Home / Romansa / Setelah Menonton Video / 1. Calon Pengantin

Share

Setelah Menonton Video
Setelah Menonton Video
Author: Diganti Mawaddah

1. Calon Pengantin

last update Last Updated: 2025-01-14 14:32:35

Gara-gara temanku mengirimkan Video Dewasa, pembantuku yang menjadi pel4mpiasan. Padahal minggu depan aku akan menikah.

"Halo, Bro."

"Iya, kenapa?"

"Lagi di mana? di rumah?"

"Iya, gue di rumah. Payah banget nyokap gue, masa gue bener-bener dipingit." Terdengar suara Heru tertawa.

"Gak papa, Vid, nurut aja apa kata nyokap lu. Di rumah juga pasti rame orang'kan, lo gak bakalan kesepian."

"Tahu nih, lagi pada keluar. Rumah sepi. Si Mbak doang adanya. Kenapa, tumben lu nelpon? Sabtu nanti lu jangan lupa jadi bridesman gue."

"Iya, siap. Makanya ini, gue ada kirimin video ke HP lu, coba buka dan lu pelajari ha ha ha... lu kan mau jadi manten. Oke!"

Baru mau menyanggah, panggilan dari Heru sudah terputus. Aku langsung menekan pesan video yang dikirim oleh Heru lima menit yang lalu. Video apa, sih?

Aku mendelik saat gambar pertama adalah wanita berpakaian begitu terbuka sedang berada di dapur. Lalu... dan seterusnya... jakunku naik turun melihat adegan demi adegan. Keringat sebesar biji ketumbar bermunculan di kening dan juga punggung. Bajuku basah, padahal AC di kamar menyala. Detak jantungku juga sangat cepat. Aku benar-benar gelisah dan menyesal karena sudah melihat yang seharusnya jangan aku lihat.

Tok! Tok!

"Mas David, saya Sri. Mau anterin makan." Aku terlonjak kaget.

"Masuk." Fokusku masih pada ponsel. Suara pintu memang terdengar terbuka, tetapi aku sama sekali tidak menoleh ke arah Sri.

"Mas David, makannya saya taruh meja,

jusnya juga. Apa ada yang lain?" aku bisa gila jika semua yang menyesakkan ini tidak dituntaskan. Sri berdiri di depanku sambil memegang nampan. Seperti biasa, ia selalu menggunakan baju kebesaran dan selalu berpakaian sopan di rumahku. Usianya lebih tua dua tahun dariku. Sejenak aku menekan tombol jeda pada video.

"Mbak Sri bisa bantu bereskan lemari saya? Pakaian saya tolong disusun agar nanti pakaian istri saya bisa muat di lemari."

"Oh, baik, Mas." Sri menaruh nampannya di atas meja kerjaku. Lalu ia mulai mengerjakan apa yang aku perintahkan. Aku kembali menekan tombol play dan aku lupa jika suara dari video itu tidak aku silent. Sri seperti ingin menoleh ke arahku, tapi ia ragu.

Sri bukan gadis lagi. Dia sudah punya suami, apa... aku berjalan ke arah pintu kamar, lalu menguncinya. Sri menoleh ke arahku dengan tatapan bingung.

"Mas, k-kenapa p-pintunya dikunci?"

***

"Mbak Sri, i-ini sudah terjadi. Maafkan saya ya. Oh, iya, ini ada sedikit untuk Mbak Sri kirim ke kampung." Aku mengambil sembarangan uang dari dalam tasku. Mungkin ada sekitar tiga ju-ta di sana. Aku tidak ingat persis. Uangnya aku ambil semua dan aku berikan pada ART mamaku itu. Mbak Sri masih diam sambil merapikan bajunya.

Aku tidak tahu harus berkata apa lagi dan melakukan apa karena menjadi salah tingkah sendiri akibat kelakuanku. Kedua kaki pun ikut gemetar. Ini pengalaman pertamaku sebagai pria.

