Home / Romansa / Setelah Menonton Video / 4. Takut Banget Pembantuku Hamil

Share

4. Takut Banget Pembantuku Hamil

last update Last Updated: 2025-01-14 14:37:16

"Oh, itu orang tua Sri. Dia nitip transfer karena ibunya sakit. Sri gak bisa ke ATM."

"Oh... " wajah Mayang nampak ragu.

"Emang sering gini, titip transfer. Kenapa, Sayang? Mukanya kok gitu?"

"Kamu deket sama Sri?"

"Ngga, biasanya aja, kenapa?" aku tahu Mayang merasa sedikit cemburu, tetapi memang kebohongan ini terpaksa aku buat demi menjaga keutuhan rumah tangga yang baru saja aku bina.

"Aneh aja kalau pembantu titip transfer. Pembantuku soalnya gak ada yang gitu, Mas." Aku mengusap rambutnya penuh sayang.

"Kenapa jadi bicarakan Sri? Mending kita tidur. Besok kita pulang ke rumah mama Nindi ya. Karena lusanya aku mau kerja. Besok sudah rabu kan? "

"Iya, Mas, aku kamis ke Gorontalo dua minggu. Kamu di rumah mamaku aja." Aku mengangguk setuju.

Kami pun tidur dalam keadaan berpelukan. Aku terbangun jam tiga pagi karena haus. Air yang dibawa semalam sudah habis. Dengan langkah malas, aku turun ke dapur. Tepat di saat Sri juga baru muncul di dapur.

"Aduh, kaget!" Pekik kami bersamaan. Namun, karena keadaan gelap dan aku terlalu terkejut, sehingga air di dalam gelas, tumpah mengenai baju kaus Sri. Wanita itu langsung menyalakan lampu.

"Maaf, Sri," kataku dengan perasaan tidak enak, apalagi melihat bajunya basah.

"Gak papa, Mas." Seperti aku melihat sesuatu. Sri pun mungkin baru sadar, ia segera berbalik dan masuk ke kamarnya. Detak jantungku kembali berpacu. Sri mungkin ingin minum juga dan pasti ia tidak mengira kalau ada aku di dapur. Sehingga ia tidak memakai bra. Sayangnya tumpahan air tepat di... aaaagh! Aku harus segera menemui istriku. Tidak halal bagiku.

Aku kembali masuk ke kamar setelah mengisi dua gelas air putih lagi.

"Sayang, bangun. Ayo, sekali lagi," bisikku dengan suara berat. Tangan ini pun mulai beraksi, sehingga Mayang terbangun dan kami kembali berkeringat sampai menjelang subuh. Keputusanku sudah tepat untuk segera ikut pindah bersama Mayang ke rumah mamanya.

Mama mengantarku dengan perasaan haru. Begitu juga papa yang memelukku erat. Papa sambung yang sudah aku anggap papa kandung karena memang orangnya penyayang.

"Kalian hati-hati di jalan. Jangan lupa mampir ke rumah Mama, seminggu sekali atau dua minggu sekali juga gak papa. Pokoknya wajib mampir!" Aku mengangguk sambil menciyum pipi mamaku. Ada yang aneh saat aku pergi bersama Mayang karena aku tidak melihat Sri. Apa dia sakit lagi atau sengaja menghindariku karena kejadian semalam.

"Siap, Ma, Mayang sekalian pamit ke Gorontalo ya, Ma. Mungkin dua minggu. Mas David yang akan bolak-balik nanti." Mama merenggangkan pelukannya pada Mayang. Kami berdua pun masuk ke dalam mobilku. Semua pakaianku ikut diangkut menggunakan dua koper besar dan satu tas jinjing kecil. Hanya ada dua stel baju ganti di kamarku.

Akhirnya aku bisa lepas dari makhluk yang bernama Sri. Sepanjang jalan, aku tidak hentinya mengucap syukur karena aku bisa mengurangi dosaku jika aku tetap berada di rumah mama. Begitu hampir keluar dari komplek, aku melihat Sri berjongkok mual-mual di dekat pohon besar yang berada tidak jauh dari pos satpam. Sayang, istriku tidak menyadarinya. Jika aku bilang, maka nanti Mayang semakin menaruh curiga. Sudah cukup dua kali jantungku hampir lepas dari tempatnya karena kepergok bercakap-cakap dengan Sri. Ingin sekali menolong, tapi apa dayaku. Sudah barang tentu, aku memilih istriku.

