Share

Pak Andi

Penulis: Sri_Eahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 20:26:30

Di tempat lain Laura sedang berada di sekitar Pasar Minggu, berjalan ke sana kemari mencari pekerjaan. Sebulan yang lalu, ia dipecat oleh majikannya karena ketahuan menggoda majikan lelaki, padahal majikan perempuannya sudah sangat baik kepadanya.

Ia mencoba masuk ke toko elektronik dan tanpa berbasa-basi basi ia langsung bertanya, " Mas, di toko ini sedang mencari karyawan enggak? Aku mau ngelamar kerja?" tanya Laura kepada salah satu lelaki yang berjaga di toko tersebut.

"Disini udah cukup karyawannya, Mbak. Coba tanya di toko-toko sebelah siapa tau masih butuh karyawan baru," balas lelaki tersebut.

"Ooh ya sudah kalau begitu, Mas. Terima kasih ya," ujar Laura. Ia segera keluar dan bergegas masuk ke toko-toko sebelahnya.

Laura memilih masuk ke dalam toko kain terlebih dahulu, ia melihat seorang wanita sedang mengukur kain di sisi kiri pintu toko.

"Mbak, mau nanya di sini butuh karyawan enggak ya?" tanya Laura pada wanita berbaju merah marun.

"Enggak, Mbak, di sini sudah penuh. Coba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Negosiasi Pernikahan

    Semenjak hari itu Laura bekerja di kios Pak Andi, semua berjalan dengan baik meski pun pekerjaannya tak hanya menjaga kios melainkan juga sebagai asisten rumah tangga."La, ayo makan siang dulu. Ini aku beli makanan di luar di jamin wenak, kamu enggak usah repot-repot masak," ujar Pak Andi menenteng kantong kresek berukuran kecil.Laura yang memang sedang kelaparan dengan semangat ia mendekat ke arah Pak Andi. "Sebentar, Pak, aku tak ambil piring dulu," balas Laura. Ia segera ke dapur untuk mengambil piring, setelah itu menghampiri pak Andi yang duduk di lantai di atas karpet.Pak Andi membuka bungkusan sate, sedangkan Laura membuka bungkusan sayur sop. Setelah itu mereka mengambil nasi yang sudah dikasih lauk."Enak ya, La, sate ayamnya sama sayur sop tulang ayamnya," ujar pak Andi sambil makan."He'em rasanya lumayan lah . Tapi kok satenya dikit ya, Pak, sayur tulangnya juga isinya dikit yang banyak cuma kuahnya doang. Aneh banget penjualnya kayak jualan kuah doang," balas Laura."

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-29
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Kecewa

    "Kalau Bapak masih keberatan berarti mas kawinnya harus banyak. Biar aku enggak nyesel nikah sama Bapak, apalagi aku ini masih muda. Umurku masih dua puluh tujuh tahun loh, Pak, sedangkan Bapak udah lima puluh lima tahun. Harusnya mahal mas kawinnya," imbuh Laura yang matre. Ia melihat Pak Andi yang masih nampak berpikir."Iya Bapak juga nyadar kalau udah tua dan kamu masih muda, makanya Bapak ngebet banget pengen nikahin kamu. Memangnya kamu mau mas kawin apa, La?" tanya Pak Andi yang sudah dibutakan oleh nafsu."Aku mau mas kawin berupa rumah di pusat kota sama mobil baru," jawab Laura tanpa ragu. "Bapak bisa kan ngasih itu semua?"Pak Andi tertegun mendengar permintaan Laura yang tidak main-main. "Rumah di pusat kota sama mobil baru? Wah, itu sih bukan mas kawin biasa, La.""Tapi kan Bapak yang bilang mau nikahin aku, jadi harus siap dong ngasih yang aku minta," jawab Laura dengan nada manja tapi tegas.Pak Andi menarik napas dalam-dalam. "Baiklah, La. Bapak akan usahakan. Tapi kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-30
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Rumah Kejutan

