Share

SAKIT KARENA DIURUT

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-29 17:41:44

"Siapa yang nyindir? aku cuma ngomong doang kok," balas Putri ketus. Ia berlalu masuk ke dalam rumah Ibunya, bu Fatma, yang berada di samping rumah Mira.

"Abang berangkat dulu, Dek. Ini uang belanjanya jangan lupa masak yang enak biar suaminya doyan makan di rumah," ujar Irfan. Selembar pecahan uang berwarna ungu itu ia sodorkan untuk sang istri.

"La kok cuma sepuluh ribu, Bang. Dapat apa??" tanya Mira. Ia tak langsung menerima pemberian Irfan dan berharap akan dikasih tambahan.

"Yang lima ribu kan sudah kamu umpetin, ya ini Abang tinggal nambahin. Makanya jadi istri tuh jangan suka korupsi jangan coba-coba membodohi suamimu ini kamu ya," jawab Irfan. Karena ia terburu-buru untuk segera berangkat bekerja, Ifan memilih meletakkan selembar uang sepuluh ribu di samping tempat duduk Mira.

"Jangan pelit kamu, Bang, biar rezkinya enggak sulit...."

Belum selesai Mira mengucapkan kalimatnya, Irfan sudah dulu memotongnya dengan nada membentak, "Enggak usah sok ceramah mending rawatlah dirimu buat terlihat cantik agar aku tidak mual menyentuhmu!"

Mira rasanya percuma bila berdebat dengan sang suami karena tak akan ada habisnya. Mengalah adalah andalannya agar tak menimbulkan pertengkaran.

"Abang sudah sarapan??" tanya Mira mengalihkan pembicaraan, sebab ia tak mau ribut-ribut membahas tentang uang.

"Malas, nanti sarapan di kantor saja," jawab Irfan enteng. Ia menyodorkan tangannya untuk salim seperti biasa.

"Bang, nanti beliin aku susu hamil ya," pinta Mira setelah mencium punggung tangan Irfan.

"Jangan aneh-aneh deh, Dek. Abang nggak ada uang," balas Irfan dengan ketus. Mira mendelik tak suka, sebab ia tahu suaminya tak mungkin tidak memegang uang.

Saat Irfan naik ke atas sepeda motor, tiba-tiba Ibu dan kakaknya keluar dari rumah Bu Fatma dan memanggilnya.

"Irfan, sudah mau berangkat ya. Mbak boleh minjam uangnya kan, enggak banyak kok cuma dua juta aja. Masmu mau buka usaha," ucap Putri.

"Ibu juga mau bayar arisan, Fan. Jangan lupa jatah ibu juga," ucap Bu Fatma dengan tersenyum manis.

"Iya nanti aku transfer," balas Irfan dengan tenang. Dirinya segera menghidupkan mesin sepeda motor dan melajukannya meninggal halaman rumah.

"Yey, nanti kalau sudah ditransfer sama Irfan, Ibu mau shopping, sama mau beli gelang buat di pamerin saat arisan nanti. Pasti teman-teman Ibu akan pada iri karena Ibu punya gelang baru," ujar Bu Fatma kepada Putri setelah kepergian Irfan.

"Ibu kok gitu sih, aku juga maulah beli tas baru, emas baru, baju baru seperti Ibu. Tapi sayang Mas Danu tuh pengangguran banget, ini aku minta Irfan dua juta aja buat modalin Mas Danu buka usaha, 'Bu." Putri merajuk kepada Ibunya.

"Ya nggak apa- apa, semoga usaha Danu nanti lancar dan jangan lupa ngasih uang bulanan juga buat ibu. Kalau kamu mau beli kayak Ibu tinggal minta Irfan tambahin aja uangnya sebelum ditransfer. Udah yok masuk kita sarapan bareng, tadi ibu sudah masak bebek rica-rica," ajak Bu Fatma. Putri mengangguk dan tersenyum sumringah.

Mira hanya bisa berdecak kesal, "Sebenarnya gajinya Bang Irfan tuh berapa sih. Katanya gaji karyawan kantor hanya tiga juta saja, satu juta di berikan ibunya, dan dua juta untuk kebutuhan rumah tangga dan dirinya. Sebagai istri aku merasa sangat dizolimi cuma minta dibelikan susu hamil saja enggak sanggup, bilangnya enggak punya uang. Giliran kakak dan ibunya minta langsung di kasih."