Kami tiba di rumah mama Nindi jam dua siang. Mas Beni, kakak dari Mayang pun ada di rumah menyambut kami.

"Ma, Mas." Aku menciyum punggung tangan mertuaku dan juga kakak iparku.

"Udah sehat beneran nih!"

"Udah dong, Ben, kamu gak lihat apa, tanda merah di leher calon pengantin he he he.... " Aku baru sadar, bahwa Mayang semalam sudah memberikan tanda. Ibu mertua dan kakak iparku tertawa. Aku semakin malu saja dibuatnya.

"Ma, kami simpen barang dulu ya. Papa ke mana, gak keliatan?"

"Papa ngajar, Sayang. Nanti jam lima udah balik. Udah, sana ganti baju dulu!" Kami pun masuk ke kamar istriku. Ada satu buah kasur berukuran besar dan juga lemari pakaian yang hampir sama persis kita lihat di sebuah mall.

"Mas, mau langsung makan atau mau santai dulu?" tanya Mayang.

"Aku ngantuk banget, Sayang. Aku ijin tidur dua jam ya." Aku benar-benar mengantuk dan langsung saat itu juga mataku terpejam, tanpa menunggu persetujuannya.

Kring! Kring

Aku tersentak saat ponselku berdiring. Mayang tidak ada di kamar. Aku melihat kontak Robi yang menelepon.

"Halo, Rob, kenapa?"

"Mas, kamu biasa nyimpen obat dimana? Paracamamol aja."

"Siapa yang sakit?" tanyaku.

"Bukan sakit, sih, tapi kayaknya hamil, Mas. Mama ada di kamar mbak Sri. Lagi tanya siapa ayah bayi itu." Aku menelan ludah karena takut. Aku berharap Sri tidak mengatakan siapa ayah bayi itu.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Setelah Menonton Video   5. Gara-gara Video

    "Mas, kamu kenapa? Sejak tadi banyak bengong," tanya Mayang. Sudah jam sebelas malam dan mataku tidak mengantuk sama sekali. Pikiranku benar-benar kalut, khawatir Sri hamil. Jika beneran hamil, maka bisa dipastikan itu adalah anakku. Aku memerawani Sri dan aku merusak masa depannya. Lalu---"Mas, hey! Kamu kenapa sih?" Mayang mengipaskan tangannya di depan wajahku. "Oh, itu, Sayang, ada meeting regional dan aku ada tugas. Belum sempat aku kerjakan. Jadi lagi mikirin gimana dan mana dulu yang ----""Beneran karena itu?" Mayang berbaring menyamping, menatap ke arahku. Aku mengangguk sambil tersenyum. "Maaf kalau udah bikin kamu khawatir dan gak bisa tidur. Ayo, tidur! Ak---" suara ini tertahan saat Mayang menyentuh pelan bibirku. "Sayang, jangan malam ini ya, pikiran aku benar-benar bercabang." Mayang tersenyum mafhum. Istriku menciyum bibir ini sekilas, lalu berbalik badan sambil memeluk guling. Aku menghela napas, merapalkan ucapan maaf yang hanya bisa ada di dalam hati. Aku bisa g

