Share

SUAMI PERHITUNGAN

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-29 16:23:41

Kipas angin tergelatak di lantai, dan terlihat ada dua kaki yang bergerak. Mira segera menghampiri lalu mengambil kipas yang ternyata menimpa tubuh mungil Celin.

"Ya Allah, Celin, kenapa bisa begini. Apa yang sudah kamu lakuin, Nak."

Seperti inilah ada saja tingkah Celin yang selalu membuat Mira was-was dan tak bisa meninggalkannya dengan tenang. Entah apa yang di lakukan putrinya sehingga kipas yang berdiri di samping televisi itu bisa ambruk menghantam tubuh Celin.

Mira menggendong Celin dan membawanya ke dalam kamar, ia baringkan tubuh mungil itu di atas ranjang. Mira membiarkan Celin menangis kejer, walau tak tega ia harus segera mencari baju ganti dan memakai daster yang tak ribet.

"Mira, kenapa Celin nangis nggak diam-diam sih. Pasti habis jatuh lagi kan, kamu ngurus satu anak saja enggak becus selalu saja jatuh dan jatuh terus!!" omel bu Fatma. Ia nyelonong masuk begitu saja ke dalam kamar Mira, dan untungnya Mira sudah selesai memakai baju.

"Maaf 'Bu, tadi aku mandi sebentar, Celin malah jatuh tertimpa kipas angin," balas Mira segera menggendong Celin.

"Astaga jam segini kamu baru mandi. Sudah berapa kali Ibu bilang sama kamu kalau magrib-mangrib itu jangan mandi apalagi ninggalin anak sendiri, PAMALI. Bebal banget kamu di bilangin, kalau sudah begini susah sendiri kan, lalu di mana Irfan enggak mungkin kan dia belum pulang?" ujar Bu Fatma dengan nada tinggi. Wanita paruh baya itu selalu merasa benar dengan apa yang di ucapnya, ia merasa geram saat sang menantu tak pernah mendengar perintahnya.

"Habis pulang kerja bang Irfan keluar lagi, 'Bu," balas Mira dengan datar. Di dalam kamar yang tak begitu luas ia sibuk menenangkan Celin agar tangisnya segera mereda.

"Ya jelas dia pergi lagi, di rumah pasti dia bosan karena kamu tidak bisa memanjakannya. Makanya jadi istri itu yang pinter memanjakan suami biar suami betah di rumah dan enggak suka jajan di luar. Sebelum Irfan pulang kerja harusnya kamu tuh udah mandi, dandan yang cantik untuk menyambut suami pulang. Jadi suami tuh seneng lihat pemandangan yang segar bukan yang kucel dekil kayak kamu!" ucap Bu Fatma. Ia melenggang pergi begitu saja dan justru membela putranya tanpa mau membantu Mira menenangkan cucunya.

Hati Mira terasa perih dengan semua hinaan itu namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain diam pasrah dan menerima.

**

Keesokan paginya saat Irfan belum bangun, dengan ragu Mira membangunkannya untuk meminta uang. Ia harus segera membeli gas agar bisa memasak, segala ocehan yang akan keluar dari bibir Irfan sudah siap Mira terima.

"Bang, minta uang buat beli gas," ujar Mira.

"Hmm, perasaan beli gas baru satu minggu yang lalu masa udah habis. Memangnya kamu masak apa sih kok boros banget, kalau masak itu jangan boros-boros biar gasnya enggak cepat habis." Dengan suara serak khas bangun tidur Irfan mengomel panjang lebar padahal pertanyaan sang istri sangat singkat.

"Nih, jangan lupa kembaliannya dibalikin. Jangan korupsi," ujar Irfan. Ia menyodorkan uang pecahan lima puluh ribu yang diambilnya dari dompet yang berada di atas nakas samping ranjang.

Mira segera mengambilnya dan berlalu menuju ke warung. Dalam perjalanan ia terus menggerutu, "Bagaimana bisa lelaki itu mengatakan bahwa beli gas baru seminggu padahal beli gas sudah dua minggu yang lalu. Terus gas disuruh menghemat bagaimana bisa coba!"

Kebutuhan rumah seperti gas, galon, token listrik, peralatan mandi, semua sudah di tanggung oleh Irfan. Mira hanya diberi nafkah lima belas ribu sehari untuk kebutuhan dapur, Irfan sama sekali tak mau tahu bagaimana saat bumbu-bumbu lainnya sedang habis.

