Beranda / Romansa / Setelah Menonton Video / 10. Pertama Kalinya

Share

10. Pertama Kalinya

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 16:05:40

Air mata permohonan yang turun dengan deras tidak menyurutkan gerakan mas David. Lelaki itu terus melakukan apa yang diinginkan h4sratnya. Aku berteriak berhenti, tetapi mas David tetap meneruskannya. Tu6uhku yang memang sudah kelelahan, tidak bisa lagi melaw4n dengan tenaga ekstra. Aku benar-benar lemas dan merasa kesakit4n.

"Luar biasa rasanya," gumam lelaki itu.

"Mas, sudah, s-sakit." Aku tidak tahu apa yang terjadi, setelah setengah jam, akhirnya mas David berhenti setelah gerakan bola mata li4rnya perlahan meredup. Lelaki itu menjatuhkan diri ke samping dengan tubuh berpeluh, sedangkan aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya.

Aku terbangun saat merasakan beban berat pada p3rut. Perlahan aku membuka mata dan melihat tangan kiri mas David ada di atas p3rutku. Aku menggeser tangan itu dengan hati-hati agar ia tidak terbangun. Namun, harapanku musn4h, karena saat itu, mas David bangun dan menatap ke arahku dengan tatapan bingung.

"Sri, k-kamu --- ini tadi kita ---
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Setelah Menonton Video   11. Nikah Siri

    PoV DavidAku sudah sampai di rumah jam tujuh malam. Mama dan papa mertuaku sedang tidak ada di rumah. Hanya ada bibik dan juga Meta; adik iparku yang masih SMA, tapi remaja itu pun sudah berada di kamarnya. Aku makan sendirian di ruang makan sambil terus memikirkan jawaban apa yang akan aku berikan untuk istriku, perihal uwang yang aku transfer. Kring! KringNomor Sri memanggil. Langsung saja aku mengangkatnya karena aku memang perlu bicara dengan Sri. "Halo, Sri.""Halo, Mas David kirim uang lagi? Untuk apa? Saya udah bilang gak usah kirim saya uang. ""Iya, i-itu honor. Eh, bukan, itu pesangon yang diberikan mama untuk kamu. Kata mama buat nambahin biaya berobat.""Oh, gitu, jadi uangnya dari Bu Eva ya.""Iya, kamu GR sekali saya kirim uang terus! Oh, iya, nanti kalau Mayang telepon kamu, bilang uangnya dari mama untuk kamu berobat. Paham'kan? Istriku soalnya cemburu sama kamu.""Oh, iya, Mas, makasih. Sampaikan salam saya untuk ibu.""Iya, oke, kamu udah sehat? Halo, halo!" sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Setelah Menonton Video   12. Ada Tamu

    Aku menekan kenop pintu kamar Robi. Adikku yang berusia dua puluh tahun itu sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Ia tersenyum di depan ponsel, lalu ia menoleh ke arahku sebentar."Kenapa, Mas?" tanya Robi. Aku melangkah masuk dan ikut duduk di ranjang ukuran single miliknya."Kamu kenapa?""Gak papa. Pasti Mas David ada di tim mama ya?" aku tertawa pelan."Gak ada di tim siapa-siapa. Emangnya mama kenapa? Soalnya tadi mama gak cerita. Mama suruh aku tanya langsung sama kamu.""Robi kehilangan banget mbak Sri, Mas. Robi rasa, Robi naksir mbak Sri. Emangnya gak boleh?" aku menghela napas. Otak Robi sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Ini Robi lagi wa-an sama mbak Sri. Nanya kabarnya dan tanya kapan bisa kembali kerja.""Katanya apa?" aku mendadak kepo."Katanya gak tahu. Nunggu bener-bener sehat dulu. Hari Minggu nanti, Robi mau ke sana." "Mau apa? Jangan!" Robi mengernyit."Kenapa jangan?""Namanya orang lagi sakit, butuh istirahat. Kamu gak usah ke sana. Nanti saja kalau Sr