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   6. Kepergok

    "Sayang, aku bisa jelaskan. Ini gak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku dan Sri gak ada apa-apa. Kenapa kamu malah bilang aku terlalu berlebihan pada Sri?" aku berusaha menggenggam tangan istriku, tapi ia menepisnya dengan kasar. "Sayang, jangan begini. Aku minta maaf kalau udah buat kamu cemburu. Tadi itu aku---""HP kamu gak aktif, Mas. Kamu gak ada kabar sejak jam lima lewat tiga puluh menit. Sampai aku tiba di rumah dan mamaku nanyain kamu. Aku capek banget hari ini pasien full dan aku malah harus lihat kamu berada di rumah mama kamu dan begitu khawatir pada Sri. Istri mana yang gak cemburu! Jujur aku kesal dan kecewa sama kamu!" Mayang memuqul lenganku berkali-kali. Ya, kami pulang dengan mobil Mayang karena gak mungkin aku biarkan. Mayang menyetir sendiri. Motor aku tinggal di rumah mama agar aku bisa mengendarai mobil Mayang. "Puqul aku yang kenceng, Sayang. Aku ikhlas, kamu mau aku lakukan apa, biar kamu percaya? Aku beneran gak ada hubungan dengan Sri. Sri itu sakit lambun

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   7. Service Memuaskan di Ranjang

    Dewasa (21+) "Mayang, ada apa , Nak, kamu kenapa Sayang?" papa mertuaku menengahi. Papa Deni menoleh ke arahku, lalu menggerakkan kepalanya mengangguk. Aku masih diam karena jika aku sanggah, Mayang akan semakin marah. "Duduk!" Titah papa Deni membuat Mayang duduk. Namun, napas istriku masih naik turun, menandakan ia masih sangat emosi, ditambah air matanya berlinang sangat deras. Baru begini saja, Mayang sudah sangat marah, apalagi kalau sampai Mayang tahu, bahwa aku sudah tidur dengan Sri. "Papa tahu kamu lagi pusing dengan persiapan ke Gorontalo, tapi bukan begini juga dengan suami. Sri itu pembantu mertua kamu, jika kamu mau Sri dipecat, maka kamu yang bicara dengan mertua kamu, bukan marah dan minta David memecat Sri. Jangan egois, Nak. Kamu sudah menikah dan ada suami yang harus kamu hormati. Udah, bertengkar di meja makan bukan hal baik, kita lanjutkan makan.""Mayang ke rumah sakit saja, Pa. Sarapan di sana saja." Mayang berdiri dengan wajah marahnya. "Biar aku antar," se

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   8. Apes

    Hampir saja aku menabrak mobil di depanku. Perkataan ibu dari Sri, benar-benar membuatku takut. Tidak mungkin aku menikahi Sri. Aku sudah punya Mayang dan aku mencintai istriku. Sri hanya bagian dari kesalahan yang tidak akan pernah mau aku ulangi lagi. Sri bilang apa dengan ibunya? Kenapa jadi rumit begini? Begitu tiba di rumah mertuaku, aku langsung masuk ke kamar. Untung semua penghuni rumah sudah pada tidur. Aku langsung berganti pakaian dan bersiap untuk tidur, meskipun aku tidak tahu, apakah aku benar-benar bisa tidur atau tidak. Sri, tadi ibu kamu telepon saya. Kamu bilang apa? Kenapa saya harus menikahi kamu? SendAku tahu Sri pasti sudah tidur, tetapi baru besar ini masih terus mengganjal jika aku tidak bertanya langsung. Aku benar-benar tidak mau, baik keluargaku atau keluarga Mayang tahu, tentang malam yang aku lalui bersama Sri. SriJangan pedulikan, Mas. Nanti saya yang bujuk. Mas David tenang saja. Hidupmu bahagia bersama istri tersayang, sedangkan saya harus menola

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   9. Pintunya Dikunci

    POV Sri"Halo, kamu lagi apa, Sri?""Halo, Mas Farhan, saya lagi beberes dapur. Orang rumah baru aja pergi ngurusin persiapan pernikahan anak majikan.""Oh, yang mau nikah sama dokter itu?""Iya, Mas. Makanya begitu rumah sepi, saya mau beberes. Adanya mas David doang di rumah. Masih dipingit.""He he he... orang kota masih jaman dipingit ya. Ya udah kalau gitu, kamu pasti lagi repot. Nanti saya telepon lagi deh.""Ada apa, Mas? Cerita aja sekarang.""Gak papa. Nanti saja.""Tentang Sukma ya?""Mmm.... " aku sudah bisa menebak kenapaas Farhan menelepon, pasti karena permintaan orang tua mas Farhan yang menginginkan putranya yang aparat negara ini berjodoh dengan pera-wan ting ting, bukan janda sepertiku. Apalagi aku hanya tamatan SMP. "Iya, soal itu---""Gak papa, Mas, saya udah bilang sejak kemarin. Hubungan ini terlalu dipaksakan. Kita ini temboknya tinggi sekali. Turuti saja kehendak orang tua Mas, pasti barokah. Udah dulu ya, Mas, saya mau lanjut beresin dapur. Assalamu'alaikum."