Ia bergerak turun dari ranjangku. Tidak lupa nampan yang tadi di atas meja kerjaku. Uang yang aku sodorkan padanya, sama sekali tidak ia lirik. Mbak Sri keluar begitu saja dari kamarku dengan jalan sedikit kepayahan. Apa yang terjadi dengan Mbak Sri? Kenapa jalannya susah? Perasaan yang di video tadi gak papa perempuannya.

Apa yang sudah aku lakukan? Aku sampai menepuk pipi ini cukup keras untuk memastikan aku tidak sedang bermimpi. Sakit sekali, ternyata aku tidak mimpi. Keperjaka4n yang aku pertahankan dan ingin aku berikan pada istriku kelak, kini harus rela aku berikan pada ART yang sudah bersuami pula dan itu semua karena hasutan s3tan.

***

Hari pernikahan yang dinantikan pun semakin dekat. Sesekali aku mencuri pandang jika Mbak Sri mondar-mandir disuruh ini dan itu oleh mamaku. Wanita itu biasa saja. Sepertinya sama sekali tidak mengingat apa yang sudah kami lakukan waktu itu. Lebih tepatnya aku yang memaksa. Sri sempat marah, tetapi karena aku paksa dan aku ancam, Sri akhirnya menurut.

"Ke mana, Sri?"

"Lagi masuk angin kayaknya. Dari pagi muntah-muntah."

"Kecapean kayaknya yang semalam habis acara pengajian. Tapi udah Mama suruh minum obat."

"Ya udah, Ma, gak usah diganggu dulu. Sri orang yang paling capek di rumah ini karena dia sendiri yang kerjakan." Aku mendengar percakapan antara mama, papa, dan juga tante Erin; adik dari mama yang sejak semalam menginap di rumahku. Pantas saja hari ini aku tidak melihat mbak Sri, rupanya lagi sakit.

Calon Istri

Sayang, aku gak bisa tidur nih. Kamu lagi apa?

Aku membaca pesan dari Mayang; wanita yang besok akan menjadi istriku. Seorang wanita cerdas yang berprofesi sebagai dokter anak.

Sama, Yank, aku juga gak bisa tidur. Rasanya pengen langsung besok pagi aja he he he... tapi kamu jangan capek-capek ya, usahakan tidur aja walau harus dipaksa.

Aku terus berkirim pesan pada Mayang hingga akhirnya aku tertidur. Pagi hari, semua sibuk dengan acara pernikahan. Tim MUA yang merias ku sudah datang sejak jam empat subuh. Jam tujuh pagi, semua sudah rapi dan langsung berangkat.

Pengantinku cantik sekali. Mayang menggunakan kebaya putih dengan siger khas Sunda yang dipakai sangat pas di kepalanya. Ekor baju kebaya itu nampak manis dan indah terlihat di mata saat Mayang berjalan mendekat ke arahku.

Ijab qabul baru saja aku lafadzkan, setelah itu barulah Mayang menghampiriku dengan didampingi oleh dua bridesmaid yang aku tahu, keduanya adalah teman dokternya Mayang.

Aku senang sekali karena berhasil mempersunting Mayang setelah sejak SMA kami berpacaran.

"Kamu cantik sekali, Sayang."

"Makasih, Sayang." Aku mengecup punggung tangan istriku.

Kami menerima ucapan selamat dan doa dari tamu silih berganti. Acara akad dilaksanakan di Masjid At-tin Taman Mini. Dilanjut dengan acara resepsi yang berada masih di kawasan Taman Mini Indonesia Indah. Kami pun akan langsung pergi berbulan madu ke Bali di malam hari setelah urusan pernikahan selesai. Mayang mendapatkan sponsor pernikahan dari salah satu petinggi rumah sakit tempat Mayang bertugas.

"Kalau capek, kita cancel tiket aja. Biar besok perginya," kataku saat melihat Mayang kelelahan. Istriku itu, masih menerima konsultasi pasien, padahal sudah cuti dari rumah sakit.

