Home / Romansa / Setelah Menonton Video / 7. Service Memuaskan di Ranjang

Share

7. Service Memuaskan di Ranjang

last update Last Updated: 2025-01-14 14:41:05

Dewasa (21+)

"Mayang, ada apa , Nak, kamu kenapa Sayang?" papa mertuaku menengahi. Papa Deni menoleh ke arahku, lalu menggerakkan kepalanya mengangguk. Aku masih diam karena jika aku sanggah, Mayang akan semakin marah.

"Duduk!" Titah papa Deni membuat Mayang duduk. Namun, napas istriku masih naik turun, menandakan ia masih sangat emosi, ditambah air matanya berlinang sangat deras. Baru begini saja, Mayang sudah sangat marah, apalagi kalau sampai Mayang tahu, bahwa aku sudah tidur dengan Sri.

"Papa tahu kamu lagi pusing dengan persiapan ke Gorontalo, tapi bukan begini juga dengan suami. Sri itu pembantu mertua kamu, jika kamu mau Sri dipecat, maka kamu yang bicara dengan mertua kamu, bukan marah dan minta David memecat Sri. Jangan egois, Nak. Kamu sudah menikah dan ada suami yang harus kamu hormati. Udah, bertengkar di meja makan bukan hal baik, kita lanjutkan makan."

"Mayang ke rumah sakit saja, Pa. Sarapan di sana saja." Mayang berdiri dengan wajah marahnya.

"Biar aku antar," selaku.

"Naik apa? Motor kamu saja, kamu tinggal di rumah mama kamu, supaya apa? Supaya kamu bisa balik lagi ke sana dan bertemu Sri. Ya'kan? " Mayang benar-benar tidak bisa diajak diskusi saat ini. Biarlah ia sendiri yang menguasai serta meredam emosinya. Aku udah berusaha untuk menjelaskan dan bersabar atas sikap semaunya.

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaykumussalam." Aku, mama, dan pada mertua menoleh ke pintu depan. Suara itu sangat aku kenal yaitu suara Robi. Gegas aku membukakan pintu.

"Robi, ada apa?" tanyaku heran.

"Aku nganter motor Mas David. Mbak Sri mau mudik. Aku juga ada tugas kuliah ke Bandung. Mama baru balik sore, jadi kata mbak Sri, motor dianter saja."

"Oh, gitu, terus, kamu balik gimana?" aku memperhatikan Robi yang sudah membawa ransel besarnya.

"Itu, ada Gilang yang berangkat bareng." Aku melambaikan tangan pada Gilang, sahabat adikku itu.

"Aku langsung ya, Mas, salam buat mbak Dokter." Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Makasih ya, Robi, hati-hati di jalan." Aku menyelipkan u4ng merah satu lembar ke dalam saku jaketnya.

"Siapa?" tanya ibu mertuaku dengan suara datar.

"Robi, Ma, buru-buru, cuma nganter motor David aja."

"Masalah kalian harus selesai sebelum kalian berdua pergi bekerja. Sana, rayu lagi Mayang." Aku mengangguk. Belum terlambat jika aku bicara pada Mayang, sekitar lima belas menitan. Aku masuk ke kamar dan melihat Mayang sudah rapi.

"Sayang, maafkan aku. Aku harus apa agar kamu gak cemburu dengan Sri? Karena aku memang gak punya hubu----"

"Kamu gak boleh ke rumah mama kamu sendirian, jika tidak denganku. Kemudian, kamu ke sana hanya boleh satu bulan satu kali, itu pun harus denganku. Kamu gak boleh bicara apapun pada Sri. Apa bisa?" aku diam sejenak. Tidak mungkin aku menjenguk mama hanya satu bulan sekali. Bisa-bisa mama marah dan ----

"Aku tahu kamu pasti----"

"Aku setuju. Aku gak akan ke rumah mama, jika tidak dengan istriku. Sekarang sudah marahnya ya." Aku menarik Mayang ke dalam pelukanku. Aku memberikan ciyuman di bibirnya sebagai pertanda aku sangat mencintai dan tidak ingin dia marah dan merajuk padaku.

Setelahnya kami pun mandi dan bersiap-siap ke kantor.

"Motor kamu udah di sini? Kapan kamu ngambilnya?" suara Mayang mulai tak senang.