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Setelah Menonton Video   13. Harus Tanggung Jawab

    Mau menghindar rasanya sudah tidak mungkin. Semua sudah terjadi dan aku harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah aku perbuat. Bukan salah Sri, tapi salahku. Termasuk terus membohongi Mayang dengan berbagai alasan. Apakah setelah ini, rumah tangga ku akan berakhir? Tentu saja aku tidak ingin hal itu terjadi. Sampai titik da-rah penghabisan, aku akan tetap mempertahankan pernikahan ini. "Lu mau ke mana? " tanya Heru saat aku memasukkan ponsel ke dalam saku celana bahan. Aku juga sudah mematikan laptop, padahal baru jam empat sore. Mama yang membuatku jadi begini. "Mau pulang lebih cepat. Udah bilang bos.""Kenapa? Apa ada yang sakit?" aku mengangguk. "Ya, rasanya sebentar lagi, aku akan sakit jiwa." Setelah mengatakan hal itu, aku pun segera berlalu dari ruangan kerjaku. Namun, aku tiba-tiba ingat satu hal yang ingin aku tanyakan pada Heru. "Jadi, lu udah nikah siri sama cewek itu?" tanyaku berbisik. Heru mengangguk. "Lu pake gak?" tanyaku lagi. Heru menggelengkan kepala. "Gue

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Setelah Menonton Video   14. Kamu Hamil'kan?

    Pov Sri"Kamu pasti hamil, makanya kamu sakit-sakitan," cecar ibuku yang terus saja mendesakku untuk test pack. Aku menggelengkan kepala. "Percaya Sri, Bu. Sri gak hamil. Ibu gak bisa maksa orang untuk nikahi Sri. Apalagi suami orang. Cukup Ibu yang merusak rumah tangga orang lain, sehingga karma Tuhan terus menghantui kita sampai saat ini. Sri gak mau, Bu. Biar ini jadi ----""Kamu malah menyalahkan Ibu? Ibu itu terpaksa. Nenek kamu miskin dan kami gak punya apa-apa. Gak ada anak bujangan yang mau sama orang miskin seperti Ibu. Untuk itu Ibu terpaksa. Satu-satunya cara agar Ibu gak tersesat jadi wanita malam adalah dengan menjadi simpanan suami or ----""Sudahlah, Bu, kita jangan berdebat terus. Dokter bilang, saya cuma maag dan tadi sudah dapat obat. Jadi cukup istirahat saja. Sri mau tidur ya, Bu, ini sudah malam." Padahal masih jam tujuh, tetapi aku gak mau terus-menerus berdebat dengan ibu. Lambung ini belum lagi pulih dan tubuhku juga masih lemas. Aku tidak hamil, tetapi ibu ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Setelah Menonton Video   15. Harus Cari Ke mana?

    Asih cemas setelah kepergian Sri. Ibu mana yang tidak khawatir, saat putrinya pergi dari rumah? apalagi sering membawa beban masalah yang berat. Asih jelas sangat cemas, takut Sri berlaku macam-macam di luar sana. Lalu Wanita senja itu memberanikan diri lagi datang ke ibukota sendiri. Semua dia lakukan demi mencari sang buah hati yang pergi meninggalkannya dalam keadaan yang kurang sehat. "Ibu harus ke mana lagi nyari kamu Sri?" gumam Asih, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Sang Putri. "Pokoknya aku harus cari kemana pun."Akhirnya asih memutuskan untuk mencari Sri. Langkah kakinya membawa ia mendatangi semua tempat teman-teman Sri, mereka para pekerja rumah tangga di Jakarta. Sudah mendatangi beberapa tempat, tapi sama sekali tidak ada yang mengetahui di mana keberadaan anak gadisnya itu."Rina, kamu bener-bener nggak tahu keberadaan Sri di mana?” Asih bertanya kepada seorang gadis bernama Rina, karena terakhir kali ia tahu sering menghubungi Rina. Rina menggelengkan kepalanya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Setelah Menonton Video   16. Bulan Madu