"Jangan, Sayang, biar capeknya sekalian tuntas, Yank. Kita langsung aja." Aku mengangguk. Kami makan di ruang ganti karena pakaian harus segera dibawa lagi oleh tim salon menyewakan pakaian pernikahan kami.

"Lagian kalau cape, sekarang udah ada suami yang mijitin aku," kata Mayang sambil mengusap pipiku dengan lembut.

"Siap, Sayang. Jangankan mijit, yang lain juga aku siap." Kami berdua tertawa cekikikan.

"Jadi kalian langsung ke bandara?" tanya mama mertua yang tiba-tiba menghampiri kami.

"Iya, Ma, biar sekalian capeknya," jawab Mayang.

"Syukurlah kalau begitu. Besok baru istirahat ya, David. Itu juga kalau bisa," sahut papa mertua yang ikutan nimbrung.

"Pa, nanti minta tolong Robi anter Mbak Sri ke dokter aja. Makin parah katanya sakitnya." Aku langsung merasa tidak enak hati mendengar Mbak Sri sakit.

"Sakit apa pembantunya, Mbak?" tanya mama mertua pada mamaku.

"Muntah-muntah."

"Hamil kali. Sri ada suaminya'kan?" Perutku langsung terasa mulas. Syukurlah kalau mbak Sri hamil, berarti anak suaminya.

"Hamil gimana, wong suaminya udah lama meninggal. Sri itu janda, Mbak Nin. Malah denger-denger, suaminya meninggal persis setelah ijab qabul. Jadi Sri itu masing ting ting!"

"Apa, mbak Sri janda ting-ting?

Aku merasa pandanganku menggelap.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Setelah Menonton Video   2. Janda, tapi Perawan. Kok bisa?

    "Sayang, bangun." Suara lembut Mayang membuatku membuka mata. Pandangan ini masih samar, tapi aku masih dapat melihat sosok Mayang yang sekarang duduk di dekatku sambil menggenggam tangan ini. "Akhirnya kamu sadar juga, Sayang. Tensi kamu rendah sekali. Pantas saja pingsan." "Bisa-bisa pengantin lelaki pingsan. Dasar manja! Mentang-mentang punya istri dokter," ledek mamaku. Aku pun memaksakan senyum. "Belom malam pertama udah KO!" "Kudu minum suplemen ini, mah!" "Jangan, nanti malah sakit yang lain. Serahkan sama istrinya saja." Semua keluarga yang ada di dalam ruangan meledekku. Entah apa saja celotehan mereka, aku hanya bisa tersenyum tipis saja. Mereka tidak tahu bahwa saat ini aku sedang tidak baik-baik saja. "Maaf ya, Sayang, karena aku, kita cancel penerbangan." Aku menyentuh tangan Mayang yang sangat cantik dengan hiasan hena berwarna putih. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum. "Kamu pulih dulu, baru kita honeymoon. Meski jatah honeymoon gak bisa lama, Yank. Aku

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   3. Siapa yang Hamil?

    "Emang ada apa? Siapa yang hamil?" mama juga tiba-tiba muncul dari belakang Mayang. Aku semakin panik saja, tetapi aku berusaha tenang sambil memikirkan alasan siapa yang hamil. "Kurir paket langganan mas David, istrinya hamil dan katanya ngidam foto sama mas David, jadinya saya sampaikan pesan itu, Bu, Mbak." Aku akhirnya bisa menghela napas setelah sekian detik menahan napas. Sri langsung menjawab dengan tema yang masuk akal. "Oh, yang namanya Budi itu ya?""Bukan, Bu, namanya Mamat. Mari saya permisi." Aku tersenyum pada mama dan istriku. Kurir langganan ku adalah Budi, kalau Mamat, aku beneran gak tahu siapa. "Ma, saya masuk dulu ya. Pengantin baru ini belum pernah masuk soalnya." Guyonanku membuat mama tertawa, sedangkan Mayang ikut tersipu malu. Aku pun menggandeng Mayang masuk ke kamar. Acara belah durian berjalan cukup alot karena Mayang sempat kesakitan. Namun, aku membujuk dan akhirnya bisa, meski bulir air mata itu keluar juga dari sudut matanya. Keadaan yang sama deng