    Setelah selesai makan Pak Andi mendekati Pak Jamal hendak berpamitan, "Pak, makasih bantuannya. Sekarang udah sore kami semua langsung pamit ya, saya juga mau langsung boyong istri ke rumah. Ini juga malem Minggu takut ganggu acara pak Jamal.""Sama-sama. Semoga rumah tangganya langgeng ya," balas pak Jamal.Laura dan semuanya menuju mobil angkot sateran, Pak Andi selalu nempel dengan Laura dan tak mau jauh-jauh dari istrinya. "La, turunin Ibu sama Bapak di jalan manggis ya, besok kami harus bekerja. Kamu baik-baik ya, jangan lupa sering mampir ke rumah," ucap Sulasih. Ia dan suaminya adalah orang tua sewaan Laura yang tinggal di dekat kontrakannya."Iya, Bu. Makasih ya, besok aku akan mampir ke rumah," balas Laura. Setelah mengantarkan orang tua dan saudara sewaan Laura sekarang mengantarkan keluarga dan kerabat Pak Andi."Aku heran kenapa Keluarga Pak Andi sejak siang enggak ada yang menyapaku? Apa mereka sombong atau justru malu. Kalau sombong apa yang di sombongin, penampilan aja

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-02
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Hutan Perak

    "Assalamualaikum...!!"Pagi ini Amira mengajak kedua buah hatinya berkunjung ke rumah Rista. Weekend pagi sesuai kesepakatan mereka seminggu yang lalu berencana untuk pergi ke taman bermain di Hutan Awan Perak. Rista membuka pintu dan menyambut mereka dengan senyuman hangat. "Waalaikumsalam, Amira! Silakan masuk. Anak-anak pasti senang sekali hari ini."Kedua wanita itu saling berpelukan serta cipika cipiki, simbol bahwa kedekatan mereka tak diragukan lagi."Terima kasih, Mbak Rista. Mereka sudah tak sabar sejak semalam, lihatlah betapa antusiasnya mereka, padahal belum tahu tempatnya seperti apa kan," jawab Amira sambil tersenyum."Kak Kevin, ayo kita kemping!" seru Celine. Ia begitu antusias melihat keadaan Kevin yang sudah siap, dirinya berlari masuk ke dalam rumah dan segera memeluk tubuh Kevin.Sedangkan Kevin menatap Celine datar, ekspresinya benar-benar dingin. Bagi siapa pun yang belum mengenalnya akan takut saat melihat tatapan tajam Kevin. "Apa sih, Cel, jadi cewek jangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Kenapa main gendong-gendongan?

    *Cinta bukanlah saling memandang, tetapi melihat ke luar bersama-sama ke arah yang sama.*_____________"Kamu jangan gila deh, Mir, baru aja ketemu Irfan lagi terus hatimu goyah. Kamu enggak ingat apa, gimana dia nyakitin kamu. Bahkan menelantarkanmu dan anak-anak, aku enggak habis pikir sama kamu yang selalu enggak tegaan!" tuduh Rista lagi tanpa mau memberi Mira penjelasan.Mira menghela napas panjang. "Bukan begitu, Mbak. Aku cuma merasa dia sudah cukup menderita. Dendam enggak akan bikin hidup kita lebih baik."Rista menatap Mira dengan tajam. "Jadi kamu mau maafin dia begitu saja?""Bukan soal memaafkan, Mbak. Aku cuma enggak mau menambah beban hidupku dengan kebencian. Aku cuma mau hidup tenang. Aku sudah memaafkan Bang Irfan, bukan berarti mau rujuk dengannya. Memaafkan bukan berarti mau mengulang kesalahan yang sama, aku enggak mau jatuh di lubang yang sama."Rista menggelengkan kepala, frustasi. "Kamu terlalu baik, Mir. Terlalu lembut hati. Dunia ini keras, kamu harus belajar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Celine menangis

    Beberapa waktu sebelumnya...."Kak, asyik tau' main air." Celine sedang asyik tertawa dan bermain air, bahkan ia beberapa kali mencipratkan air ke wajah Kevin berharap lelaki itu akan tertawa atau terhibur. Namun, ekor matanya tak sengaja melihat perahu lain yang dihuni oleh dua orang dewasa dan satu anak seumuran Kenzo.Celine tak bisa mendengar obrolan orang tersebut, namun ia bisa melihat betapa bahagianya gadis kecil itu saat di goda sang ayah. Gadis kecil itu tertawa tanpa beban saat sang ayah menggelitik perutnya tak lama setelah itu sang Ayah mendekap tubuhnya dan mencium kening gadis tersebut. Sedangkan Ibunya juga tertawa bahagia dengan kebersamaan yang sederhana itu. 'Betapa bahagianya bila mempunyai sosok Ayah seperti lelaki itu' pikir Celine. Hati Celine terasa pilu, sejak kecil ia tak pernah merasakan kasih sayang sosok seorang Ayah, meski ia memiliki Ayah kandung dan hidup bersama namun Ayahnya sama sekali tak pernah mau menggendongnya apalagi mengajaknya bermain.Kevi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Bantuan dari hamba Allah

