"Sepertinya kamu yang belum bisa move on dariku, Nad!" aku menghela nafas yang sudah mulai naik turun melihat Andra yang sikapnya seperti anak kecil."Dokter Nadhine, kenapa motornya?" tanya dokter Danang yang tiba-tiba mendekatiku."Sepertinya dia lelah, Dok.""Sebentar saya telpon teman dulu untuk perbaiki. Dokter Nadhine nanti saya antar pulang, ya." Dokter Danang terlihat memohon, karena Andra masih berdiri disamping kami."Baik, Dok. Terima kasih sebelumnya. Mari dokter Andra, kami duluan." Andra hanya mengangguk, sementara aku berfikir keras karena laki-laki yang nyaman didekatku hanyalah Reyhan. Kemana dia? Harusnya dia yang membantuku bukan direktur garing ini.Di dalam mobil aku hanya diam, dokter Danang juga diam. Biar saja dia penasaran, entahlah sulit bagiku untuk membuka diri untuk laki-laki manapun. Tidak mudah bagi wanita sepertiku memulai lagi, saat ini tak ada ambisi apa p
"Hahaha ... becanda, Dok." Aku diam, tidak mungkin juga Reyhan menyukaiku. Dia khilafnya kebangetan."Kalau begitu silahkan segera pulang pak dokter, motor sudah saya terima. Setelah ini saya mau telpon dokter Danang sebagai ucapan terima kasih.""Iya, siap, bawel." Reyhan memakirkan motorku, dan segera pamit.Entah mengapa sedih mendengar Reyhan yang mengatakan hanya becanda. Ada apa denganku? Ini tidak boleh terjadi karena Reyhan sudah memiliki tunangan meski aku tidak diundang saat itu. Hanya mendengar penuturan dari Reyhan saja."Hati-hati ...." Kenapa jadi baper begini? Dia memandangku seperti ingin mengatakan sesuatu, aku pernah merasakan cinta dan itu tatapan orang jatuh cinta.
Reyhan benar-benar mengantarku sampai ke ruang pertemuan. Danang dari jauh hanya senyum-senyum melihat kami. Sebenarnya Reyhan sama Danang ini apa hubungannya? Buat penasaran saja.Di dalam ruangan Andra duduk pas di depanku kebetulan ruangan yang dipakai duduknya seperti meja bundar, jadi duduknya berhadapan. Kali ini seperti pertemuan penting karena dokter Danang yang memimpin agenda pertemuan ini."Mari kita mulai, agenda rapat ini tidak lama hanya sebentar, saya hanya mengumumkan hal penting saja." Dokter Danang memang sangat disiplin dengan waktu."Pertemuan ini membahas tentang pemilihan kepala bedah spesialis umum, karena seperti yang kita ketahui jadwal dokter bedah umum sangat padat di rumah sakit ini," sambungnya lagi."Jadi siapa pun bisa jadi kepala bedah, nanti kita vote minggu depan. Mohon kerja samanya. S
"Jangan becanda, Han?" Reyhan langsung menepi, membuat jantungku berdebar tidak menentu."Aku akan menjagamu, Nad. Dalam kamusku tidak ada kata becanda." Kenapa jantungku berdebar hebat, apakah ini namanya cinta? Rasanya benar-benar tidak menentu."Aku antar kemana, Nad?" tanya Reyhan."Aku sudah janji dengan temanku mau cari perumahan, Han.""Sama aku aja, ya? Kabari temanmu, Nad. Kalau pergi bersamaku." Ya ampun, ini kenapa jadi begini perasaanku dibuat tidak menentu, ah, Reyhan pasti becanda. Berulang kali kutarik nafas bahwa Reyhan hanya becanda saja."Tapi ....""Tapi apa? Pergi bersamaku, ya?" ya ampun, kenapa jadi canggung begini. Toloong! jantungku benar-benar tidak bisa dikondisikan.Segera kukabari teman yang bersamaku untuk mencari rumah, mengatakan yang sebenarnya bahwa Reyhan yang mengant
"Mari, Bu, lihat brosurnya dan sesuaikan dengan keinginan ibu." Mamanya Andra menerima brosur dari karyawan bagian penjualan."Ma, kita ambil yang paling bagus disini." Suaranya Laras sangat jelas sekali. Mereka belum melihatku karena spontan langsung kututup wajahku dengan brosur yang kupegang. Ada-ada saja yang menganggu."Nad, jadi yang mana, kayaknya ada mantan di sebelah kita." Reyhan berbisik, tahu saja kelemahanku. Reflek Reyhan mengambil brosur, dan mamanya Andra langsung memegang jantungnya. Emang, ya, resek sekali Reyhan ini? Bisa pingsan lagi mamanya Andra di sini.Mungkin sudah waktunya membuka diri."Tampil anggun, Nad. Ada aku calon suamimu di sini." Aduuh, please, Han. Bisa-bisa
"Mari kami pamit dulu." Reyhan menarik tanganku untuk pergi dari keluarga mantanku. Mereka sibuk membangunkan Andra yang pingsan, kadang kasihan melihat Andra yang seperti bucin. Namun, melihat dia yang bahagia di pertunangan kemarin sungguh berbeda dengan ungkapan dia kepadaku. Laras dari jauh menatapku dengan sinis, Andra dimasukkan ke dalam mobil. Beberapa orang terlihat membantu Andra yang pingsan. Reyhan seperti tahu kelegelisahanku, dia terus memandangku. "Kenapa, Nad?" tanya Reyhan. "Gak ada apa-apa, Han." "Jika ada yang mengganjal cerita saja, Nad." Aku hanya mengangguk dan segera masuk mobil.
*** "Bu Dok, ruang operasi sudah siap." Perawat mengingatkanku, hari ini ada jadwal operasi ringan operasi usus buntu. Sesampai di ruang operasi, aku berpapasan lagi dengan Andra, ternyata dia juga memiliki jadwal operasi. Suasana hening, Andra juga hanya diam. Setelah selesai membersihkan diri tanpa memedulikannya segera kumasuk ke ruang operasi. Andra sepertinya marah, emang salahku apa? Lebih baik fokus menyelamatkan pasien. Ada rasa rindu karena belum bertemu Reyhan hari ini. "Bagaimana kondisi pasien?" "Semua normal, dok." "Alhamdulillah ...." Operasi berjalan dengan lancar, setelah mengecek kondisi pasien, akhirnya bisa bernafas lega. Keselamatan pasien nomor satu. Tidak bisa dipungkiri rasa deg-degan ketika sedang menjalankan operasi, karena dokter adalah manusia biasa yang tidak selamanya selalu berjalan dengan sukses. Namun, ikhtiar tetap kami lakukan untuk menyelamatkan pasien
"Sedang ngapain, Naura? Tumben mampir." tanya Reyhan basa-basi, Naura terlihat masih tidak terima dengan Andra yang bersimpuh di depanku. Tatapannya berubah sinis melihat Andra yang berat untuk berdiri di samping mamanya."Kangen Mas Andra, rencananya kami mau Acc rumah elit dekat sini. Hadiah pernikahan papa, nantinya." Ow, ternyata keluarga Andra benar-benar benalu. Lagaknya kemarin seperti sosialita padahal Naura yang membeli rumah. Jadi tak sabar melihat kelanjutan keluarga ini."Oh, gitu. Lanjutkan, ya, Naura. Mas mau bawa dokter Nadhine dulu, seharian ini kami sibuk, belum bertemu dari pagi." Ah, entah mengapa ucapan Reyhan membuatku berdebar-debar. Ini mungkin yang namanya kasmaran.&nb