Tanda suami yang suka berbohong itu rezkinya sulit, uang banyak tetapi tak tahu uangnya habis kemana. Jadi janganlah berbohong kepada istri agar rezkinya lancar dan berkah.

Ini bukanlah pertama kali Putri meminta dengan dalih meminjam kepada Irfan namun ia tak pernah mau mengembalikannya, bahkan untuk kebutuhan sekolah kedua anaknya, Putri selalu meminta kepada sang adik sebab Danu, suaminya tak bekerja.

Untuk biaya pendidikan kedua adiknya Irfan juga yang membiayai, sebab Bu Fatma seorang janda dan tidak bekerja. Jadi semua hanya mengandalkan gaji Irfan.

"Semakin lama aku semakin lelah hidup bersama Bang Irfan, apalagi semakin hari dia semakin semena-mena kepadaku." Mira menghembuskan nafasnya dengan kasar untuk mengurangi rasa sesak yang menghimpit dadanya.

Mira mendengar tangisan Celin, ia segera beranjak dari duduknya untuk menghampiri putrinya di kamar.

"Kamu masih demam ya, Nak. Kita ke Puskesmas saja ya, Bunda akan segera bersiap-siap," ujar Mira. Saat menyentuh tubuh Celin yang masih terasa sangat panas membuat dirinya tak bisa bersantai terlalu lama.

Mira memberikan susu botol yang sudah ia siapkan sejak tadi. Mira juga mendengar langkah kaki masuk dan berjalan ke arah kamar, ia yakin itu Bu Fatma. Selama ini Bu Fatma bebas keluar masuk ke dalam rumahnya membuat Mira risih dan tak nyaman, namun ia tak bisa berbuat banyak ataupun mencegah. Sungkan, itulah yang ia rasakan.

"Celin kenapa nangis terus sih, Mir. Apa dia lagi demam??" tanya bu Fatma yang datang dari luar bersama Putri.

"Iya 'Bu, titip Celin sebentar ya aku mau mandi dan bersiap-siap membawanya ke Puskesmas. Dari tadi malam demamnya enggak turun-turun padahal sudah minum parasetamol," ujar Mira. Ia menggendong Celin dan menyerahkan kepada Neneknya.

"Anak kok dikit-dikit deman, dikit-dikit sakit. Ringkih sekali kamu, Cel, punya Ibu enggak bisa memberikan yang terbaik buat anak ya begini jadinya. Udah kurus, sakit-sakitan, kurang gizi kamu ya, Cel. Nanti besar mau jadi apa kalau masih kecil enggak pernah sehat, belum tua pasti udah penyakitan mulu nyusahin orang aja. Ya sudah sana kamu buruan mandi, anak kalau demam dan sudah dikasih obat tapi nggak mempan itu tandanya ada anggota tubuh yang enggak beres, harusnya dibawa ke tukang urut saja," omel Bu Fatma.

Mira tak mau aku meladeninya, sebab makian seperti itu sudah kenyang ia terima. Dirinya segera bergegas ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Tak lama kemudian Mira sudah bersiap dan membawa tas keluar dari kamar, sebab ia tak pernah bersolek hanya memakai daster panjang dan jilbab instan. Karena mendengar tangisan Celin yang begitu keras dari luar ia segera mempercepat langkahnya.

"Astaga Ibu kalian apakan, Celin! Jangan dipijat itu perutnya, biar aku bawa dia ke Puskesmas saja," teriak Mira mencegah orang tua paruh baya itu melanjutkan aksinya.

"Sudahlah Mira, kamu diam dulu biarkan Celin dipijat sama Mbah Darmi. Nanti pasti sembuh kamu nggak perlu repot-repot membawanya berobat. Berobat itu mahal dan ngabisin duit, mending duitnya buat beli jajan dari pada beli obat. Percayalah sama Mbah Darmi, dia pasti bisa menyembuhkan Celin," ujar Bu Fatma.

Putri dan Bu Fatma melarang Mira untuk menghampiri putrinya, mereka memegang kedua tangan Mira agar tak bisa mengambil alih Celin. Mira ikut menangis saat menyaksikan putrinya menangis menjerit karena merasakan sakit. Hatinya juga sakit mendengar tangisan pilu Celin yang begitu menyayat hati.