"Diantar Robi, tadi. Jangan suudzon berlebihan ya, Sayang. Ayo, kita berangkat!" Aku memberikan helm pada Mayang, sebelum akhirnya aku yang mengantar Mayang ke rumah sakit.

"Nanti sore mau pulang ke rumah dulu, kan? Baru ke bandara?" tanyaku.

"Iya, Mas, hari ini prakteknya hanya sampai jam tiga. Keburu sih, karena pesawatnya jam tujuh empat lima."

"Oke, aku yang antar kamu ke bandara ya."

Malam harinya, aku mengantar Mayang ke Bandara Soetta. Aku tahu ia berat meninggalkanku, tetapi mau bagaimana lagi. Ini bagian dari tugas dokter spesialisnya.

"Pokoknya jangan sampai aku tahu, kamu pergi ke rumah mama. Aku gak suka kamu bertemu pembantu itu."

"Iya, iya, Sayang. Jangan sebut lagi nama itu ya. Kamu selalu saja emosi jika ada nama itu. Kamu harus semangat tugasnya."

Jam tujuh kurang lima belas menit, Mayang sudah masuk ke ruang tunggu. Aku memilih pulang ke rumahnya, meskipun jujur, aku lebih nyaman tidur di rumahku sendiri. Di rumah mama maksudnya. Kring! Kring

Aku mengangkat panggilan itu karena kebetulan aku memasang headset.

"Halo, assalamu'alaikum."

"Halo, wa'alaykumussalam. Siapa ini?"

"Maaf, apa betul ini David?"

"Iya, saya David. Ini siapa ya?" aku tidak mengenal suara perempuan di seberang sana.

"Saya orang tua Sri. Apa yang sudah Nak David lakukan pada putri saya? Apa anak saya sudah Nak David rusak? Kalau begitu, nikahi Sri!"

"Hah, a-apa? I-ini ----"

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
ga lucu ahh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Setelah Menonton Video   8. Apes

    Hampir saja aku menabrak mobil di depanku. Perkataan ibu dari Sri, benar-benar membuatku takut. Tidak mungkin aku menikahi Sri. Aku sudah punya Mayang dan aku mencintai istriku. Sri hanya bagian dari kesalahan yang tidak akan pernah mau aku ulangi lagi. Sri bilang apa dengan ibunya? Kenapa jadi rumit begini? Begitu tiba di rumah mertuaku, aku langsung masuk ke kamar. Untung semua penghuni rumah sudah pada tidur. Aku langsung berganti pakaian dan bersiap untuk tidur, meskipun aku tidak tahu, apakah aku benar-benar bisa tidur atau tidak. Sri, tadi ibu kamu telepon saya. Kamu bilang apa? Kenapa saya harus menikahi kamu? SendAku tahu Sri pasti sudah tidur, tetapi baru besar ini masih terus mengganjal jika aku tidak bertanya langsung. Aku benar-benar tidak mau, baik keluargaku atau keluarga Mayang tahu, tentang malam yang aku lalui bersama Sri. SriJangan pedulikan, Mas. Nanti saya yang bujuk. Mas David tenang saja. Hidupmu bahagia bersama istri tersayang, sedangkan saya harus menola

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   9. Pintunya Dikunci

    POV Sri"Halo, kamu lagi apa, Sri?""Halo, Mas Farhan, saya lagi beberes dapur. Orang rumah baru aja pergi ngurusin persiapan pernikahan anak majikan.""Oh, yang mau nikah sama dokter itu?""Iya, Mas. Makanya begitu rumah sepi, saya mau beberes. Adanya mas David doang di rumah. Masih dipingit.""He he he... orang kota masih jaman dipingit ya. Ya udah kalau gitu, kamu pasti lagi repot. Nanti saya telepon lagi deh.""Ada apa, Mas? Cerita aja sekarang.""Gak papa. Nanti saja.""Tentang Sukma ya?""Mmm.... " aku sudah bisa menebak kenapaas Farhan menelepon, pasti karena permintaan orang tua mas Farhan yang menginginkan putranya yang aparat negara ini berjodoh dengan pera-wan ting ting, bukan janda sepertiku. Apalagi aku hanya tamatan SMP. "Iya, soal itu---""Gak papa, Mas, saya udah bilang sejak kemarin. Hubungan ini terlalu dipaksakan. Kita ini temboknya tinggi sekali. Turuti saja kehendak orang tua Mas, pasti barokah. Udah dulu ya, Mas, saya mau lanjut beresin dapur. Assalamu'alaikum."