    David diam saja saat sang adik memberikan bogem mentahnya. Meskipun jujur saja ia merasa kesakitan, kepalanya juga sedikit berputar akibat pukulan yang sangat keras diterimanya. Ia tidak akan membalas pukulan dari Robi. Eva berjalan cepat menghampiri David. “Kamu nggak apa-apa?”David tidak menjawab, ia terdiam mencoba mendapatkan kesadarannya kembali. Tentu saja dirinya tidak baik-baik saja, apa lagi kakinya terantuk kursi, pukulan keras yang diberikan Robi membuat kepalanya benar-benar sakit dan ia terjatuh terjerembab. “Kamu ngapain sih Robi?! Lihat tuh Kakak kamu! Tahan, kalian gak boleh saling mencelakai!" kata Eva cemas. Robi terlihat acuh, menurutnya David memang pantas mendapatkan pukulan seperti itu. Bahkan menurutnya itu masih kurang. “Dia memang pantas digituin. Anak Mama ini umurnya tua, tapi kelakuannya bocah labil!" Robi pun pergi dengan perasaan marah mengendarai vespa maticnya. Lalu Eva melarikan David ke rumah sakit. Lukanya diobati, tidak ada hal yang parah terjad

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Setelah Menonton Video   17. Kabar Kehamilan

    Mayang mengurai pelukan saat ponselnya berdering."Aku angkat dulu ya, Mas?" David mengangguk. Mayang meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas samping ranjang."Halo, Ma.""Kamu di mana? Jadi nginep di hotel malam ini?""Jadi, Ma. Besok baru Mayang pulang ya. Honeymoon masih kurang sebenarnya, tapi lusa Mayang udah harus masuk kerja. Dapat cuti dua hari saja. Hari ini dan besok.""Oh, oke, selamat bersenang-senang ya, Nak. Suami kamu itu rindu berat sama kamu. Jangan sampai kamu lupakan kewajiban sebagai istri ya.""Siap, Ma, ini lagi ditunaikan he he he ..." Mayang menatap suaminya sambil tersenyum. Test pack garis dua itu masih di tangan David. Mayang sangat tahu bahwa saat ini suaminya sangat senang karena ia hamil.Setelah menutup panggilan dari mamanya, Mayang menonaktifkan ponselnya. Jangan sampai urusan kantor atau yang lainnya menganggu bulan madunya. Ini masih jam lima sore. Mereka baru satu ronde dan masih ada satu ronde atau dua ronde lagi sampai nanti malam atau samp

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Setelah Menonton Video   18. Robi yang Galau

    "Ya ampun, terus gimana pembantu lu? Kok bisa? I-itu kenapa malah lu praktekin ke pembantu lo? Kan kata gue buat referensi. Gimana jadinya, tuh?" cecar Heru masih dengan napas terengah-engah karena kaget. "Makanya ini kepala gue pusing. Mayang hamil dan bisa saja pembantu gue hamil juga. Masa gue langsung jadi ayah dua anak? Gue mumet nih, Her!" David meremas rambutnya dengan kasar. "Tunggu, bukannya waktu itu lu bilang, pembantu lu istri orang udah tua?""Tua dari gue dua tahun doang. Umurnya tiga puluh satu tahun dan ternyata janda ting ting, pernah nikah, pas selesai akad, lakinya meninggal. Nah, berarti dia masih virg!n dan yaah.... ""Apa? Jadi dalam seminggu, lu dapat peraw4n dua orang?!"Plak! "Aww!" David memukul kepala Heru karena sudah berteriak, padahal mereka masih dalam mode kerja. Satu ruangan menoleh, lalu mereka menggelengkan kepala. "Kurang keras suara lo! Udah, jangan bikin gue tambah mumet!" David berusaha fokus pada pekerjaan, meskipun tidak bisa. "Lu minta sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15