Mbah Darmi memegangi tubuh Celin dengan kuat menggunakan tangan kirinya saat balita itu berusaha memberontak. Tangan kanan ia gunakan untuk menekan kuat perut Celin.

"Akit, Bun, aduh akit..!" jerit Celin. Tangisnya tersedu-sedu bahkan sampai tersedak-sedak.

"Mbah, ku mohon jangan sakiti anakku. Cukup, Mbah, jangan diurut lagi kasihan Celin kesakitan." Mira yang memang tubuhnya lemah tak bisa menandingi tenaga Ibu mertua dan kakak iparnya.

Brut..! brut..!

Howek..! howek..!

Suara itu keluar dari tubuh Celin membuat keberanian Mira terkumpul dan bisa melawan Bu Fatma dan Putri.

Bab terkait

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    KETAKUTAN

    Celin mengeluarkan kentut yang begitu keras disertai dengan muntah-muntah, badannya terlihat begitu lemas nyaris seperti mau pingsan.Meskipun tidak bersekolah tinggi namun setidaknya Mira tahu bagaimana caranya mengatasi anak yang sedang sakit, zaman sekarang tidaklah sulit untuk mencari informasi tentang apa saja karena kecanggihan internet. Ia pernah membaca tentang perut kembung dan cara mengatasinya.Perut kembung ada berbagai macam penyebabnya, bila penyebabnya akibat penyumbatan usus (ileus obstruktif), area perut tersebut tidak boleh dipijat sedikit pun. Bila ingin memijat harus di periksakan dulu ke dokter apa penyebab kembungnya, jika tidak dilakukan pemeriksaan dan ternyata terjadi penyumbatan usus dan dilakukan pemijatan di area perut bayi akan semakin kembung dan usus semakin tidak bergerak akhirnya terjadilah mampet yang berakibat fatal dan harus segera di operasi."Lepaskan....!!" Mira menepis cengkeraman ibu mertua dan kakak iparnya dengan kuat. Seketika cengkeraman it

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    kedatangan keluarga toxic

    Lelaki berseragam putih itu membenarkan jasnya yang sudah rapi guna melihat expresi wanita di depannya yang tengah menunggu kalimat yang terlontar dari bibirnya. Ada rasa tak tega, namun wanita di hadapannya berhak tahu tentang kondisi putrinya."Sebenarnya, Celin mengalami penyumbatan usus dan itu harus dilakukan operasi," tutur Dokter Reyhan.Mendengar kata operasi seketika tubuh Mira menegang, ketakutan yang ia rasakan kini dialami oleh putri kandungnya sendiri. Ia tak bisa membayangkan betapa sakitnya Celine saat perutnya harus di sayat- sayat. Andai bisa meminta, dirinya akan meminta rasa sakit itu biar ia saja yang merasakannya."Apa tidak ada jalan lain selain operasi, Dok??" tanya Mira dengan lirih. Hatinya yang rapuh kini terasa hancur lebur saat mendapat kenyataan sang buah hati harus menjalani operasi."Bisa Bu, dengan pengobatan yang rutin dan pola hidup yang sehat bisa membantu memulihkan luka tersebut. Tetapi kapan waktu sembuh itu saya tidak bisa menentukan, karena kese

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Hak Yang Terampas

    "Dokter mah selalu begitu, kalau enggak pandai ngomong ya enggak bakalan dapat duit lah mereka, buktinya tuh nyuruh kamu melunasi pembayaran. Memangnya kamu punya duit," balas bu Fatma dengan ketus. Ia sama sekali tak merasa bersalah sedikit pun, di dalam hatinya ia merasa pendapatnya lah yang paling benar.Amira tak membalas karena memang tak punya uang untuk membayar tagihan rumah sakit, uang hasil nuyul pun tak mungkin cukup untuk menebusnya dan ia hanya berharap Irfan akan peka dengan tanggung jawabnya.Amira memilih diam dan membereskan barang-barang Celin, ia tak membawa banyak barang bahkan dirinya hanya membeli satu setel baju ganti saja selama di rumah sakit."Enggak punya duit kan, lagi-lagi mengandalkan putraku! Kamu memang tak akan bisa apa-apa tanpa putraku. Makanya lain kali tuh jangan membangkang kalau di bilangin, nambah-nambahin beban saja kamu itu. Selama menjadi menantuku apa pernah kamu membahagiakan aku sebagai Ibu mertuamu, hah!. Yang ada justru merepotkan putr