    Last Updated : 2025-02-24
  • Setelah Menonton Video   10. Pertama Kalinya

    Air mata permohonan yang turun dengan deras tidak menyurutkan gerakan mas David. Lelaki itu terus melakukan apa yang diinginkan h4sratnya. Aku berteriak berhenti, tetapi mas David tetap meneruskannya. Tu6uhku yang memang sudah kelelahan, tidak bisa lagi melaw4n dengan tenaga ekstra. Aku benar-benar lemas dan merasa kesakit4n. "Luar biasa rasanya," gumam lelaki itu. "Mas, sudah, s-sakit." Aku tidak tahu apa yang terjadi, setelah setengah jam, akhirnya mas David berhenti setelah gerakan bola mata li4rnya perlahan meredup. Lelaki itu menjatuhkan diri ke samping dengan tubuh berpeluh, sedangkan aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya. Aku terbangun saat merasakan beban berat pada p3rut. Perlahan aku membuka mata dan melihat tangan kiri mas David ada di atas p3rutku. Aku menggeser tangan itu dengan hati-hati agar ia tidak terbangun. Namun, harapanku musn4h, karena saat itu, mas David bangun dan menatap ke arahku dengan tatapan bingung. "Sri, k-kamu --- ini tadi kita ---

    Last Updated : 2025-02-24
  • Setelah Menonton Video   11. Nikah Siri

    PoV DavidAku sudah sampai di rumah jam tujuh malam. Mama dan papa mertuaku sedang tidak ada di rumah. Hanya ada bibik dan juga Meta; adik iparku yang masih SMA, tapi remaja itu pun sudah berada di kamarnya. Aku makan sendirian di ruang makan sambil terus memikirkan jawaban apa yang akan aku berikan untuk istriku, perihal uwang yang aku transfer. Kring! KringNomor Sri memanggil. Langsung saja aku mengangkatnya karena aku memang perlu bicara dengan Sri. "Halo, Sri.""Halo, Mas David kirim uang lagi? Untuk apa? Saya udah bilang gak usah kirim saya uang. ""Iya, i-itu honor. Eh, bukan, itu pesangon yang diberikan mama untuk kamu. Kata mama buat nambahin biaya berobat.""Oh, gitu, jadi uangnya dari Bu Eva ya.""Iya, kamu GR sekali saya kirim uang terus! Oh, iya, nanti kalau Mayang telepon kamu, bilang uangnya dari mama untuk kamu berobat. Paham'kan? Istriku soalnya cemburu sama kamu.""Oh, iya, Mas, makasih. Sampaikan salam saya untuk ibu.""Iya, oke, kamu udah sehat? Halo, halo!" sam

    Last Updated : 2025-03-13
  • Setelah Menonton Video   12. Ada Tamu

    Aku menekan kenop pintu kamar Robi. Adikku yang berusia dua puluh tahun itu sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Ia tersenyum di depan ponsel, lalu ia menoleh ke arahku sebentar."Kenapa, Mas?" tanya Robi. Aku melangkah masuk dan ikut duduk di ranjang ukuran single miliknya."Kamu kenapa?""Gak papa. Pasti Mas David ada di tim mama ya?" aku tertawa pelan."Gak ada di tim siapa-siapa. Emangnya mama kenapa? Soalnya tadi mama gak cerita. Mama suruh aku tanya langsung sama kamu.""Robi kehilangan banget mbak Sri, Mas. Robi rasa, Robi naksir mbak Sri. Emangnya gak boleh?" aku menghela napas. Otak Robi sepertinya sedang tidak baik-baik saja."Ini Robi lagi wa-an sama mbak Sri. Nanya kabarnya dan tanya kapan bisa kembali kerja.""Katanya apa?" aku mendadak kepo."Katanya gak tahu. Nunggu bener-bener sehat dulu. Hari Minggu nanti, Robi mau ke sana." "Mau apa? Jangan!" Robi mengernyit."Kenapa jangan?""Namanya orang lagi sakit, butuh istirahat. Kamu gak usah ke sana. Nanti saja kalau Sr