    Last Updated : 2025-02-24
  • Setelah Menonton Video   10. Pertama Kalinya

    Air mata permohonan yang turun dengan deras tidak menyurutkan gerakan mas David. Lelaki itu terus melakukan apa yang diinginkan h4sratnya. Aku berteriak berhenti, tetapi mas David tetap meneruskannya. Tu6uhku yang memang sudah kelelahan, tidak bisa lagi melaw4n dengan tenaga ekstra. Aku benar-benar lemas dan merasa kesakit4n. "Luar biasa rasanya," gumam lelaki itu. "Mas, sudah, s-sakit." Aku tidak tahu apa yang terjadi, setelah setengah jam, akhirnya mas David berhenti setelah gerakan bola mata li4rnya perlahan meredup. Lelaki itu menjatuhkan diri ke samping dengan tubuh berpeluh, sedangkan aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya. Aku terbangun saat merasakan beban berat pada p3rut. Perlahan aku membuka mata dan melihat tangan kiri mas David ada di atas p3rutku. Aku menggeser tangan itu dengan hati-hati agar ia tidak terbangun. Namun, harapanku musn4h, karena saat itu, mas David bangun dan menatap ke arahku dengan tatapan bingung. "Sri, k-kamu --- ini tadi kita ---

    Last Updated : 2025-02-24
  • Setelah Menonton Video   11. Nikah Siri

    PoV DavidAku sudah sampai di rumah jam tujuh malam. Mama dan papa mertuaku sedang tidak ada di rumah. Hanya ada bibik dan juga Meta; adik iparku yang masih SMA, tapi remaja itu pun sudah berada di kamarnya. Aku makan sendirian di ruang makan sambil terus memikirkan jawaban apa yang akan aku berikan untuk istriku, perihal uwang yang aku transfer. Kring! KringNomor Sri memanggil. Langsung saja aku mengangkatnya karena aku memang perlu bicara dengan Sri. "Halo, Sri.""Halo, Mas David kirim uang lagi? Untuk apa? Saya udah bilang gak usah kirim saya uang. ""Iya, i-itu honor. Eh, bukan, itu pesangon yang diberikan mama untuk kamu. Kata mama buat nambahin biaya berobat.""Oh, gitu, jadi uangnya dari Bu Eva ya.""Iya, kamu GR sekali saya kirim uang terus! Oh, iya, nanti kalau Mayang telepon kamu, bilang uangnya dari mama untuk kamu berobat. Paham'kan? Istriku soalnya cemburu sama kamu.""Oh, iya, Mas, makasih. Sampaikan salam saya untuk ibu.""Iya, oke, kamu udah sehat? Halo, halo!" sam

    Last Updated : 2025-03-13
  • Setelah Menonton Video   12. Ada Tamu

    Aku menekan kenop pintu kamar Robi. Adikku yang berusia dua puluh tahun itu sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Ia tersenyum di depan ponsel, lalu ia menoleh ke arahku sebentar."Kenapa, Mas?" tanya Robi. Aku melangkah masuk dan ikut duduk di ranjang ukuran single miliknya."Kamu kenapa?""Gak papa. Pasti Mas David ada di tim mama ya?" aku tertawa pelan."Gak ada di tim siapa-siapa. Emangnya mama kenapa? Soalnya tadi mama gak cerita. Mama suruh aku tanya langsung sama kamu.""Robi kehilangan banget mbak Sri, Mas. Robi rasa, Robi naksir mbak Sri. Emangnya gak boleh?" aku menghela napas. Otak Robi sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Ini Robi lagi wa-an sama mbak Sri. Nanya kabarnya dan tanya kapan bisa kembali kerja.""Katanya apa?" aku mendadak kepo."Katanya gak tahu. Nunggu bener-bener sehat dulu. Hari Minggu nanti, Robi mau ke sana." "Mau apa? Jangan!" Robi mengernyit."Kenapa jangan?""Namanya orang lagi sakit, butuh istirahat. Kamu gak usah ke sana. Nanti saja kalau Sr