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Naik Pangkat

    Caption Putri meluluh lantahkan perasaan Mira, ia memejamkan kedua mata untuk menetralkan dadanya yang berdegup menahan gejolak kemarahan."Calon adik ipar yang cantik, baik hati dan tidak sombong plus kaya. Semoga lancar sampai hari H." Caption Putri membuat Mira yakin kalau Irfan memang mendua. Setahunya Danu hanya anak tunggal, tak mungkin wanita itu calon istrinya Robi, adik mereka yang masih sekolah SMA.Ketika Amira hendak keluar dari aplikasi whattsap, ia melihat status yang baru masuk. Status itu milik Irfan, tak mau menunggu lama ia langsung saja mengkliknya.Lagi dan dan lagi Mira dibuat terkejut, wanita yang bersama Irfan itu wanita yang berfoto bersama Putri barusan. Dalam foto itu Irfan merangkul wanita tersebut dengan mesra, mereka tertawa bersama dan terlihat sangat bahagia. Caption itu berisi, "Terima kasih sayang karena kamu sudah mau menerimaku apa adanya"."Benar, bang Irfan telah menodai pernikahan kami. Pantas saja sela

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Gaji 15 Juta

    Dengan langkah lunglai Mira berjalan untuk pulang, rasanya ia sudah tak kuat menjalani hidupnya. Ia sudah ingin pergi dari keluarga toxic itu.Malam harinya Irfan kembali pulang larut malam, Mira gelisah menunggu kedatangan Irfan, ia sudah tidak sabar meminta penjelasan tentang jabatannya, ia juga penasaran dengan nota yang ditemukan dalam kantong celana Irfan saat mencuci tadi siang.Jam sebelas malam terdengar suara mobil Irfan berhenti di teras rumah Bu Fatma. Iya, Irfan lebih memilih memarkirkan mobilnya di depan rumah sang Ibu dari pada di rumahnya sendiri.Ceklek...!Pintu ruang tamu terdengar dibuka, Irfan memang membawa kunci cadangan jadi Amira tak perlu membukakan pintu lagi.Klek...!Lampu ruang keluarga di hidupkan oleh Irfan, terlihat wajahnya yang begitu lelah, kemejanya pun sangat lusuh tidak seperti saat dirinya berangkat tadi pagi yang begitu rapi dan penuh semangat."Dek, kamu belum tidur??" tany

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Pelakor Itu Ternyata....

    POV AMIRASetelah sampai di ruang tamu, aku melihat Mbak Putri yang nampak terburu-buru."Ada apa?" tanyaku tanpa expresi. Aku malas sekali menatap wanita yang jadi benalu dalam rumah tanggaku."Cepat kamu bersiap dan ke rumahku sekarang, karena aku mau ngadain acara ulang tahun anakku, jadi kamu harus bantu masak!" perintah Mbak Putri. Ia memerintah sesukanya layaknya bos kepada karyawan dengan expresi memaksa.Seperti sebelum-sebelumnya, setiap kali anaknya akan ulang tahun selalu aku yang di suruh memasak. Bilangnya cuma membantu tetapi nyatanya akulah yang full memasak, dirinya hanya sibuk bermain hp dan cekrak cekrek seperti wartawan."Enggak mau, aku capek," balasku. Aku beranjak ingin masuk ke dalam lagi dan tak mau meladeni wanita benalu itu.Tiba-tiba Mbak Putri mencengkeram pergelangan tanganku dan berucap sambil melotot, "Kamu sudah berani menolak perintahku!"Dia pikir aku bakalan takut dan tunduk seperti sebelumnya, ooh no!"Kenapa? Kamu pikir dirimu siapa bisa memerintah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Di Istimewakan Karena Cantik