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   4. Takut Banget Pembantuku Hamil

    "Oh, itu orang tua Sri. Dia nitip transfer karena ibunya sakit. Sri gak bisa ke ATM.""Oh... " wajah Mayang nampak ragu. "Emang sering gini, titip transfer. Kenapa, Sayang? Mukanya kok gitu?""Kamu deket sama Sri?""Ngga, biasanya aja, kenapa?" aku tahu Mayang merasa sedikit cemburu, tetapi memang kebohongan ini terpaksa aku buat demi menjaga keutuhan rumah tangga yang baru saja aku bina. "Aneh aja kalau pembantu titip transfer. Pembantuku soalnya gak ada yang gitu, Mas." Aku mengusap rambutnya penuh sayang. "Kenapa jadi bicarakan Sri? Mending kita tidur. Besok kita pulang ke rumah mama Nindi ya. Karena lusanya aku mau kerja. Besok sudah rabu kan? ""Iya, Mas, aku kamis ke Gorontalo dua minggu. Kamu di rumah mamaku aja." Aku mengangguk setuju. Kami pun tidur dalam keadaan berpelukan. Aku terbangun jam tiga pagi karena haus. Air yang dibawa semalam sudah habis. Dengan langkah malas, aku turun ke dapur. Tepat di saat Sri juga baru muncul di dapur. "Aduh, kaget!" Pekik kami bersamaa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   5. Gara-gara Video

    "Mas, kamu kenapa? Sejak tadi banyak bengong," tanya Mayang. Sudah jam sebelas malam dan mataku tidak mengantuk sama sekali. Pikiranku benar-benar kalut, khawatir Sri hamil. Jika beneran hamil, maka bisa dipastikan itu adalah anakku. Aku memerawani Sri dan aku merusak masa depannya. Lalu---"Mas, hey! Kamu kenapa sih?" Mayang mengipaskan tangannya di depan wajahku. "Oh, itu, Sayang, ada meeting regional dan aku ada tugas. Belum sempat aku kerjakan. Jadi lagi mikirin gimana dan mana dulu yang ----""Beneran karena itu?" Mayang berbaring menyamping, menatap ke arahku. Aku mengangguk sambil tersenyum. "Maaf kalau udah bikin kamu khawatir dan gak bisa tidur. Ayo, tidur! Ak---" suara ini tertahan saat Mayang menyentuh pelan bibirku. "Sayang, jangan malam ini ya, pikiran aku benar-benar bercabang." Mayang tersenyum mafhum. Istriku menciyum bibir ini sekilas, lalu berbalik badan sambil memeluk guling. Aku menghela napas, merapalkan ucapan maaf yang hanya bisa ada di dalam hati. Aku bisa g

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   6. Kepergok

    "Sayang, aku bisa jelaskan. Ini gak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku dan Sri gak ada apa-apa. Kenapa kamu malah bilang aku terlalu berlebihan pada Sri?" aku berusaha menggenggam tangan istriku, tapi ia menepisnya dengan kasar. "Sayang, jangan begini. Aku minta maaf kalau udah buat kamu cemburu. Tadi itu aku---""HP kamu gak aktif, Mas. Kamu gak ada kabar sejak jam lima lewat tiga puluh menit. Sampai aku tiba di rumah dan mamaku nanyain kamu. Aku capek banget hari ini pasien full dan aku malah harus lihat kamu berada di rumah mama kamu dan begitu khawatir pada Sri. Istri mana yang gak cemburu! Jujur aku kesal dan kecewa sama kamu!" Mayang memuqul lenganku berkali-kali. Ya, kami pulang dengan mobil Mayang karena gak mungkin aku biarkan. Mayang menyetir sendiri. Motor aku tinggal di rumah mama agar aku bisa mengendarai mobil Mayang. "Puqul aku yang kenceng, Sayang. Aku ikhlas, kamu mau aku lakukan apa, biar kamu percaya? Aku beneran gak ada hubungan dengan Sri. Sri itu sakit lambun