Terlalu berbakti, setelah membeli gas isi ulang Mira segera pulang tanpa ingin membeli yang lainnya.

"Mana kembaliannya?" tanya Irfan. Ia duduk di teras saat melihat sang istri sudah kembali dari warung langsung menanyakan uang sisa. Saat itu juga Mira segera memberikan kembaliannya.

"Heh kamu jangan coba-coba korupsi ya, Dek. Gas itu harganya dua puluh lima ribu harusnya kembaliannya dua puluh lima ribu juga. Kamu korupsi lima ribu ya cepet kembalikan yang lima ribu," pinta Irfan dengan tatapan marah.

"Harga gas naik, Bang, jadi tiga puluh ribu," balas Mira kesal.

Irfan menuduh sang istri korupsi lima ribu, segitu perhitungannya kah dia.

"Kamu jangan coba-coba bohongi aku, Dek, aku enggak percaya," ujar Irfan. Ia memeriksa semua saku daster Mira, bahkan sampai tega membukanya di depan rumah. Ia berpikir istrinya menyembunyikan di dalam ke**luan.

Beruntung saat Irfan membuka pakaian Mira tak ada orang yang lewat, andai saja ada seseorang yang melihat tindakan Irfan, Mira akan merasa sangat malu.

"Stop, Bang! Ini di depan rumah kalau ada orang yang lewat bagaimana, bisa-bisanya Abang membuka aurat istri sendiri di luar," decap Mira dengan marah juga.

Mira yang menahan kesal segera meninggalkan Irfan sendiri, ia harus segera masak membuat sarapan sebelum putrinya terbangun.

"Jangan lupa kopinya, Dek," teriak Irfan yang masih bisa Mira dengar.

Mira tak menjawab, tanpa Irfan meminta pun ia sudah hapal dengan kebiasaan sang suami. Kopi sudah siap dan sarapan sudah matang Mira segera sarapan terlebih dahulu karena dari kemarin ia belum sempat makan.

Sehabis sarapan Mira merasakan badannya yang terasa pegal serta kepala pusing akibat kurang tidur membuat ia memutuskan untuk berjemur terlebih dahalu.

Semalam Celin demam dan menangis terus, walau sudah diberi obat parasetamol tetapi demamnya tak kunjung mereda membuat Mira begadang. Irfan baru pulang sekitar jam dua, sesampai di rumah dirinya pun langsung tertidur tanpa mau tahu betapa lelahnya Mira. Celin baru tidur sekitar jam empat membuat kepalanya terasa cenat-cenut.

"Maafin Bunda ya, Sayang. Kamu pasti kelaparan dan capek, semoga dengan hadirmu Ayah bisa berubah sayang dengan kita," gumam Mira sembari meraba-raba perutnya yang mulai buncit.

Ya, selain mempunyai balita ia juga tengah mengandung buah hati mereka yang kedua. Usia kandungan Mira empat bulan jalan lima bulan. Itulah yang membuat dirinya cepat lelah dan merasa pusing.

"Enak sekali ya, pagi-pagi sudah nyantai aja!"

Mira sudah hapal dengan suara itu, ia memilih untuk tak meladeni dan tetap menatap sinar matahari yang masih malu-malu menampakkan sinarnya.

Putri, Kakak Irfan itu merasa kesal karena diabaikan adik iparnya. Mereka tinggal satu desa namun berbeda Rt. Wanita berambut sebahu dan dandanan yang sedikit menor menatap benci ke arah Mira. Ia tak suka melihat Amira sedikit bersantai, ia akan merasa puas kalau Amira menderita dan tersiksa.

"Tuan putri jam segini ya sudah nyantai, rumah kayak kandang ya dibiarin aja. Kasihan sekali adikku punya istri tak tahu diri, bisanya cuma tiduran dan bermalas-malasan. Minta dilempar ke laut aja istri macam begitu," ucap Putri lagi dengan tangan bersedakap di dada serta wajah yang nampak angkuh.

Mira membuka mata dan menatap Putri yang tersenyum meremehkan. Kedua wanita itu memang tak pernah akur sejak pertama kali bertemu.