    Plak... Irfan menarik lengan sang istri lalu melayangkan pukulan di wajah Mira. Tamparan itu mendarat di pipi Mira, terasa begitu sakit dan perih. Irfan nampak emosi, rahangnya terlihat mengeras dan ia tak terima dengan perkataan Mira."Jangan pernah mengatakan kalau Laura wanita sampah, dia itu wanita baik-baik, dia cantik, wangi dan sexy tidak seperti kamu!!" ucap Irfan menggebu dan membandingkan istri dengan gundiknya. Tatapan matanya begitu tajam terasa menghunus jantung Mira, ia sangat murka saat sang istri menyebut Laura dengan wanita sampah.Kedua pasangan sah itu saling menatap penuh ketidaksukaan, sedangkan Laura yang masih berada di ruang tamu tersenyum mendengar pertengkaran Irfan dan Mira. Hal itulah yang ia inginkan membuat pasangan suami istri itu bertengkar lalu berpisah. Ia berharap bisa menggantikan posisi Mira sebagai nyonya Irfan."Tak ada wanita baik-baik yang mau merebut suami orang, Bang," balas Mira dengan tersenyum getir. Kedua matanya sudah berkaca-kaca menah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Pergi Tanpa Talaq

    Selera makan Mira mendadak hilang, ia segera bangkit dan meninggalkan ruang makan berlalu kembali masuk ke dalam kamar lalu menguncinya, langkahnya menuju dimana Celine berada. Dirinya menangis menatap wajah Celine yang polos saat terlelap. Rasanya ia tak tega bila harus membiarkan gadis kecil itu menjadi anak brokem home. Tetapi ia harus tetap menjaga kewarasannya, menjaga mental yang sudah sangat rapuh agar tidak semakin rapuh karena masih ada putri kecil yang membutuhkan kasih sayangnya. Dari dalam kamar Mira bisa mendengar tawa dan celotehan dari ruang makan, manusia-manusia parasit itu sungguh tidak memperdulikan perasaannya.Mira membuka lemari, tekadnya sudah bulat untuk memilih mundur dari rumah tangga yang tak sehat ini. Ia memasukkan pakaiannya dan pakaian Celine ke dalam tas. Aku tak membawa apapun selain baju, dirinya segera menggendong Celine yang masih terlelap dan keluar kamar sembari menenteng tas besar. "Mau kemana kamu, Mir??" tanya Irfan. Saat mendengar suara pin

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10

Bab terbaru

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Part Ending

    "Raka, kamu beneran ngasih ini semuanya buat kami?" tanya Amira setelah ia melihat mas kawin yang diberikan suaminya."Iya, Mir. Semuanya buat kalian, dan masih banyak lagi yang akan aku berikan buat kalian salah salah satunya kasih sayang," balas Raka."Masya Allah, Raka. Aku enggak meminta harta yang berlimpah, aku hanya meminta kasih sayang dan tanggung jawabmu, tetapi kenapa kamu memberiku sebanyak ini. Dari mana kamu dapatkan ini, Rak? Bahkan kamu bisa menyiapkan semuanya sebaik ini. Apa jangan-jangan kamu keluarga Sultan?" tanya Amira dengan kedua mata yang berkaca-kaca.Setelah selesai akad mereka naik ke atas panggung untuk sesi pemotretan dan lainnya."Iya, semua yang mengurus orang-orangku dari Bali. Hartaku di Bali sangat berlimpah dan aku yakin tidak akan habis di makan tujuh belas turunan. Kamu jangan ngomong kayak gitu, kamu dan anak-anak segalanya untukku. Jadi milikku juga jadi milikmu," ucap Raka menghapus air mata Amira yang mulai berjatuhan."Jangan nangis, Mir. Nan

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Ikatan Baru

    Hari Minggu yang dinanti akhirnya tiba. Di sebuah ruangan dengan cermin besar berhias lampu, Amira duduk tenang, matanya menatap pantulan wajah yang perlahan berubah semakin memukau di tangan MUA terbaik yang telah dipilih oleh anak buah Raka. Jemarinya yang halus menyentuh gaun yang menjuntai indah, seolah merasakan kehangatan hari istimewa yang sudah di depan mata.Sementara itu, di sudut lain ruangan, Celine, putrinya yang ceria, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Gadis kecil itu duduk dengan riang saat dirinya dipakaikan gaun yang membuatnya tampak seperti seorang putri dari negeri dongeng. Senyumnya mengembang, matanya berbinar, membayangkan momen di mana ia akan berjalan di samping Amira, dan akhirnya, memiliki seorang ayah. Hari ini bukan hanya hari untuk Amira, tapi juga untuk Celine, yang merasa dunia kecilnya kini lengkap dan penuh cinta.Jantung Amira berdegup semakin cepat seiring waktu berlalu. Pernikahan kali ini terasa jauh lebih mendebarkan dibandingkan sebelumnya