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Setelah Menonton Video   76. Suami Gak Berfaedah

    "Hati-hati ya.""Iya, Mas, makasih udah anter saya." Sri menciyum punggung tanganku. Aku menghela napas kasar saat harus melepaskan Sri kuliah offline hari ini. Padahal aku gak papa kalau Sri tidak sarjana. Aku tetap menghargainya dan sayang sebagai ibu anak-anakku, tapi Sri tetap ingin kuliah. Ia bahkan sangat semangat. Bagaimana nanti kalau di kampus ada mahasiswa yang naksir Sri? Atau gimana kalau ada dosen yang naksir dia? Bisa saja kan? Ditambah aku belum bisa memberikan nafkah batin untuk istriku, makin takut saja jadinya.Aku memutuskan tidak langsung berangkat ke sekolah milikku, tetapi aku masuk ke area parkir kampus. Ya, aku ingin tahu kelas Sri dan teman-temannya. Ruangan kelasnya ada di lantai dua. Aku pun bergegas ke sana. Namun, langkahku terhenti saat melihat Sri sedang bercakap-cakap dengan lelaki muda berkaca mata. Terlihat tampan dan gagah. Mau apa lelaki itu? Aku mengendap-endap mendekat ke arah keduanya. Sri tersenyum, lelaki itu terpesona. Apa ia tidak tahu Sri i

  • Setelah Menonton Video   75. Nonton Video Lagi

    PoV David"Halo, Her, lu masih nyimpen vide0 yang waktu itu?""Gak tahu deh, kayaknya udah aku hapus. HP juga udah gue ganti, kenapa emang?""Ck, gue perlu nih! Belum ada tanda-tanda gue sembuh.""Ya ampun, kasihan sekali kita.""Ya, elu masih bangun, gue? Lelap banget. Aduh, gue gak enak banget sama istri. Kirimin lagi deh! Cari di gdrive!""Oke, Oke, nanti gue cari.""Jangan nanti, gue perlunya sekarang." "Ih, bawel! Iya, gue cari!"Sambungan itu langsung diputuskan oleh Heru. Sri masih ada di dalam kamar mandi, sedang bersih-bersih sebelum tidur. Untung saja anak-anak sudah mau tidur di kamar berdua, sehingga aku dan Sri tidak harus satu kamar dengan anak-anak. Hanya saja, bila malam tiba, aku bingung mau bicara apa lagi dengan Sri. Mau melakukan apa karena kami sama-sama terbatas. Sri terbatas dengan trauma, lalu aku terkendala sakit dari bagian paling penting dalam hidupku sebagai seorang lelaki. "Mas." Aku menoleh dengan terkejut. Sri rupanya sudah selesai mengganti pakaiannya

  • Setelah Menonton Video   74. Pengantin Baru

    "Mas, ada apa? Lagi melamun apa?" tanya sang Istri sambil menggerakkan telapak tangannya di depan wajah David. Pria itu tersentak. Di dalam bayangannya, Sri memakai baju terbuka dan sedang duduk di pangkuannya. Mereka berciyuman dengan sangat bergairah, tapi ternyata.... "Mas, kenapa?" tanya Sri lagi. "Ah, gak papa, Sri. K-kamu sudah selesai di kamar mandi?" Sri mengangguk. Wanita itu langsung naik ke ranjang yang masih dipenuhi kelopak bunga. "Mau langsung tidur?" tanya David lagi. Sri mengangguk, lalu detik kemudian ia menguap lebar. "Sini, Mas! Kita tidur!" Sri menepuk sisi sampingnya. Meminta David untuk berbaring juga. Akhirnya David ikut saja. Jika di dalam hayalannya ia begitu berani menyentuh Sri, sebaliknya Sri pun juga senang dengan sentuhannya, maka di saat nyata seperti ini, nyalinya tidak sebesar gairahnya. Apalagi Sri memakai pakaian lengkap. Pasangan piyama dengan celana panjang. "Kamu beneran udah ngantuk?" tanya David lagi. "Belum terlalu, Mas, cuma capek aja."