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   7. Service Memuaskan di Ranjang

    Dewasa (21+) "Mayang, ada apa , Nak, kamu kenapa Sayang?" papa mertuaku menengahi. Papa Deni menoleh ke arahku, lalu menggerakkan kepalanya mengangguk. Aku masih diam karena jika aku sanggah, Mayang akan semakin marah. "Duduk!" Titah papa Deni membuat Mayang duduk. Namun, napas istriku masih naik turun, menandakan ia masih sangat emosi, ditambah air matanya berlinang sangat deras. Baru begini saja, Mayang sudah sangat marah, apalagi kalau sampai Mayang tahu, bahwa aku sudah tidur dengan Sri. "Papa tahu kamu lagi pusing dengan persiapan ke Gorontalo, tapi bukan begini juga dengan suami. Sri itu pembantu mertua kamu, jika kamu mau Sri dipecat, maka kamu yang bicara dengan mertua kamu, bukan marah dan minta David memecat Sri. Jangan egois, Nak. Kamu sudah menikah dan ada suami yang harus kamu hormati. Udah, bertengkar di meja makan bukan hal baik, kita lanjutkan makan.""Mayang ke rumah sakit saja, Pa. Sarapan di sana saja." Mayang berdiri dengan wajah marahnya. "Biar aku antar," se

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   8. Apes

    Hampir saja aku menabrak mobil di depanku. Perkataan ibu dari Sri, benar-benar membuatku takut. Tidak mungkin aku menikahi Sri. Aku sudah punya Mayang dan aku mencintai istriku. Sri hanya bagian dari kesalahan yang tidak akan pernah mau aku ulangi lagi. Sri bilang apa dengan ibunya? Kenapa jadi rumit begini? Begitu tiba di rumah mertuaku, aku langsung masuk ke kamar. Untung semua penghuni rumah sudah pada tidur. Aku langsung berganti pakaian dan bersiap untuk tidur, meskipun aku tidak tahu, apakah aku benar-benar bisa tidur atau tidak. Sri, tadi ibu kamu telepon saya. Kamu bilang apa? Kenapa saya harus menikahi kamu? SendAku tahu Sri pasti sudah tidur, tetapi baru besar ini masih terus mengganjal jika aku tidak bertanya langsung. Aku benar-benar tidak mau, baik keluargaku atau keluarga Mayang tahu, tentang malam yang aku lalui bersama Sri. SriJangan pedulikan, Mas. Nanti saya yang bujuk. Mas David tenang saja. Hidupmu bahagia bersama istri tersayang, sedangkan saya harus menola

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   9. Pintunya Dikunci

    POV Sri"Halo, kamu lagi apa, Sri?""Halo, Mas Farhan, saya lagi beberes dapur. Orang rumah baru aja pergi ngurusin persiapan pernikahan anak majikan.""Oh, yang mau nikah sama dokter itu?""Iya, Mas. Makanya begitu rumah sepi, saya mau beberes. Adanya mas David doang di rumah. Masih dipingit.""He he he... orang kota masih jaman dipingit ya. Ya udah kalau gitu, kamu pasti lagi repot. Nanti saya telepon lagi deh.""Ada apa, Mas? Cerita aja sekarang.""Gak papa. Nanti saja.""Tentang Sukma ya?""Mmm.... " aku sudah bisa menebak kenapaas Farhan menelepon, pasti karena permintaan orang tua mas Farhan yang menginginkan putranya yang aparat negara ini berjodoh dengan pera-wan ting ting, bukan janda sepertiku. Apalagi aku hanya tamatan SMP. "Iya, soal itu---""Gak papa, Mas, saya udah bilang sejak kemarin. Hubungan ini terlalu dipaksakan. Kita ini temboknya tinggi sekali. Turuti saja kehendak orang tua Mas, pasti barokah. Udah dulu ya, Mas, saya mau lanjut beresin dapur. Assalamu'alaikum."