"Nggak usah nyindir-nyindir deh, Mbak, aku udah bangun dari sebelum subuh dan beres-beres rumah waktu semua orang masih tertidur. Selama ini aku selalu diam saja saat dihina dan ditindas namun mulai sekarang aku akan membalas perbuatan kalian, aku tidak sudi kalian injak-injak terus!" balas Mira dengan tegas dan tatapan yang tajam.

Amira berusaha mengumpulkan keberanian untuk membalas cacian sang kakak ipar meski baginya itu tidak mudah.

"Aku yakin, pasti bisa melawan mereka. Selama ini aku diam bukan berarti takut, tetapi aku menghormati mereka. Namun justru mereka menginjak-injak diriku seperti tak ada artinya. Kamu pasti bisa, Mira, ayo lawan orang-orang picik itu!" batin Amira meronta-ronta. Putri dan Mira sudah siap berperang di pagi hari yang cerah.

Bab terkait

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    SAKIT KARENA DIURUT

    "Siapa yang nyindir? aku cuma ngomong doang kok," balas Putri ketus. Ia berlalu masuk ke dalam rumah Ibunya, bu Fatma, yang berada di samping rumah Mira."Abang berangkat dulu, Dek. Ini uang belanjanya jangan lupa masak yang enak biar suaminya doyan makan di rumah," ujar Irfan. Selembar pecahan uang berwarna ungu itu ia sodorkan untuk sang istri."La kok cuma sepuluh ribu, Bang. Dapat apa??" tanya Mira. Ia tak langsung menerima pemberian Irfan dan berharap akan dikasih tambahan."Yang lima ribu kan sudah kamu umpetin, ya ini Abang tinggal nambahin. Makanya jadi istri tuh jangan suka korupsi jangan coba-coba membodohi suamimu ini kamu ya," jawab Irfan. Karena ia terburu-buru untuk segera berangkat bekerja, Ifan memilih meletakkan selembar uang sepuluh ribu di samping tempat duduk Mira."Jangan pelit kamu, Bang, biar rezkinya enggak sulit...." Belum selesai Mira mengucapkan kalimatnya, Irfan sudah dulu memotongnya dengan nada membentak, "Enggak usah sok ceramah mending rawatlah dirimu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    KETAKUTAN

    Celin mengeluarkan kentut yang begitu keras disertai dengan muntah-muntah, badannya terlihat begitu lemas nyaris seperti mau pingsan.Meskipun tidak bersekolah tinggi namun setidaknya Mira tahu bagaimana caranya mengatasi anak yang sedang sakit, zaman sekarang tidaklah sulit untuk mencari informasi tentang apa saja karena kecanggihan internet. Ia pernah membaca tentang perut kembung dan cara mengatasinya.Perut kembung ada berbagai macam penyebabnya, bila penyebabnya akibat penyumbatan usus (ileus obstruktif), area perut tersebut tidak boleh dipijat sedikit pun. Bila ingin memijat harus di periksakan dulu ke dokter apa penyebab kembungnya, jika tidak dilakukan pemeriksaan dan ternyata terjadi penyumbatan usus dan dilakukan pemijatan di area perut bayi akan semakin kembung dan usus semakin tidak bergerak akhirnya terjadilah mampet yang berakibat fatal dan harus segera di operasi."Lepaskan....!!" Mira menepis cengkeraman ibu mertua dan kakak iparnya dengan kuat. Seketika cengkeraman it

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    kedatangan keluarga toxic

    Lelaki berseragam putih itu membenarkan jasnya yang sudah rapi guna melihat expresi wanita di depannya yang tengah menunggu kalimat yang terlontar dari bibirnya. Ada rasa tak tega, namun wanita di hadapannya berhak tahu tentang kondisi putrinya."Sebenarnya, Celin mengalami penyumbatan usus dan itu harus dilakukan operasi," tutur Dokter Reyhan.Mendengar kata operasi seketika tubuh Mira menegang, ketakutan yang ia rasakan kini dialami oleh putri kandungnya sendiri. Ia tak bisa membayangkan betapa sakitnya Celine saat perutnya harus di sayat- sayat. Andai bisa meminta, dirinya akan meminta rasa sakit itu biar ia saja yang merasakannya."Apa tidak ada jalan lain selain operasi, Dok??" tanya Mira dengan lirih. Hatinya yang rapuh kini terasa hancur lebur saat mendapat kenyataan sang buah hati harus menjalani operasi."Bisa Bu, dengan pengobatan yang rutin dan pola hidup yang sehat bisa membantu memulihkan luka tersebut. Tetapi kapan waktu sembuh itu saya tidak bisa menentukan, karena kese