    Last Updated : 2025-03-13
  • Setelah Menonton Video   13. Harus Tanggung Jawab

    Mau menghindar rasanya sudah tidak mungkin. Semua sudah terjadi dan aku harus mempertanggungjawabkan apa yang sudah aku perbuat. Bukan salah Sri, tapi salahku. Termasuk terus membohongi Mayang dengan berbagai alasan. Apakah setelah ini, rumah tangga ku akan berakhir? Tentu saja aku tidak ingin hal itu terjadi. Sampai titik da-rah penghabisan, aku akan tetap mempertahankan pernikahan ini. "Lu mau ke mana? " tanya Heru saat aku memasukkan ponsel ke dalam saku celana bahan. Aku juga sudah mematikan laptop, padahal baru jam empat sore. Mama yang membuatku jadi begini. "Mau pulang lebih cepat. Udah bilang bos.""Kenapa? Apa ada yang sakit?" aku mengangguk. "Ya, rasanya sebentar lagi, aku akan sakit jiwa." Setelah mengatakan hal itu, aku pun segera berlalu dari ruangan kerjaku. Namun, aku tiba-tiba ingat satu hal yang ingin aku tanyakan pada Heru. "Jadi, lu udah nikah siri sama cewek itu?" tanyaku berbisik. Heru mengangguk. "Lu pake gak?" tanyaku lagi. Heru menggelengkan kepala. "Gue

    Last Updated : 2025-03-14
  • Setelah Menonton Video   14. Kamu Hamil'kan?

    Pov Sri"Kamu pasti hamil, makanya kamu sakit-sakitan," cecar ibuku yang terus saja mendesakku untuk test pack. Aku menggelengkan kepala. "Percaya Sri, Bu. Sri gak hamil. Ibu gak bisa maksa orang untuk nikahi Sri. Apalagi suami orang. Cukup Ibu yang merusak rumah tangga orang lain, sehingga karma Tuhan terus menghantui kita sampai saat ini. Sri gak mau, Bu. Biar ini jadi ----""Kamu malah menyalahkan Ibu? Ibu itu terpaksa. Nenek kamu miskin dan kami gak punya apa-apa. Gak ada anak bujangan yang mau sama orang miskin seperti Ibu. Untuk itu Ibu terpaksa. Satu-satunya cara agar Ibu gak tersesat jadi wanita malam adalah dengan menjadi simpanan suami or ----""Sudahlah, Bu, kita jangan berdebat terus. Dokter bilang, saya cuma maag dan tadi sudah dapat obat. Jadi cukup istirahat saja. Sri mau tidur ya, Bu, ini sudah malam." Padahal masih jam tujuh, tetapi aku gak mau terus-menerus berdebat dengan ibu. Lambung ini belum lagi pulih dan tubuhku juga masih lemas. Aku tidak hamil, tetapi ibu ga

    Last Updated : 2025-03-14
  • Setelah Menonton Video   15. Harus Cari Ke mana?

    Asih cemas setelah kepergian Sri. Ibu mana yang tidak khawatir, saat putrinya pergi dari rumah? apalagi sering membawa beban masalah yang berat. Asih jelas sangat cemas, takut Sri berlaku macam-macam di luar sana. Lalu Wanita senja itu memberanikan diri lagi datang ke ibukota sendiri. Semua dia lakukan demi mencari sang buah hati yang pergi meninggalkannya dalam keadaan yang kurang sehat. "Ibu harus ke mana lagi nyari kamu Sri?" gumam Asih, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Sang Putri. "Pokoknya aku harus cari kemana pun."Akhirnya asih memutuskan untuk mencari Sri. Langkah kakinya membawa ia mendatangi semua tempat teman-teman Sri, mereka para pekerja rumah tangga di Jakarta. Sudah mendatangi beberapa tempat, tapi sama sekali tidak ada yang mengetahui di mana keberadaan anak gadisnya itu."Rina, kamu bener-bener nggak tahu keberadaan Sri di mana?” Asih bertanya kepada seorang gadis bernama Rina, karena terakhir kali ia tahu sering menghubungi Rina. Rina menggelengkan kepalanya.