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Setelah Menonton Video   15. Harus Cari Ke mana?

    Asih cemas setelah kepergian Sri. Ibu mana yang tidak khawatir, saat putrinya pergi dari rumah? apalagi sering membawa beban masalah yang berat. Asih jelas sangat cemas, takut Sri berlaku macam-macam di luar sana. Lalu Wanita senja itu memberanikan diri lagi datang ke ibukota sendiri. Semua dia lakukan demi mencari sang buah hati yang pergi meninggalkannya dalam keadaan yang kurang sehat. "Ibu harus ke mana lagi nyari kamu Sri?" gumam Asih, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Sang Putri. "Pokoknya aku harus cari kemana pun."Akhirnya asih memutuskan untuk mencari Sri. Langkah kakinya membawa ia mendatangi semua tempat teman-teman Sri, mereka para pekerja rumah tangga di Jakarta. Sudah mendatangi beberapa tempat, tapi sama sekali tidak ada yang mengetahui di mana keberadaan anak gadisnya itu."Rina, kamu bener-bener nggak tahu keberadaan Sri di mana?” Asih bertanya kepada seorang gadis bernama Rina, karena terakhir kali ia tahu sering menghubungi Rina. Rina menggelengkan kepalanya.

  • Setelah Menonton Video   14. Kamu Hamil'kan?

    Pov Sri"Kamu pasti hamil, makanya kamu sakit-sakitan," cecar ibuku yang terus saja mendesakku untuk test pack. Aku menggelengkan kepala. "Percaya Sri, Bu. Sri gak hamil. Ibu gak bisa maksa orang untuk nikahi Sri. Apalagi suami orang. Cukup Ibu yang merusak rumah tangga orang lain, sehingga karma Tuhan terus menghantui kita sampai saat ini. Sri gak mau, Bu. Biar ini jadi ----""Kamu malah menyalahkan Ibu? Ibu itu terpaksa. Nenek kamu miskin dan kami gak punya apa-apa. Gak ada anak bujangan yang mau sama orang miskin seperti Ibu. Untuk itu Ibu terpaksa. Satu-satunya cara agar Ibu gak tersesat jadi wanita malam adalah dengan menjadi simpanan suami or ----""Sudahlah, Bu, kita jangan berdebat terus. Dokter bilang, saya cuma maag dan tadi sudah dapat obat. Jadi cukup istirahat saja. Sri mau tidur ya, Bu, ini sudah malam." Padahal masih jam tujuh, tetapi aku gak mau terus-menerus berdebat dengan ibu. Lambung ini belum lagi pulih dan tubuhku juga masih lemas. Aku tidak hamil, tetapi ibu ga

  • Setelah Menonton Video   13. Harus Tanggung Jawab

    Mau menghindar rasanya sudah tidak mungkin. Semua sudah terjadi dan aku harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah aku perbuat. Bukan salah Sri, tapi salahku. Termasuk terus membohongi Mayang dengan berbagai alasan. Apakah setelah ini, rumah tangga ku akan berakhir? Tentu saja aku tidak ingin hal itu terjadi. Sampai titik da-rah penghabisan, aku akan tetap mempertahankan pernikahan ini. "Lu mau ke mana? " tanya Heru saat aku memasukkan ponsel ke dalam saku celana bahan. Aku juga sudah mematikan laptop, padahal baru jam empat sore. Mama yang membuatku jadi begini. "Mau pulang lebih cepat. Udah bilang bos.""Kenapa? Apa ada yang sakit?" aku mengangguk. "Ya, rasanya sebentar lagi, aku akan sakit jiwa." Setelah mengatakan hal itu, aku pun segera berlalu dari ruangan kerjaku. Namun, aku tiba-tiba ingat satu hal yang ingin aku tanyakan pada Heru. "Jadi, lu udah nikah siri sama cewek itu?" tanyaku berbisik. Heru mengangguk. "Lu pake gak?" tanyaku lagi. Heru menggelengkan kepala. "Gue