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Hak Yang Terampas

    "Dokter mah selalu begitu, kalau enggak pandai ngomong ya enggak bakalan dapat duit lah mereka, buktinya tuh nyuruh kamu melunasi pembayaran. Memangnya kamu punya duit," balas bu Fatma dengan ketus. Ia sama sekali tak merasa bersalah sedikit pun, di dalam hatinya ia merasa pendapatnya lah yang paling benar.Amira tak membalas karena memang tak punya uang untuk membayar tagihan rumah sakit, uang hasil nuyul pun tak mungkin cukup untuk menebusnya dan ia hanya berharap Irfan akan peka dengan tanggung jawabnya.Amira memilih diam dan membereskan barang-barang Celin, ia tak membawa banyak barang bahkan dirinya hanya membeli satu setel baju ganti saja selama di rumah sakit."Enggak punya duit kan, lagi-lagi mengandalkan putraku! Kamu memang tak akan bisa apa-apa tanpa putraku. Makanya lain kali tuh jangan membangkang kalau di bilangin, nambah-nambahin beban saja kamu itu. Selama menjadi menantuku apa pernah kamu membahagiakan aku sebagai Ibu mertuamu, hah!. Yang ada justru merepotkan putr

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Naik Pangkat

    Caption Putri meluluh lantahkan perasaan Mira, ia memejamkan kedua mata untuk menetralkan dadanya yang berdegup menahan gejolak kemarahan."Calon adik ipar yang cantik, baik hati dan tidak sombong plus kaya. Semoga lancar sampai hari H." Caption Putri membuat Mira yakin kalau Irfan memang mendua. Setahunya Danu hanya anak tunggal, tak mungkin wanita itu calon istrinya Robi, adik mereka yang masih sekolah SMA.Ketika Amira hendak keluar dari aplikasi whattsap, ia melihat status yang baru masuk. Status itu milik Irfan, tak mau menunggu lama ia langsung saja mengkliknya.Lagi dan dan lagi Mira dibuat terkejut, wanita yang bersama Irfan itu wanita yang berfoto bersama Putri barusan. Dalam foto itu Irfan merangkul wanita tersebut dengan mesra, mereka tertawa bersama dan terlihat sangat bahagia. Caption itu berisi, "Terima kasih sayang karena kamu sudah mau menerimaku apa adanya"."Benar, bang Irfan telah menodai pernikahan kami. Pantas saja sela

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Gaji 15 Juta

    Dengan langkah lunglai Mira berjalan untuk pulang, rasanya ia sudah tak kuat menjalani hidupnya. Ia sudah ingin pergi dari keluarga toxic itu.Malam harinya Irfan kembali pulang larut malam, Mira gelisah menunggu kedatangan Irfan, ia sudah tidak sabar meminta penjelasan tentang jabatannya, ia juga penasaran dengan nota yang ditemukan dalam kantong celana Irfan saat mencuci tadi siang.Jam sebelas malam terdengar suara mobil Irfan berhenti di teras rumah Bu Fatma. Iya, Irfan lebih memilih memarkirkan mobilnya di depan rumah sang Ibu dari pada di rumahnya sendiri.Ceklek...!Pintu ruang tamu terdengar dibuka, Irfan memang membawa kunci cadangan jadi Amira tak perlu membukakan pintu lagi.Klek...!Lampu ruang keluarga di hidupkan oleh Irfan, terlihat wajahnya yang begitu lelah, kemejanya pun sangat lusuh tidak seperti saat dirinya berangkat tadi pagi yang begitu rapi dan penuh semangat."Dek, kamu belum tidur??" tany

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Pelakor Itu Ternyata....