  • Setelah Menonton Video   73. Sebuah Kenyataan

    "Kalau suaranya merdu, berarti enak, Mbak. Kalau suaranya serak, berarti enak banget ha ha ha huk! huk! huk!""Kualat sama anak itu namanya! Malah gibah di depan kamar pengantin anak sendiri!" Deni menarik tangan Eva udah segera beranjak dari depan kamar anaknya. "Ayo, pulang! Dasar emak-emak! Kayak gak pernah muda aja! Untung gak dilihat karyawan hotel!" Asih tersenyum melihat besannya yang berjalan masuk ke dalam lift. Ponselnya berdering karena Robi yang menelepon. "Halo, Robi.""Halo, Bu, kembar udah nunggu di mobil sama Robi, Ela, sama bibik. Ibu ikut pulang gak?""Eh, iya, Ibu ikut, Robi. Tungguin ya!""Iya, Robi jemput di lobi ya, Bu. Ibu tunggu di depan aja!" "Iya, makasih ya." Asih segera berjalan cepat untuk masuk ke dalam lift yang kebetulan terbuka. Ia tidak mau sampai ditinggal pulang oleh Robi dan kedua cucunya. Apalagi ia diamanahi Sri untuk mengurus si Kembar kurang lebih tiga hari. "Asih." Wanita itu mengangkat kepalanya saat menyadari siapa yang baru saja masuk k

  • Setelah Menonton Video   72. Apa Boleh Menyentuhmu?

    "Ma, bagaimana? Ampun, deh, ini nanti kitab terlambat, Ma! Emang belum selesai juga?" David terus mengomel karena Sri belum juga siap, sedangkan mereka harus segera berangkat ke tempat acara akad nikah yang disambung dengan acara resepsi. "Sudah, Nak David. Sri sudah selesai. Katanya Nak David duluan, nanti Sri menyusul dengan mobil yang satunya. Malu katanya," jawab Asih sambil tersenyum. "Malu gimana? Orang udah tahu aslinya!" Lelaki itu mendengus. Gara-gara pesan yang tidak pernah dibaca dan dibalas oleh Sri sejak semalam, David benar-benar kesal dan gemas. "Sudah, nanti kalau kamu ngambek, Sri malah kabur." Eva meledek. David akhirnya memutuskan masuk ke dalam mobil sang Mama yang sudah disulap menjadi mobil pengantin. Ia mengira bisa naik mobil bersama Sri menuju tempat akad, tapi ternyata ia harus berdua mamanya duduk di kursi penumpang. Lalu Sri, naik di mobil yang dikendarai oleh Robi. Mereka pun tiba bersamaan. Lagi-lagi Sri tidak mau melihat calon suaminya, sedangkan lel

  • Setelah Menonton Video   71. Posesif

    "Ibu kenapa?" tanya Sri yang memperhatikan ibunya sejak tadi diam saja. Sepulang dari fitting baju, ibunya tidak banyak bicara dan tetap di dalam kamar saja. "Ibu, Ibu kenapa?" tanya Sri lagi sambil menyentuh pundak ibunya. "Eh, gak papa, Sri. Ibu cuma terharu aja, anak Ibu akhirnya menikah juga." Sri memeluk ibunya. "Semua berkat doa Ibu.""Ya sudah, Sri temani anak-anak main dulu." Asih tersenyum sambil mengangguk. Sri pun keluar dari kamarnya.Setelah melewati aneka rangkaian perawatan pra nikah, Sri akhirnya memiliki waktu untuk bermain bersama si Kembar. Ia memperhatikan wajah dan gerak-gerik buah hatinya yang sejak kejadian kelam lima bulan lalu, kini sudah pulih dan semakin membaik. Anak-anak terlihat lebih berisi dan juga sehat. Aktif dan juga baik hati untuk itu oma dan opa si Kembar sangat senang bermain bersama cucu mereka. Ponselnya berdering. Papanya kembar. Itulah nama kontak yang muncul di layar ponselnya. Sri mengambil benda pipih yang tergeletak begitu saja di ata