Bab terbaru

  • Setelah Menonton Video   76. Suami Gak Berfaedah

    "Hati-hati ya.""Iya, Mas, makasih udah anter saya." Sri menciyum punggung tanganku. Aku menghela napas kasar saat harus melepaskan Sri kuliah offline hari ini. Padahal aku gak papa kalau Sri tidak sarjana. Aku tetap menghargainya dan sayang sebagai ibu anak-anakku, tapi Sri tetap ingin kuliah. Ia bahkan sangat semangat. Bagaimana nanti kalau di kampus ada mahasiswa yang naksir Sri? Atau gimana kalau ada dosen yang naksir dia? Bisa saja kan? Ditambah aku belum bisa memberikan nafkah batin untuk istriku, makin takut saja jadinya.Aku memutuskan tidak langsung berangkat ke sekolah milikku, tetapi aku masuk ke area parkir kampus. Ya, aku ingin tahu kelas Sri dan teman-temannya. Ruangan kelasnya ada di lantai dua. Aku pun bergegas ke sana. Namun, langkahku terhenti saat melihat Sri sedang bercakap-cakap dengan lelaki muda berkaca mata. Terlihat tampan dan gagah. Mau apa lelaki itu? Aku mengendap-endap mendekat ke arah keduanya. Sri tersenyum, lelaki itu terpesona. Apa ia tidak tahu Sri i

  • Setelah Menonton Video   75. Nonton Video Lagi

    PoV David"Halo, Her, lu masih nyimpen vide0 yang waktu itu?""Gak tahu deh, kayaknya udah aku hapus. HP juga udah gue ganti, kenapa emang?""Ck, gue perlu nih! Belum ada tanda-tanda gue sembuh.""Ya ampun, kasihan sekali kita.""Ya, elu masih bangun, gue? Lelap banget. Aduh, gue gak enak banget sama istri. Kirimin lagi deh! Cari di gdrive!""Oke, Oke, nanti gue cari.""Jangan nanti, gue perlunya sekarang." "Ih, bawel! Iya, gue cari!"Sambungan itu langsung diputuskan oleh Heru. Sri masih ada di dalam kamar mandi, sedang bersih-bersih sebelum tidur. Untung saja anak-anak sudah mau tidur di kamar berdua, sehingga aku dan Sri tidak harus satu kamar dengan anak-anak. Hanya saja, bila malam tiba, aku bingung mau bicara apa lagi dengan Sri. Mau melakukan apa karena kami sama-sama terbatas. Sri terbatas dengan trauma, lalu aku terkendala sakit dari bagian paling penting dalam hidupku sebagai seorang lelaki. "Mas." Aku menoleh dengan terkejut. Sri rupanya sudah selesai mengganti pakaiannya

  • Setelah Menonton Video   74. Pengantin Baru

    "Mas, ada apa? Lagi melamun apa?" tanya sang Istri sambil menggerakkan telapak tangannya di depan wajah David. Pria itu tersentak. Di dalam bayangannya, Sri memakai baju terbuka dan sedang duduk di pangkuannya. Mereka berciyuman dengan sangat bergairah, tapi ternyata.... "Mas, kenapa?" tanya Sri lagi. "Ah, gak papa, Sri. K-kamu sudah selesai di kamar mandi?" Sri mengangguk. Wanita itu langsung naik ke ranjang yang masih dipenuhi kelopak bunga. "Mau langsung tidur?" tanya David lagi. Sri mengangguk, lalu detik kemudian ia menguap lebar. "Sini, Mas! Kita tidur!" Sri menepuk sisi sampingnya. Meminta David untuk berbaring juga. Akhirnya David ikut saja. Jika di dalam hayalannya ia begitu berani menyentuh Sri, sebaliknya Sri pun juga senang dengan sentuhannya, maka di saat nyata seperti ini, nyalinya tidak sebesar gairahnya. Apalagi Sri memakai pakaian lengkap. Pasangan piyama dengan celana panjang. "Kamu beneran udah ngantuk?" tanya David lagi. "Belum terlalu, Mas, cuma capek aja."