    POV AMIRASetelah sampai di ruang tamu, aku melihat Mbak Putri yang nampak terburu-buru."Ada apa?" tanyaku tanpa expresi. Aku malas sekali menatap wanita yang jadi benalu dalam rumah tanggaku."Cepat kamu bersiap dan ke rumahku sekarang, karena aku mau ngadain acara ulang tahun anakku, jadi kamu harus bantu masak!" perintah Mbak Putri. Ia memerintah sesukanya layaknya bos kepada karyawan dengan expresi memaksa.Seperti sebelum-sebelumnya, setiap kali anaknya akan ulang tahun selalu aku yang di suruh memasak. Bilangnya cuma membantu tetapi nyatanya akulah yang full memasak, dirinya hanya sibuk bermain hp dan cekrak cekrek seperti wartawan."Enggak mau, aku capek," balasku. Aku beranjak ingin masuk ke dalam lagi dan tak mau meladeni wanita benalu itu.Tiba-tiba Mbak Putri mencengkeram pergelangan tanganku dan berucap sambil melotot, "Kamu sudah berani menolak perintahku!"Dia pikir aku bakalan takut dan tunduk seperti sebelumnya, ooh no!"Kenapa? Kamu pikir dirimu siapa bisa memerintah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Di Istimewakan Karena Cantik

    Plak... Irfan menarik lengan sang istri lalu melayangkan pukulan di wajah Mira. Tamparan itu mendarat di pipi Mira, terasa begitu sakit dan perih. Irfan nampak emosi, rahangnya terlihat mengeras dan ia tak terima dengan perkataan Mira."Jangan pernah mengatakan kalau Laura wanita sampah, dia itu wanita baik-baik, dia cantik, wangi dan sexy tidak seperti kamu!!" ucap Irfan menggebu dan membandingkan istri dengan gundiknya. Tatapan matanya begitu tajam terasa menghunus jantung Mira, ia sangat murka saat sang istri menyebut Laura dengan wanita sampah.Kedua pasangan sah itu saling menatap penuh ketidaksukaan, sedangkan Laura yang masih berada di ruang tamu tersenyum mendengar pertengkaran Irfan dan Mira. Hal itulah yang ia inginkan membuat pasangan suami istri itu bertengkar lalu berpisah. Ia berharap bisa menggantikan posisi Mira sebagai nyonya Irfan."Tak ada wanita baik-baik yang mau merebut suami orang, Bang," balas Mira dengan tersenyum getir. Kedua matanya sudah berkaca-kaca menah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09

Bab terbaru

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Part Ending

    "Raka, kamu beneran ngasih ini semuanya buat kami?" tanya Amira setelah ia melihat mas kawin yang diberikan suaminya."Iya, Mir. Semuanya buat kalian, dan masih banyak lagi yang akan aku berikan buat kalian salah salah satunya kasih sayang," balas Raka."Masya Allah, Raka. Aku enggak meminta harta yang berlimpah, aku hanya meminta kasih sayang dan tanggung jawabmu, tetapi kenapa kamu memberiku sebanyak ini. Dari mana kamu dapatkan ini, Rak? Bahkan kamu bisa menyiapkan semuanya sebaik ini. Apa jangan-jangan kamu keluarga Sultan?" tanya Amira dengan kedua mata yang berkaca-kaca.Setelah selesai akad mereka naik ke atas panggung untuk sesi pemotretan dan lainnya."Iya, semua yang mengurus orang-orangku dari Bali. Hartaku di Bali sangat berlimpah dan aku yakin tidak akan habis di makan tujuh belas turunan. Kamu jangan ngomong kayak gitu, kamu dan anak-anak segalanya untukku. Jadi milikku juga jadi milikmu," ucap Raka menghapus air mata Amira yang mulai berjatuhan."Jangan nangis, Mir. Nan

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Ikatan Baru

    Hari Minggu yang dinanti akhirnya tiba. Di sebuah ruangan dengan cermin besar berhias lampu, Amira duduk tenang, matanya menatap pantulan wajah yang perlahan berubah semakin memukau di tangan MUA terbaik yang telah dipilih oleh anak buah Raka. Jemarinya yang halus menyentuh gaun yang menjuntai indah, seolah merasakan kehangatan hari istimewa yang sudah di depan mata.Sementara itu, di sudut lain ruangan, Celine, putrinya yang ceria, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Gadis kecil itu duduk dengan riang saat dirinya dipakaikan gaun yang membuatnya tampak seperti seorang putri dari negeri dongeng. Senyumnya mengembang, matanya berbinar, membayangkan momen di mana ia akan berjalan di samping Amira, dan akhirnya, memiliki seorang ayah. Hari ini bukan hanya hari untuk Amira, tapi juga untuk Celine, yang merasa dunia kecilnya kini lengkap dan penuh cinta.Jantung Amira berdegup semakin cepat seiring waktu berlalu. Pernikahan kali ini terasa jauh lebih mendebarkan dibandingkan sebelumnya