  • Setelah Menonton Video   70. Ayahnya Sri

    "Apa kata dokter?" tanya Eva pada putranya. David mengulum senyum sambil melirik Sri yang keluar dari ruang periksa dengan santai. "Disuruh praktek langsung, Ma," jawab David. Eva dan Asih tertawa. "Mana masih tiga belas hari lagi. Masih lama dong ya.""Gak papa, Ma, masih ada waktu buat latihan." David kembali mencolek lengan Sri. Wanita itu mengangkat bahunya karena tak paham. Sepulang dari rumah sakit, mereka langsung pulang ke rumah. Sri tidak diizinkan keluar rumah lagi sampai waktu pernikahan tiba. Mungkin terdengar lucu, ada janda yang dipingit, tapi begitulah Eva dan David inginkan pada Sri. Kelakuan Sri yang sering kabur-kaburan membuat ibu dan anak itu khawatir. Sri tetap disibukkan dengan kuliah yang terpaksa ia lakukan secara online. Untung saja ia mengambil kelas ekstensi sehingga waktu kuliah sabtu dan minggu saja. Semua tugas bisa ia kerjakan dari rumah, tentu saja dibantu oleh David yang kapan saja bersedia menolong calon istri. "Jadi cukup tiga ratus undangan saj

  • Setelah Menonton Video   69. Boleh Bahagia, Gak?

    "Ma, aku dilamar." Eva mengernyit. "Siapa?" tanyanya balik. "Aku, Ma.""Yang benar saja, mana ada lelaki dilamar. Yang ada, lelaki melamar. Kamu pulang-pulang dari Yogyakarta kenapa malah anget gini luar dalam." Eva menaruh punggung tangannya di kening sang Putra. David tertawa dan langsung memeluk mamanya. "Kenapa sih, pulang-pulang senang banget? Aneh!" Eva melepas pelukan anaknya. David menggenggam tangan Eva sambil menciyumnya. "Dari sore jam tiga, David udah sampai, Ma. David jenguk anak-anak dan ibunya. Alhamdulillah semuanya sehat. Apalagi ibunya, lebih sehat lagi. Soalnya tambah cantik dan tambah bener ha ha ha.... ""Maksudnya?" Eva belum mengerti arah pembicaraan David. Wanita itu membetulkan posisi duduknya agar bisa mendengarkan David bercerita. "Mbak Sri udah mau jadi istri David, Ma," kata pria itu dengan semringah. Bukannya gembira, Eva malah menertawakan kekonyolan putranya. "Kamu pikir, Mama percaya? Sri itu udah gak mau sama kamu. Udah, jangan maksa! Mama udah

  • Setelah Menonton Video   68. Ayah Anak-anak

    "Jadi lu cerai dari Mira?" tanya David pada Heru yang saat ini berkunjung ke sekolah tempat David bekerja. Ya, bekerja sekaligus ownernya. "Iya, Vid, mama minta cucu dan Mira kandungannya lemah. Mama suruh gue poligami. Gue mau aja sih, tapi Mira gak mau dan dia milih nyerah." Heru menyandarkan kepalanya di sofa. David yang melihat teman baiknya begitu cemas, ikut duduk di samping pria itu."Kita ini udah sama-sama dewasa, tapi untuk urusan percintaan, kenapa kita gak pernah menang? Tidak ada perempuan yang kuat berlama-lama menjalin hubungan dengan kita." David menepuk pundak Heru. "Apa berawal dari video itu?" tanya Heru menebak. Sontak David tertawa. "Video durasi empat detik, merubah semua rencana hidup yang udah gue susun. Semuanya, tapi gue tetap happy karena gue punya anak. Tunggu, emangnya lu gak ada anak sama Lalisa? Wanita malam itu bukannya udah sempat lu nikahin?" Heru menggeleng kepala. "Gue gak tahu itu anak gue apa bukan. Lalisa udah nikah lagi dengan sodara Mira. T

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status