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Amira Mendapat Cemoohan

    Pikiran Raka melayang-layang di dalam kecemasan, keluarganya di Bali, terutama Ajik dan Biyang—ayah dan ibunya, punya pandangan yang sangat tradisional tentang pernikahan. Status Amira sebagai seorang janda membuat segalanya terasa lebih sulit.“Halo, Bli. Saya sudah menyampaikan pesan kepada Ajik dan Biyang,” suara Pak Wayan terdengar dari seberang sana, tenang namun sedikit berat.Raka terdiam sejenak, mencoba meredakan degup jantungnya yang semakin cepat. “Bagaimana keputusan mereka, Pak?” tanyanya, tak mampu menyembunyikan kegugupannya.Di seberang telepon, Pak Wayan terdiam beberapa saat. Keheningan itu semakin membuat Raka gelisah. Ia tahu betul betapa keras kepala keluarganya dalam urusan pernikahan. Seandainya Amira tidak mendapat restu hanya karena statusnya, ia sudah bertekad tidak akan pernah kembali ke Bali—tanah kelahirannya yang selama ini ia jaga dalam hati.“Ajik dan Biyang setuju, Bli,” akhirnya Pak Wayan berbicara, suaranya terdengar lebih ringan. “Mereka sudah meres

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Cahaya Di Tengah Perjuangan

    Amira menarik napas dalam-dalam. Rasa haru memenuhi dadanya. Setiap kata yang diucapkan Raka menyentuh hatinya, meski keraguan masih bergelayut di pikirannya. Dengan Bismillah, ia akhirnya berkata, "Iya. Aku."Raka tersenyum lebar, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Alhamdulillah, terima kasih, Mira. Terima kasih sudah mau menerimaku. Jujur, aku merasa hidupku kembali berwarna sejak bertemu kamu."Amira tersenyum tipis, "Aku juga bersyukur bisa ketemu sama kamu." Mereka saling tersenyum dan menatap satu sama lain, seakan-akan dunia di sekitar mereka menghilang. Hanya ada mereka berdua, tenggelam dalam keheningan yang penuh makna, seolah-olah waktu berhenti dan semua yang mereka butuhkan hanyalah kehadiran satu sama lain."Aku mau kita menikah Minggu depan ya, aku udah enggak sabar ingin menghalalkanmu, Mir," ujar Raka serius."Hah! Kamu beneran? Nikah itu bukan permainan, Rak, kita harus mengurus ini itu dan banyak hal yang harus di urus. Paling tidak dua bulanan lah," balas Amira.

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Keputusan Di Senja Hari

    Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di parkiran pelataran gedung bioskop. Mereka berempat akhirnya turun dan masuk ke dalam gedung.Suasana lumayan ramai, kebanyakan pengunjung para muda-mudi dan para keluarga kecil yang ingin mencari hiburan di tempat ini.Raka segera membeli tiket. Setelah itu, tak lupa ia juga membeli cemilan untuk teman mereka nonton sebentar lagi. Kini dua popcorn berukuran jumbo dan empat minuman sudah berada di tangan mereka.Mereka bergegas masuk ke dalam studio yang sebentar lagi akan menayangkan film yang diinginkan Celine dan Kenzo. Mereka langsung mencari tempat duduk yang tadi sudah di pesan, tempat duduk di bagian tengah. Lokasi ternyaman di ruangan ini.Mereka berempat duduk di kursi tersebut. Celine dan Kenzo di tengah, Celine di sebelah kiri Raka sedangkan Kenzo di sebelah kanan sang bunda. "Aku udah enggak sabar, Om, nonton filmnya," ujar Celine."Iya, ini sebentar lagi mau di putar. Sabar ya," balas Raka sembari mengusap pucuk kepala Celine d