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Setelah Menonton Video   76. Suami Gak Berfaedah

    "Hati-hati ya.""Iya, Mas, makasih udah anter saya." Sri menciyum punggung tanganku. Aku menghela napas kasar saat harus melepaskan Sri kuliah offline hari ini. Padahal aku gak papa kalau Sri tidak sarjana. Aku tetap menghargainya dan sayang sebagai ibu anak-anakku, tapi Sri tetap ingin kuliah. Ia bahkan sangat semangat. Bagaimana nanti kalau di kampus ada mahasiswa yang naksir Sri? Atau gimana kalau ada dosen yang naksir dia? Bisa saja kan? Ditambah aku belum bisa memberikan nafkah batin untuk istriku, makin takut saja jadinya.Aku memutuskan tidak langsung berangkat ke sekolah milikku, tetapi aku masuk ke area parkir kampus. Ya, aku ingin tahu kelas Sri dan teman-temannya. Ruangan kelasnya ada di lantai dua. Aku pun bergegas ke sana. Namun, langkahku terhenti saat melihat Sri sedang bercakap-cakap dengan lelaki muda berkaca mata. Terlihat tampan dan gagah. Mau apa lelaki itu? Aku mengendap-endap mendekat ke arah keduanya. Sri tersenyum, lelaki itu terpesona. Apa ia tidak tahu Sri i

  • Setelah Menonton Video   75. Nonton Video Lagi

    PoV David"Halo, Her, lu masih nyimpen vide0 yang waktu itu?""Gak tahu deh, kayaknya udah aku hapus. HP juga udah gue ganti, kenapa emang?""Ck, gue perlu nih! Belum ada tanda-tanda gue sembuh.""Ya ampun, kasihan sekali kita.""Ya, elu masih bangun, gue? Lelap banget. Aduh, gue gak enak banget sama istri. Kirimin lagi deh! Cari di gdrive!""Oke, Oke, nanti gue cari.""Jangan nanti, gue perlunya sekarang." "Ih, bawel! Iya, gue cari!"Sambungan itu langsung diputuskan oleh Heru. Sri masih ada di dalam kamar mandi, sedang bersih-bersih sebelum tidur. Untung saja anak-anak sudah mau tidur di kamar berdua, sehingga aku dan Sri tidak harus satu kamar dengan anak-anak. Hanya saja, bila malam tiba, aku bingung mau bicara apa lagi dengan Sri. Mau melakukan apa karena kami sama-sama terbatas. Sri terbatas dengan trauma, lalu aku terkendala sakit dari bagian paling penting dalam hidupku sebagai seorang lelaki. "Mas." Aku menoleh dengan terkejut. Sri rupanya sudah selesai mengganti pakaiannya

  • Setelah Menonton Video   74. Pengantin Baru

    "Mas, ada apa? Lagi melamun apa?" tanya sang Istri sambil menggerakkan telapak tangannya di depan wajah David. Pria itu tersentak. Di dalam bayangannya, Sri memakai baju terbuka dan sedang duduk di pangkuannya. Mereka berciyuman dengan sangat bergairah, tapi ternyata.... "Mas, kenapa?" tanya Sri lagi. "Ah, gak papa, Sri. K-kamu sudah selesai di kamar mandi?" Sri mengangguk. Wanita itu langsung naik ke ranjang yang masih dipenuhi kelopak bunga. "Mau langsung tidur?" tanya David lagi. Sri mengangguk, lalu detik kemudian ia menguap lebar. "Sini, Mas! Kita tidur!" Sri menepuk sisi sampingnya. Meminta David untuk berbaring juga. Akhirnya David ikut saja. Jika di dalam hayalannya ia begitu berani menyentuh Sri, sebaliknya Sri pun juga senang dengan sentuhannya, maka di saat nyata seperti ini, nyalinya tidak sebesar gairahnya. Apalagi Sri memakai pakaian lengkap. Pasangan piyama dengan celana panjang. "Kamu beneran udah ngantuk?" tanya David lagi. "Belum terlalu, Mas, cuma capek aja."