    Seketika tenggorokan Celine merasa tercekat, ia yang akan menyuap nasi menjadi urung."Bun, bisa enggak sih enggak usah ketemu Ayah. Aku benci Ayah!!" Tentu saja Celine hanya bisa mengatakannya di dalam hati, ia tak berani mengungkapkan. Ia tak mau Bundanya marah.Amira memperhatikan ekspresi lesu Celine dan merasa ada yang tidak beres. Meskipun Celine berusaha tersenyum, Amira merasa perlu mengungkapkan kekhawatirannya."Sayang, apa yang terjadi? Kamu tampak sedih," tanya Amira dengan lembut sambil menepuk pelan tangan Celine.Celine menatap ibunya sejenak, ragu untuk berbagi perasaannya. Namun akhirnya, dengan suara yang hampir tercekat, ia berkata, "Bun, aku... aku enggak ingin ketemu Ayah."Amira mengernyitkan keningnya, merasa sedih melihat anaknya seperti ini. "Kenapa, sayang? Apa yang terjadi?" tanyanya lagi dengan penuh perhatian.Celine menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, "Aku merasa Ayah tidak mengerti aku, Bun. Aku merasa seperti dia tidak peduli."Amira me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Malam Pertama Pak Andi dan Laura

    Laura benar-benar merasa kesal, apa yang ia bayangkan tidak sesuai ekspetasi. Hidup bersama Pak Andi ternyata lebih ribet plus repot.Beberapa saat kemudian setelah selesai mandi Laura mencari Pak Andi yang ternyata tertidur pulas di kamar. Ia berinisiatif segera membangunkannya."Bang, bangun. Bangun dulu, sana mandi keringatmu bau tanah sejak di angkot tadi."Pak Andi mengerang pelan sebelum membuka matanya dengan malas. "Ada apa, La? Aku baru saja tidur," keluhnya sambil merentangkan tubuhnya di tempat tidur."Ya, aku tahu, tapi kamu harus mandi. Serius, baumu sudah nggak tahan lagi," jawab Laura masih kesal.Pak Andi mendesah dan bangkit dari tempat tidur dengan enggan. "Oke, oke. Aku mandi sekarang. Tapi kamu tunggu dulu ya, lebih baik istirahat dulu dengan rebahan disini. Sebentar lagi Abang akan nyusul," ujar Pak Andi segera beranjak menuju kamar mandi.Setelah sampai di kamar mandi ternyata bak sudah terisi air membuat pak Andi tersenyum."Wah, ternyata bak-nya udah diisi Laur

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25

Bab terbaru

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Part Ending

    "Raka, kamu beneran ngasih ini semuanya buat kami?" tanya Amira setelah ia melihat mas kawin yang diberikan suaminya."Iya, Mir. Semuanya buat kalian, dan masih banyak lagi yang akan aku berikan buat kalian salah salah satunya kasih sayang," balas Raka."Masya Allah, Raka. Aku enggak meminta harta yang berlimpah, aku hanya meminta kasih sayang dan tanggung jawabmu, tetapi kenapa kamu memberiku sebanyak ini. Dari mana kamu dapatkan ini, Rak? Bahkan kamu bisa menyiapkan semuanya sebaik ini. Apa jangan-jangan kamu keluarga Sultan?" tanya Amira dengan kedua mata yang berkaca-kaca.Setelah selesai akad mereka naik ke atas panggung untuk sesi pemotretan dan lainnya."Iya, semua yang mengurus orang-orangku dari Bali. Hartaku di Bali sangat berlimpah dan aku yakin tidak akan habis di makan tujuh belas turunan. Kamu jangan ngomong kayak gitu, kamu dan anak-anak segalanya untukku. Jadi milikku juga jadi milikmu," ucap Raka menghapus air mata Amira yang mulai berjatuhan."Jangan nangis, Mir. Nan

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Ikatan Baru

    Hari Minggu yang dinanti akhirnya tiba. Di sebuah ruangan dengan cermin besar berhias lampu, Amira duduk tenang, matanya menatap pantulan wajah yang perlahan berubah semakin memukau di tangan MUA terbaik yang telah dipilih oleh anak buah Raka. Jemarinya yang halus menyentuh gaun yang menjuntai indah, seolah merasakan kehangatan hari istimewa yang sudah di depan mata.Sementara itu, di sudut lain ruangan, Celine, putrinya yang ceria, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Gadis kecil itu duduk dengan riang saat dirinya dipakaikan gaun yang membuatnya tampak seperti seorang putri dari negeri dongeng. Senyumnya mengembang, matanya berbinar, membayangkan momen di mana ia akan berjalan di samping Amira, dan akhirnya, memiliki seorang ayah. Hari ini bukan hanya hari untuk Amira, tapi juga untuk Celine, yang merasa dunia kecilnya kini lengkap dan penuh cinta.Jantung Amira berdegup semakin cepat seiring waktu berlalu. Pernikahan kali ini terasa jauh lebih mendebarkan dibandingkan sebelumnya