  • Setelah Menonton Video   12. Ada Tamu

    Aku menekan kenop pintu kamar Robi. Adikku yang berusia dua puluh tahun itu sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Ia tersenyum di depan ponsel, lalu ia menoleh ke arahku sebentar."Kenapa, Mas?" tanya Robi. Aku melangkah masuk dan ikut duduk di ranjang ukuran single miliknya."Kamu kenapa?""Gak papa. Pasti Mas David ada di tim mama ya?" aku tertawa pelan."Gak ada di tim siapa-siapa. Emangnya mama kenapa? Soalnya tadi mama gak cerita. Mama suruh aku tanya langsung sama kamu.""Robi kehilangan banget mbak Sri, Mas. Robi rasa, Robi naksir mbak Sri. Emangnya gak boleh?" aku menghela napas. Otak Robi sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Ini Robi lagi wa-an sama mbak Sri. Nanya kabarnya dan tanya kapan bisa kembali kerja.""Katanya apa?" aku mendadak kepo."Katanya gak tahu. Nunggu bener-bener sehat dulu. Hari Minggu nanti, Robi mau ke sana." "Mau apa? Jangan!" Robi mengernyit."Kenapa jangan?""Namanya orang lagi sakit, butuh istirahat. Kamu gak usah ke sana. Nanti saja kalau Sr

  • Setelah Menonton Video   11. Nikah Siri

    PoV DavidAku sudah sampai di rumah jam tujuh malam. Mama dan papa mertuaku sedang tidak ada di rumah. Hanya ada bibik dan juga Meta; adik iparku yang masih SMA, tapi remaja itu pun sudah berada di kamarnya. Aku makan sendirian di ruang makan sambil terus memikirkan jawaban apa yang akan aku berikan untuk istriku, perihal uwang yang aku transfer. Kring! KringNomor Sri memanggil. Langsung saja aku mengangkatnya karena aku memang perlu bicara dengan Sri. "Halo, Sri.""Halo, Mas David kirim uang lagi? Untuk apa? Saya udah bilang gak usah kirim saya uang. ""Iya, i-itu honor. Eh, bukan, itu pesangon yang diberikan mama untuk kamu. Kata mama buat nambahin biaya berobat.""Oh, gitu, jadi uangnya dari Bu Eva ya.""Iya, kamu GR sekali saya kirim uang terus! Oh, iya, nanti kalau Mayang telepon kamu, bilang uangnya dari mama untuk kamu berobat. Paham'kan? Istriku soalnya cemburu sama kamu.""Oh, iya, Mas, makasih. Sampaikan salam saya untuk ibu.""Iya, oke, kamu udah sehat? Halo, halo!" sam

  • Setelah Menonton Video   10. Pertama Kalinya

    Air mata permohonan yang turun dengan deras tidak menyurutkan gerakan mas David. Lelaki itu terus melakukan apa yang diinginkan h4sratnya. Aku berteriak berhenti, tetapi mas David tetap meneruskannya. Tu6uhku yang memang sudah kelelahan, tidak bisa lagi melaw4n dengan tenaga ekstra. Aku benar-benar lemas dan merasa kesakit4n. "Luar biasa rasanya," gumam lelaki itu. "Mas, sudah, s-sakit." Aku tidak tahu apa yang terjadi, setelah setengah jam, akhirnya mas David berhenti setelah gerakan bola mata li4rnya perlahan meredup. Lelaki itu menjatuhkan diri ke samping dengan tubuh berpeluh, sedangkan aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya. Aku terbangun saat merasakan beban berat pada p3rut. Perlahan aku membuka mata dan melihat tangan kiri mas David ada di atas p3rutku. Aku menggeser tangan itu dengan hati-hati agar ia tidak terbangun. Namun, harapanku musn4h, karena saat itu, mas David bangun dan menatap ke arahku dengan tatapan bingung. "Sri, k-kamu --- ini tadi kita ---