  • Setelah Menonton Video   73. Sebuah Kenyataan

    "Kalau suaranya merdu, berarti enak, Mbak. Kalau suaranya serak, berarti enak banget ha ha ha huk! huk! huk!""Kualat sama anak itu namanya! Malah gibah di depan kamar pengantin anak sendiri!" Deni menarik tangan Eva udah segera beranjak dari depan kamar anaknya. "Ayo, pulang! Dasar emak-emak! Kayak gak pernah muda aja! Untung gak dilihat karyawan hotel!" Asih tersenyum melihat besannya yang berjalan masuk ke dalam lift. Ponselnya berdering karena Robi yang menelepon. "Halo, Robi.""Halo, Bu, kembar udah nunggu di mobil sama Robi, Ela, sama bibik. Ibu ikut pulang gak?""Eh, iya, Ibu ikut, Robi. Tungguin ya!""Iya, Robi jemput di lobi ya, Bu. Ibu tunggu di depan aja!" "Iya, makasih ya." Asih segera berjalan cepat untuk masuk ke dalam lift yang kebetulan terbuka. Ia tidak mau sampai ditinggal pulang oleh Robi dan kedua cucunya. Apalagi ia diamanahi Sri untuk mengurus si Kembar kurang lebih tiga hari. "Asih." Wanita itu mengangkat kepalanya saat menyadari siapa yang baru saja masuk k

  • Setelah Menonton Video   72. Apa Boleh Menyentuhmu?

    "Ma, bagaimana? Ampun, deh, ini nanti kitab terlambat, Ma! Emang belum selesai juga?" David terus mengomel karena Sri belum juga siap, sedangkan mereka harus segera berangkat ke tempat acara akad nikah yang disambung dengan acara resepsi. "Sudah, Nak David. Sri sudah selesai. Katanya Nak David duluan, nanti Sri menyusul dengan mobil yang satunya. Malu katanya," jawab Asih sambil tersenyum. "Malu gimana? Orang udah tahu aslinya!" Lelaki itu mendengus. Gara-gara pesan yang tidak pernah dibaca dan dibalas oleh Sri sejak semalam, David benar-benar kesal dan gemas. "Sudah, nanti kalau kamu ngambek, Sri malah kabur." Eva meledek. David akhirnya memutuskan masuk ke dalam mobil sang Mama yang sudah disulap menjadi mobil pengantin. Ia mengira bisa naik mobil bersama Sri menuju tempat akad, tapi ternyata ia harus berdua mamanya duduk di kursi penumpang. Lalu Sri, naik di mobil yang dikendarai oleh Robi. Mereka pun tiba bersamaan. Lagi-lagi Sri tidak mau melihat calon suaminya, sedangkan lel

  • Setelah Menonton Video   71. Posesif

    "Ibu kenapa?" tanya Sri yang memperhatikan ibunya sejak tadi diam saja. Sepulang dari fitting baju, ibunya tidak banyak bicara dan tetap di dalam kamar saja. "Ibu, Ibu kenapa?" tanya Sri lagi sambil menyentuh pundak ibunya. "Eh, gak papa, Sri. Ibu cuma terharu aja, anak Ibu akhirnya menikah juga." Sri memeluk ibunya. "Semua berkat doa Ibu.""Ya sudah, Sri temani anak-anak main dulu." Asih tersenyum sambil mengangguk. Sri pun keluar dari kamarnya.Setelah melewati aneka rangkaian perawatan pra nikah, Sri akhirnya memiliki waktu untuk bermain bersama si Kembar. Ia memperhatikan wajah dan gerak-gerik buah hatinya yang sejak kejadian kelam lima bulan lalu, kini sudah pulih dan semakin membaik. Anak-anak terlihat lebih berisi dan juga sehat. Aktif dan juga baik hati untuk itu oma dan opa si Kembar sangat senang bermain bersama cucu mereka. Ponselnya berdering. Papanya kembar. Itulah nama kontak yang muncul di layar ponselnya. Sri mengambil benda pipih yang tergeletak begitu saja di ata