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Dalam Dekapan Kebersamaan

    Raka serta Amira dan Kenzo menjemput Celine ke sekolah. Mereka berencana untuk jalan-jalan dan makan bersama. Raka mengendarai mobil Amira menuju sekolahan Celine. Raka memutar kemudi perlahan, lalu menepikan mobil di bawah bayangan pohon besar yang menaungi gerbang sekolah. Cuaca siang itu terasa hangat, namun teduh karena dahan pohon yang melindungi dari teriknya matahari. Amira menghela napas ringan saat melihat anak-anak mulai berlari ke arah gerbang, beberapa diantaranya tersenyum lebar menyambut orang tua mereka. “Kita sudah sampai,” ujar Raka seraya mematikan mesin mobil. Ia memandang sekilas ke arah Amira yang tampak sibuk menatap keluar jendela. "Ya, akhirnya. Semoga Celine segera keluar," jawab Amira sambil membuka pintu mobil. Suaranya terdengar lembut, namun ada sedikit nada kelelahan. Sedangkan Kenzo anteng duduk di kursi barisan kedua sambil makan permen lolipop. Begitu Amira menginjakkan kaki di trotoar, angin segar menyapu wajahnya. Ia memicingkan mata, mencoba me

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Kebahagiaan Malam Itu

    Jantung Amira berdebar tak terkendali. Tiap kali Raka berada di dekatnya, perasaannya selalu bercampur aduk—antara gugup, bahagia, dan sesuatu yang lebih sulit ia ungkapkan. Tatapan Raka begitu tulus, namun Amira berusaha mengabaikan getaran-getaran yang mengguncang hatinya. Ia takut jika terlalu larut, ia akan membuka dirinya pada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak siap ia hadapi.Mereka masih berdiri di bawah rembulan yang bersinar menambahkan suasana hangat yang tak membantu menenangkan perasaan Amira. Raka masih menatap ke arahnya seolah berusaha sabar menanti jawaban yang keluar dari bibirnya. Amira berusaha keras tetap tenang, tapi ia tahu wajahnya mungkin sedikit memerah.Raka menarik napas dalam, kemudian berkata pelan, “Mira... Aku nggak tahu gimana caranya bilang ini. Tapi tiap kali aku sama kamu, aku merasa... ada sesuatu yang berbeda. Rasanya seperti... aku menemukan sesuatu yang hilang.”Amira menunduk, hatinya berdebar semakin cepat.

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Di Bawah Bintang

    Malam itu begitu cerah. Bulan purnama menggantung di langit, cahayanya memantul di dedaunan, menciptakan bayangan lembut di sekitar markas. Di depan bangunan sederhana itu, pemanggangan sudah siap. Aroma daging yang terbakar perlahan memenuhi udara, membuat suasana semakin akrab. Raka, Amira, Celine, dan Kenzo berkumpul bersama anak-anak jalan, tertawa dan bercanda sambil menyiapkan bahan-bahan untuk acara bakar-bakaran.Kenzo, yang baru pertama kali bertemu mereka, mudah berbaur. Celine, yang awalnya tampak canggung, kini ikut tertawa bersama anak-anak lainnya. Kehangatan mereka terasa menyelimuti malam, membuat Celine dan Kenzo merasa seolah sudah lama menjadi bagian dari kelompok itu.Setelah makan bersama, suasana mulai tenang. Anak-anak mulai duduk bersandar, kekenyangan. Raka, yang sejak awal tampak lebih tenang dan memikirkan sesuatu, akhirnya mengajak Amira berbicara di belakang markas, di bawah bintang yang berkilauan.Amira mengikuti Raka dengan langkah pelan. Mereka berdiri

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Rista Tak Suka Raka

    Rista dan Dimas mengendarai mobil mereka dengan perlahan, menikmati udara malam yang sejuk. Suasana jalanan cukup lengang, hanya beberapa kendaraan berlalu lalang di sekitar mereka. Mereka berniat mencari angin segar, berkeliling tanpa tujuan pasti. Namun, saat mobil melintasi sebuah trotoar di pinggir jalan, pandangan Rista tiba-tiba terpaku pada sekelompok orang yang sedang bercengkerama di sana.“Amira?” gumam Rista, menyipitkan matanya untuk memastikan. Sosok itu berdiri bersama beberapa orang yang juga tak asing baginya, termasuk Celine dan Kenzo. Namun, ada seorang pria lain di antara mereka yang tidak dikenalnya."Mas, berhenti sebentar. Itu Amira," kata Rista cepat-cepat kepada Dimas.Dimas segera memarkirkan mobil di tepi jalan, tak jauh dari Amira dan rombongannya. Rista turun dan memanggil, “Mira?”Amira menoleh, ekspresi wajahnya terkejut namun segera berubah ramah. “Mbak Rista? Wah, enggak nyangka kita ketemu di sini!”Rista tersenyum tipis, lalu menghampiri mereka dengan

DMCA.com Protection Status