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Amira Mendapat Cemoohan

    Pikiran Raka melayang-layang di dalam kecemasan, keluarganya di Bali, terutama Ajik dan Biyang—ayah dan ibunya, punya pandangan yang sangat tradisional tentang pernikahan. Status Amira sebagai seorang janda membuat segalanya terasa lebih sulit.“Halo, Bli. Saya sudah menyampaikan pesan kepada Ajik dan Biyang,” suara Pak Wayan terdengar dari seberang sana, tenang namun sedikit berat.Raka terdiam sejenak, mencoba meredakan degup jantungnya yang semakin cepat. “Bagaimana keputusan mereka, Pak?” tanyanya, tak mampu menyembunyikan kegugupannya.Di seberang telepon, Pak Wayan terdiam beberapa saat. Keheningan itu semakin membuat Raka gelisah. Ia tahu betul betapa keras kepala keluarganya dalam urusan pernikahan. Seandainya Amira tidak mendapat restu hanya karena statusnya, ia sudah bertekad tidak akan pernah kembali ke Bali—tanah kelahirannya yang selama ini ia jaga dalam hati.“Ajik dan Biyang setuju, Bli,” akhirnya Pak Wayan berbicara, suaranya terdengar lebih ringan. “Mereka sudah meres

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Cahaya Di Tengah Perjuangan

    Amira menarik napas dalam-dalam. Rasa haru memenuhi dadanya. Setiap kata yang diucapkan Raka menyentuh hatinya, meski keraguan masih bergelayut di pikirannya. Dengan Bismillah, ia akhirnya berkata, "Iya. Aku."Raka tersenyum lebar, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Alhamdulillah, terima kasih, Mira. Terima kasih sudah mau menerimaku. Jujur, aku merasa hidupku kembali berwarna sejak bertemu kamu."Amira tersenyum tipis, "Aku juga bersyukur bisa ketemu sama kamu." Mereka saling tersenyum dan menatap satu sama lain, seakan-akan dunia di sekitar mereka menghilang. Hanya ada mereka berdua, tenggelam dalam keheningan yang penuh makna, seolah-olah waktu berhenti dan semua yang mereka butuhkan hanyalah kehadiran satu sama lain."Aku mau kita menikah Minggu depan ya, aku udah enggak sabar ingin menghalalkanmu, Mir," ujar Raka serius."Hah! Kamu beneran? Nikah itu bukan permainan, Rak, kita harus mengurus ini itu dan banyak hal yang harus di urus. Paling tidak dua bulanan lah," balas Amira.

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Keputusan Di Senja Hari

    Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di parkiran pelataran gedung bioskop. Mereka berempat akhirnya turun dan masuk ke dalam gedung.Suasana lumayan ramai, kebanyakan pengunjung para muda-mudi dan para keluarga kecil yang ingin mencari hiburan di tempat ini.Raka segera membeli tiket. Setelah itu, tak lupa ia juga membeli cemilan untuk teman mereka nonton sebentar lagi. Kini dua popcorn berukuran jumbo dan empat minuman sudah berada di tangan mereka.Mereka bergegas masuk ke dalam studio yang sebentar lagi akan menayangkan film yang diinginkan Celine dan Kenzo. Mereka langsung mencari tempat duduk yang tadi sudah di pesan, tempat duduk di bagian tengah. Lokasi ternyaman di ruangan ini.Mereka berempat duduk di kursi tersebut. Celine dan Kenzo di tengah, Celine di sebelah kiri Raka sedangkan Kenzo di sebelah kanan sang bunda. "Aku udah enggak sabar, Om, nonton filmnya," ujar Celine."Iya, ini sebentar lagi mau di putar. Sabar ya," balas Raka sembari mengusap pucuk kepala Celine d