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Amira Mendapat Cemoohan

    Pikiran Raka melayang-layang di dalam kecemasan, keluarganya di Bali, terutama Ajik dan Biyang—ayah dan ibunya, punya pandangan yang sangat tradisional tentang pernikahan. Status Amira sebagai seorang janda membuat segalanya terasa lebih sulit.“Halo, Bli. Saya sudah menyampaikan pesan kepada Ajik dan Biyang,” suara Pak Wayan terdengar dari seberang sana, tenang namun sedikit berat.Raka terdiam sejenak, mencoba meredakan degup jantungnya yang semakin cepat. “Bagaimana keputusan mereka, Pak?” tanyanya, tak mampu menyembunyikan kegugupannya.Di seberang telepon, Pak Wayan terdiam beberapa saat. Keheningan itu semakin membuat Raka gelisah. Ia tahu betul betapa keras kepala keluarganya dalam urusan pernikahan. Seandainya Amira tidak mendapat restu hanya karena statusnya, ia sudah bertekad tidak akan pernah kembali ke Bali—tanah kelahirannya yang selama ini ia jaga dalam hati.“Ajik dan Biyang setuju, Bli,” akhirnya Pak Wayan berbicara, suaranya terdengar lebih ringan. “Mereka sudah meres

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Cahaya Di Tengah Perjuangan

    Amira menarik napas dalam-dalam. Rasa haru memenuhi dadanya. Setiap kata yang diucapkan Raka menyentuh hatinya, meski keraguan masih bergelayut di pikirannya. Dengan Bismillah, ia akhirnya berkata, "Iya. Aku."Raka tersenyum lebar, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Alhamdulillah, terima kasih, Mira. Terima kasih sudah mau menerimaku. Jujur, aku merasa hidupku kembali berwarna sejak bertemu kamu."Amira tersenyum tipis, "Aku juga bersyukur bisa ketemu sama kamu." Mereka saling tersenyum dan menatap satu sama lain, seakan-akan dunia di sekitar mereka menghilang. Hanya ada mereka berdua, tenggelam dalam keheningan yang penuh makna, seolah-olah waktu berhenti dan semua yang mereka butuhkan hanyalah kehadiran satu sama lain."Aku mau kita menikah Minggu depan ya, aku udah enggak sabar ingin menghalalkanmu, Mir," ujar Raka serius."Hah! Kamu beneran? Nikah itu bukan permainan, Rak, kita harus mengurus ini itu dan banyak hal yang harus di urus. Paling tidak dua bulanan lah," balas Amira.

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Keputusan Di Senja Hari

    Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di parkiran pelataran gedung bioskop. Mereka berempat akhirnya turun dan masuk ke dalam gedung.Suasana lumayan ramai, kebanyakan pengunjung para muda-mudi dan para keluarga kecil yang ingin mencari hiburan di tempat ini.Raka segera membeli tiket. Setelah itu, tak lupa ia juga membeli cemilan untuk teman mereka nonton sebentar lagi. Kini dua popcorn berukuran jumbo dan empat minuman sudah berada di tangan mereka.Mereka bergegas masuk ke dalam studio yang sebentar lagi akan menayangkan film yang diinginkan Celine dan Kenzo. Mereka langsung mencari tempat duduk yang tadi sudah di pesan, tempat duduk di bagian tengah. Lokasi ternyaman di ruangan ini.Mereka berempat duduk di kursi tersebut. Celine dan Kenzo di tengah, Celine di sebelah kiri Raka sedangkan Kenzo di sebelah kanan sang bunda. "Aku udah enggak sabar, Om, nonton filmnya," ujar Celine."Iya, ini sebentar lagi mau di putar. Sabar ya," balas Raka sembari mengusap pucuk kepala Celine d