  • Setelah Menonton Video   70. Ayahnya Sri

    "Apa kata dokter?" tanya Eva pada putranya. David mengulum senyum sambil melirik Sri yang keluar dari ruang periksa dengan santai. "Disuruh praktek langsung, Ma," jawab David. Eva dan Asih tertawa. "Mana masih tiga belas hari lagi. Masih lama dong ya.""Gak papa, Ma, masih ada waktu buat latihan." David kembali mencolek lengan Sri. Wanita itu mengangkat bahunya karena tak paham. Sepulang dari rumah sakit, mereka langsung pulang ke rumah. Sri tidak diizinkan keluar rumah lagi sampai waktu pernikahan tiba. Mungkin terdengar lucu, ada janda yang dipingit, tapi begitulah Eva dan David inginkan pada Sri. Kelakuan Sri yang sering kabur-kaburan membuat ibu dan anak itu khawatir. Sri tetap disibukkan dengan kuliah yang terpaksa ia lakukan secara online. Untung saja ia mengambil kelas ekstensi sehingga waktu kuliah sabtu dan minggu saja. Semua tugas bisa ia kerjakan dari rumah, tentu saja dibantu oleh David yang kapan saja bersedia menolong calon istri. "Jadi cukup tiga ratus undangan saj

  • Setelah Menonton Video   69. Boleh Bahagia, Gak?

    "Ma, aku dilamar." Eva mengernyit. "Siapa?" tanyanya balik. "Aku, Ma.""Yang benar saja, mana ada lelaki dilamar. Yang ada, lelaki melamar. Kamu pulang-pulang dari Yogyakarta kenapa malah anget gini luar dalam." Eva menaruh punggung tangannya di kening sang Putra. David tertawa dan langsung memeluk mamanya. "Kenapa sih, pulang-pulang senang banget? Aneh!" Eva melepas pelukan anaknya. David menggenggam tangan Eva sambil menciyumnya. "Dari sore jam tiga, David udah sampai, Ma. David jenguk anak-anak dan ibunya. Alhamdulillah semuanya sehat. Apalagi ibunya, lebih sehat lagi. Soalnya tambah cantik dan tambah bener ha ha ha.... ""Maksudnya?" Eva belum mengerti arah pembicaraan David. Wanita itu membetulkan posisi duduknya agar bisa mendengarkan David bercerita. "Mbak Sri udah mau jadi istri David, Ma," kata pria itu dengan semringah. Bukannya gembira, Eva malah menertawakan kekonyolan putranya. "Kamu pikir, Mama percaya? Sri itu udah gak mau sama kamu. Udah, jangan maksa! Mama udah

  • Setelah Menonton Video   68. Ayah Anak-anak

    "Jadi lu cerai dari Mira?" tanya David pada Heru yang saat ini berkunjung ke sekolah tempat David bekerja. Ya, bekerja sekaligus ownernya. "Iya, Vid, mama minta cucu dan Mira kandungannya lemah. Mama suruh gue poligami. Gue mau aja sih, tapi Mira gak mau dan dia milih nyerah." Heru menyandarkan kepalanya di sofa. David yang melihat teman baiknya begitu cemas, ikut duduk di samping pria itu."Kita ini udah sama-sama dewasa, tapi untuk urusan percintaan, kenapa kita gak pernah menang? Tidak ada perempuan yang kuat berlama-lama menjalin hubungan dengan kita." David menepuk pundak Heru. "Apa berawal dari video itu?" tanya Heru menebak. Sontak David tertawa. "Video durasi empat detik, merubah semua rencana hidup yang udah gue susun. Semuanya, tapi gue tetap happy karena gue punya anak. Tunggu, emangnya lu gak ada anak sama Lalisa? Wanita malam itu bukannya udah sempat lu nikahin?" Heru menggeleng kepala. "Gue gak tahu itu anak gue apa bukan. Lalisa udah nikah lagi dengan sodara Mira. T

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status