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Dalam Dekapan Kebersamaan

    Raka serta Amira dan Kenzo menjemput Celine ke sekolah. Mereka berencana untuk jalan-jalan dan makan bersama. Raka mengendarai mobil Amira menuju sekolahan Celine. Raka memutar kemudi perlahan, lalu menepikan mobil di bawah bayangan pohon besar yang menaungi gerbang sekolah. Cuaca siang itu terasa hangat, namun teduh karena dahan pohon yang melindungi dari teriknya matahari. Amira menghela napas ringan saat melihat anak-anak mulai berlari ke arah gerbang, beberapa diantaranya tersenyum lebar menyambut orang tua mereka. “Kita sudah sampai,” ujar Raka seraya mematikan mesin mobil. Ia memandang sekilas ke arah Amira yang tampak sibuk menatap keluar jendela. "Ya, akhirnya. Semoga Celine segera keluar," jawab Amira sambil membuka pintu mobil. Suaranya terdengar lembut, namun ada sedikit nada kelelahan. Sedangkan Kenzo anteng duduk di kursi barisan kedua sambil makan permen lolipop. Begitu Amira menginjakkan kaki di trotoar, angin segar menyapu wajahnya. Ia memicingkan mata, mencoba me

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Kebahagiaan Malam Itu

    Jantung Amira berdebar tak terkendali. Tiap kali Raka berada di dekatnya, perasaannya selalu bercampur aduk—antara gugup, bahagia, dan sesuatu yang lebih sulit ia ungkapkan. Tatapan Raka begitu tulus, namun Amira berusaha mengabaikan getaran-getaran yang mengguncang hatinya. Ia takut jika terlalu larut, ia akan membuka dirinya pada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak siap ia hadapi.Mereka masih berdiri di bawah rembulan yang bersinar menambahkan suasana hangat yang tak membantu menenangkan perasaan Amira. Raka masih menatap ke arahnya seolah berusaha sabar menanti jawaban yang keluar dari bibirnya. Amira berusaha keras tetap tenang, tapi ia tahu wajahnya mungkin sedikit memerah.Raka menarik napas dalam, kemudian berkata pelan, “Mira... Aku nggak tahu gimana caranya bilang ini. Tapi tiap kali aku sama kamu, aku merasa... ada sesuatu yang berbeda. Rasanya seperti... aku menemukan sesuatu yang hilang.”Amira menunduk, hatinya berdebar semakin cepat.

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Di Bawah Bintang

    Malam itu begitu cerah. Bulan purnama menggantung di langit, cahayanya memantul di dedaunan, menciptakan bayangan lembut di sekitar markas. Di depan bangunan sederhana itu, pemanggangan sudah siap. Aroma daging yang terbakar perlahan memenuhi udara, membuat suasana semakin akrab. Raka, Amira, Celine, dan Kenzo berkumpul bersama anak-anak jalan, tertawa dan bercanda sambil menyiapkan bahan-bahan untuk acara bakar-bakaran.Kenzo, yang baru pertama kali bertemu mereka, mudah berbaur. Celine, yang awalnya tampak canggung, kini ikut tertawa bersama anak-anak lainnya. Kehangatan mereka terasa menyelimuti malam, membuat Celine dan Kenzo merasa seolah sudah lama menjadi bagian dari kelompok itu.Setelah makan bersama, suasana mulai tenang. Anak-anak mulai duduk bersandar, kekenyangan. Raka, yang sejak awal tampak lebih tenang dan memikirkan sesuatu, akhirnya mengajak Amira berbicara di belakang markas, di bawah bintang yang berkilauan.Amira mengikuti Raka dengan langkah pelan. Mereka berdiri

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Rista Tak Suka Raka

    Rista dan Dimas mengendarai mobil mereka dengan perlahan, menikmati udara malam yang sejuk. Suasana jalanan cukup lengang, hanya beberapa kendaraan berlalu lalang di sekitar mereka. Mereka berniat mencari angin segar, berkeliling tanpa tujuan pasti. Namun, saat mobil melintasi sebuah trotoar di pinggir jalan, pandangan Rista tiba-tiba terpaku pada sekelompok orang yang sedang bercengkerama di sana.“Amira?” gumam Rista, menyipitkan matanya untuk memastikan. Sosok itu berdiri bersama beberapa orang yang juga tak asing baginya, termasuk Celine dan Kenzo. Namun, ada seorang pria lain di antara mereka yang tidak dikenalnya."Mas, berhenti sebentar. Itu Amira," kata Rista cepat-cepat kepada Dimas.Dimas segera memarkirkan mobil di tepi jalan, tak jauh dari Amira dan rombongannya. Rista turun dan memanggil, “Mira?”Amira menoleh, ekspresi wajahnya terkejut namun segera berubah ramah. “Mbak Rista? Wah, enggak nyangka kita ketemu di sini!”Rista tersenyum tipis, lalu menghampiri mereka dengan

DMCA.com Protection Status