andra, aku menceritakan kisahku ke dokter Nida. Dia seperti penasaran dengan kisahku dengan dokter Andra, hebatnya dia tenang dan tidak ada cemburu, sangat berbeda dengan gadis-gadis yang lain. Aku memintanya agar lebih berhati-hati dengan keluarga dokter Andra. Dokter Nida menyimak semua ceritaku. Dia nampak paham kondisi keluarga dokter Andra.Dokter Nida juga cerita dilabrak Naura karena menikah dengan dokter Andra. Pertunangan mereka diputus sepihak oleh keluarga Andra dan Naura menganggap dokter Nida penyebabnya. Dokter Nida merasa ada yang janggal dengan pernikahan ini, karena setelah menikah Ibu mertuanya meminta KTP miliknya. Sepertinya mamanya Andra memiliki hutang yang sangat besar."Jujur aku merasa ada yang tidak sehat dari keluarga dokter Andra," ucap dokter Nida. Aku hanya menyimak."Kemungkinan dokter Andra mamanya punya kebiasaan berjudi!" Apa? Semakin menarik cerita ini."Dokt
Hari ini kami berkemas untuk pulang ke rumah, mami dan ayah pagi sekali sudah mengabari selamat sampai tujuan. Bulan madu ini benar-benar seperti bulan madu impian bahagia tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Ting, ponsel berdenting salah satu notifikasi nomor tak dikenal.[Tunggu saja, kamu akan mati ditanganku!]Astagfirullah, siapa yang mengirim pesan teror ini pagi-pagi. Dadaku bergemuruh membaca pesan yang masuk, tapi aku berusaha untuk positif thinking, mungkin salah sambung, walau jujur aku sedikit merinding dengan pesan yang dikirim."Ayo sayang, kang Asep sudah menunggu kita," ucap Reyhan membuyarkan lamunanku. Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah Reyhan.Sela
***Sesampai di rumah sakit aku turun di luar rumah sakit, tak ingin membuat gaduh rumah sakit dengan kedatanganku yang diantar supir. Apalagi mobil yang dipakai sudah seperti diantar artis pasti banyak pasang mata yang akan melihatku."Kang, saya turun disini saja, ya.""Gak apa-apa, Nyonya? Nanti tuan muda marah.""Gak apa-apa. Tenang saja sama saya." Dengan terpaksa kang Asep menurunkanku di luar, aku langsung melambaikan tangan agar Kang Asep tersenyum.Aku segera menuju ruangan, beberapa dokter menyapaku. Ada yang terlihat kepo dengan kehadiranku, sepertinya banyak yang belum tahu aku sudah menikah."Kemana saja, bu dokter?" Aku hanya senyum-senyum ditanya, mau jawab sudah nikah, tapi nanti panjang ceritanya."Bu dokter makin cantik saja, ada berita heboh di rumah sakit selama bu dokter cuti." Fix, mereka tidak tahu jika aku sudah menikah."Dokter Andra nikah sama
Reyhan marah dan pergi meninggalkanku begitu saja. Tak ingin ada dusta diantara kami, aku mengejarnya. Namun, Reyhan justru menghindariku, sedih sekali melihat Reyhan yang langsung menutup pintu ruangannya. Reyhan sangat marah, cemburunya tidak bisa mengendalikan emosi.Aku mengetuk pintunya berkali-kali, tapi tak ada sahutan sama sekali."Sayang buka pintunya!" aku berteriak, tapi Reyhan tak menjawab. Sesedih ini rasanya baru pertama kerja sudah ada pertengkaran seperti ini. Apa aku sudah keterlaluan menyakiti perasaan Reyhan.Aku kembali ke ruangan, Andra masih berbaring, seperti tidak peduli dengan kegalauanku. Wajahnya terlihat semakin pucat, setelah di cek suhu badannya 40 derajat."Sus, ambilkan inpus. Dokter Andra badannya semakin panas." Andra menggigil, malang sekali nasibmu, ini karena ulahmu sendiri yang membuat dir