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Dalam Dekapan Kebersamaan

    Raka serta Amira dan Kenzo menjemput Celine ke sekolah. Mereka berencana untuk jalan-jalan dan makan bersama. Raka mengendarai mobil Amira menuju sekolahan Celine. Raka memutar kemudi perlahan, lalu menepikan mobil di bawah bayangan pohon besar yang menaungi gerbang sekolah. Cuaca siang itu terasa hangat, namun teduh karena dahan pohon yang melindungi dari teriknya matahari. Amira menghela napas ringan saat melihat anak-anak mulai berlari ke arah gerbang, beberapa diantaranya tersenyum lebar menyambut orang tua mereka. “Kita sudah sampai,” ujar Raka seraya mematikan mesin mobil. Ia memandang sekilas ke arah Amira yang tampak sibuk menatap keluar jendela. "Ya, akhirnya. Semoga Celine segera keluar," jawab Amira sambil membuka pintu mobil. Suaranya terdengar lembut, namun ada sedikit nada kelelahan. Sedangkan Kenzo anteng duduk di kursi barisan kedua sambil makan permen lolipop. Begitu Amira menginjakkan kaki di trotoar, angin segar menyapu wajahnya. Ia memicingkan mata, mencoba me

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Kebahagiaan Malam Itu

    Jantung Amira berdebar tak terkendali. Tiap kali Raka berada di dekatnya, perasaannya selalu bercampur aduk—antara gugup, bahagia, dan sesuatu yang lebih sulit ia ungkapkan. Tatapan Raka begitu tulus, namun Amira berusaha mengabaikan getaran-getaran yang mengguncang hatinya. Ia takut jika terlalu larut, ia akan membuka dirinya pada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak siap ia hadapi.Mereka masih berdiri di bawah rembulan yang bersinar menambahkan suasana hangat yang tak membantu menenangkan perasaan Amira. Raka masih menatap ke arahnya seolah berusaha sabar menanti jawaban yang keluar dari bibirnya. Amira berusaha keras tetap tenang, tapi ia tahu wajahnya mungkin sedikit memerah.Raka menarik napas dalam, kemudian berkata pelan, “Mira... Aku nggak tahu gimana caranya bilang ini. Tapi tiap kali aku sama kamu, aku merasa... ada sesuatu yang berbeda. Rasanya seperti... aku menemukan sesuatu yang hilang.”Amira menunduk, hatinya berdebar semakin cepat.

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Di Bawah Bintang

    Malam itu begitu cerah. Bulan purnama menggantung di langit, cahayanya memantul di dedaunan, menciptakan bayangan lembut di sekitar markas. Di depan bangunan sederhana itu, pemanggangan sudah siap. Aroma daging yang terbakar perlahan memenuhi udara, membuat suasana semakin akrab. Raka, Amira, Celine, dan Kenzo berkumpul bersama anak-anak jalan, tertawa dan bercanda sambil menyiapkan bahan-bahan untuk acara bakar-bakaran.Kenzo, yang baru pertama kali bertemu mereka, mudah berbaur. Celine, yang awalnya tampak canggung, kini ikut tertawa bersama anak-anak lainnya. Kehangatan mereka terasa menyelimuti malam, membuat Celine dan Kenzo merasa seolah sudah lama menjadi bagian dari kelompok itu.Setelah makan bersama, suasana mulai tenang. Anak-anak mulai duduk bersandar, kekenyangan. Raka, yang sejak awal tampak lebih tenang dan memikirkan sesuatu, akhirnya mengajak Amira berbicara di belakang markas, di bawah bintang yang berkilauan.Amira mengikuti Raka dengan langkah pelan. Mereka berdiri

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Rista Tak Suka Raka

    Rista dan Dimas mengendarai mobil mereka dengan perlahan, menikmati udara malam yang sejuk. Suasana jalanan cukup lengang, hanya beberapa kendaraan berlalu lalang di sekitar mereka. Mereka berniat mencari angin segar, berkeliling tanpa tujuan pasti. Namun, saat mobil melintasi sebuah trotoar di pinggir jalan, pandangan Rista tiba-tiba terpaku pada sekelompok orang yang sedang bercengkerama di sana.“Amira?” gumam Rista, menyipitkan matanya untuk memastikan. Sosok itu berdiri bersama beberapa orang yang juga tak asing baginya, termasuk Celine dan Kenzo. Namun, ada seorang pria lain di antara mereka yang tidak dikenalnya."Mas, berhenti sebentar. Itu Amira," kata Rista cepat-cepat kepada Dimas.Dimas segera memarkirkan mobil di tepi jalan, tak jauh dari Amira dan rombongannya. Rista turun dan memanggil, “Mira?”Amira menoleh, ekspresi wajahnya terkejut namun segera berubah ramah. “Mbak Rista? Wah, enggak nyangka kita ketemu di sini!”Rista tersenyum tipis, lalu menghampiri mereka dengan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status