  • Setelah Menonton Video   9. Pintunya Dikunci

    POV Sri"Halo, kamu lagi apa, Sri?""Halo, Mas Farhan, saya lagi beberes dapur. Orang rumah baru aja pergi ngurusin persiapan pernikahan anak majikan.""Oh, yang mau nikah sama dokter itu?""Iya, Mas. Makanya begitu rumah sepi, saya mau beberes. Adanya mas David doang di rumah. Masih dipingit.""He he he... orang kota masih jaman dipingit ya. Ya udah kalau gitu, kamu pasti lagi repot. Nanti saya telepon lagi deh.""Ada apa, Mas? Cerita aja sekarang.""Gak papa. Nanti saja.""Tentang Sukma ya?""Mmm.... " aku sudah bisa menebak kenapaas Farhan menelepon, pasti karena permintaan orang tua mas Farhan yang menginginkan putranya yang aparat negara ini berjodoh dengan pera-wan ting ting, bukan janda sepertiku. Apalagi aku hanya tamatan SMP. "Iya, soal itu---""Gak papa, Mas, saya udah bilang sejak kemarin. Hubungan ini terlalu dipaksakan. Kita ini temboknya tinggi sekali. Turuti saja kehendak orang tua Mas, pasti barokah. Udah dulu ya, Mas, saya mau lanjut beresin dapur. Assalamu'alaikum."

  • Setelah Menonton Video   8. Apes

    Hampir saja aku menabrak mobil di depanku. Perkataan ibu dari Sri, benar-benar membuatku takut. Tidak mungkin aku menikahi Sri. Aku sudah punya Mayang dan aku mencintai istriku. Sri hanya bagian dari kesalahan yang tidak akan pernah mau aku ulangi lagi. Sri bilang apa dengan ibunya? Kenapa jadi rumit begini? Begitu tiba di rumah mertuaku, aku langsung masuk ke kamar. Untung semua penghuni rumah sudah pada tidur. Aku langsung berganti pakaian dan bersiap untuk tidur, meskipun aku tidak tahu, apakah aku benar-benar bisa tidur atau tidak. Sri, tadi ibu kamu telepon saya. Kamu bilang apa? Kenapa saya harus menikahi kamu? SendAku tahu Sri pasti sudah tidur, tetapi baru besar ini masih terus mengganjal jika aku tidak bertanya langsung. Aku benar-benar tidak mau, baik keluargaku atau keluarga Mayang tahu, tentang malam yang aku lalui bersama Sri. SriJangan pedulikan, Mas. Nanti saya yang bujuk. Mas David tenang saja. Hidupmu bahagia bersama istri tersayang, sedangkan saya harus menola

  • Setelah Menonton Video   7. Service Memuaskan di Ranjang

    Dewasa (21+) "Mayang, ada apa , Nak, kamu kenapa Sayang?" papa mertuaku menengahi. Papa Deni menoleh ke arahku, lalu menggerakkan kepalanya mengangguk. Aku masih diam karena jika aku sanggah, Mayang akan semakin marah. "Duduk!" Titah papa Deni membuat Mayang duduk. Namun, napas istriku masih naik turun, menandakan ia masih sangat emosi, ditambah air matanya berlinang sangat deras. Baru begini saja, Mayang sudah sangat marah, apalagi kalau sampai Mayang tahu, bahwa aku sudah tidur dengan Sri. "Papa tahu kamu lagi pusing dengan persiapan ke Gorontalo, tapi bukan begini juga dengan suami. Sri itu pembantu mertua kamu, jika kamu mau Sri dipecat, maka kamu yang bicara dengan mertua kamu, bukan marah dan minta David memecat Sri. Jangan egois, Nak. Kamu sudah menikah dan ada suami yang harus kamu hormati. Udah, bertengkar di meja makan bukan hal baik, kita lanjutkan makan.""Mayang ke rumah sakit saja, Pa. Sarapan di sana saja." Mayang berdiri dengan wajah marahnya. "Biar aku antar," se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status