  • Setelah Menonton Video   73. Sebuah Kenyataan

    "Kalau suaranya merdu, berarti enak, Mbak. Kalau suaranya serak, berarti enak banget ha ha ha huk! huk! huk!""Kualat sama anak itu namanya! Malah gibah di depan kamar pengantin anak sendiri!" Deni menarik tangan Eva udah segera beranjak dari depan kamar anaknya. "Ayo, pulang! Dasar emak-emak! Kayak gak pernah muda aja! Untung gak dilihat karyawan hotel!" Asih tersenyum melihat besannya yang berjalan masuk ke dalam lift. Ponselnya berdering karena Robi yang menelepon. "Halo, Robi.""Halo, Bu, kembar udah nunggu di mobil sama Robi, Ela, sama bibik. Ibu ikut pulang gak?""Eh, iya, Ibu ikut, Robi. Tungguin ya!""Iya, Robi jemput di lobi ya, Bu. Ibu tunggu di depan aja!" "Iya, makasih ya." Asih segera berjalan cepat untuk masuk ke dalam lift yang kebetulan terbuka. Ia tidak mau sampai ditinggal pulang oleh Robi dan kedua cucunya. Apalagi ia diamanahi Sri untuk mengurus si Kembar kurang lebih tiga hari. "Asih." Wanita itu mengangkat kepalanya saat menyadari siapa yang baru saja masuk k

  • Setelah Menonton Video   72. Apa Boleh Menyentuhmu?

    "Ma, bagaimana? Ampun, deh, ini nanti kitab terlambat, Ma! Emang belum selesai juga?" David terus mengomel karena Sri belum juga siap, sedangkan mereka harus segera berangkat ke tempat acara akad nikah yang disambung dengan acara resepsi. "Sudah, Nak David. Sri sudah selesai. Katanya Nak David duluan, nanti Sri menyusul dengan mobil yang satunya. Malu katanya," jawab Asih sambil tersenyum. "Malu gimana? Orang udah tahu aslinya!" Lelaki itu mendengus. Gara-gara pesan yang tidak pernah dibaca dan dibalas oleh Sri sejak semalam, David benar-benar kesal dan gemas. "Sudah, nanti kalau kamu ngambek, Sri malah kabur." Eva meledek. David akhirnya memutuskan masuk ke dalam mobil sang Mama yang sudah disulap menjadi mobil pengantin. Ia mengira bisa naik mobil bersama Sri menuju tempat akad, tapi ternyata ia harus berdua mamanya duduk di kursi penumpang. Lalu Sri, naik di mobil yang dikendarai oleh Robi. Mereka pun tiba bersamaan. Lagi-lagi Sri tidak mau melihat calon suaminya, sedangkan lel

  • Setelah Menonton Video   71. Posesif

    "Ibu kenapa?" tanya Sri yang memperhatikan ibunya sejak tadi diam saja. Sepulang dari fitting baju, ibunya tidak banyak bicara dan tetap di dalam kamar saja. "Ibu, Ibu kenapa?" tanya Sri lagi sambil menyentuh pundak ibunya. "Eh, gak papa, Sri. Ibu cuma terharu aja, anak Ibu akhirnya menikah juga." Sri memeluk ibunya. "Semua berkat doa Ibu.""Ya sudah, Sri temani anak-anak main dulu." Asih tersenyum sambil mengangguk. Sri pun keluar dari kamarnya.Setelah melewati aneka rangkaian perawatan pra nikah, Sri akhirnya memiliki waktu untuk bermain bersama si Kembar. Ia memperhatikan wajah dan gerak-gerik buah hatinya yang sejak kejadian kelam lima bulan lalu, kini sudah pulih dan semakin membaik. Anak-anak terlihat lebih berisi dan juga sehat. Aktif dan juga baik hati untuk itu oma dan opa si Kembar sangat senang bermain bersama cucu mereka. Ponselnya berdering. Papanya kembar. Itulah nama kontak yang muncul di layar ponselnya. Sri mengambil benda pipih yang tergeletak begitu saja di ata

  • Setelah Menonton Video   70. Ayahnya Sri

    "Apa kata dokter?" tanya Eva pada putranya. David mengulum senyum sambil melirik Sri yang keluar dari ruang periksa dengan santai. "Disuruh praktek langsung, Ma," jawab David. Eva dan Asih tertawa. "Mana masih tiga belas hari lagi. Masih lama dong ya.""Gak papa, Ma, masih ada waktu buat latihan." David kembali mencolek lengan Sri. Wanita itu mengangkat bahunya karena tak paham. Sepulang dari rumah sakit, mereka langsung pulang ke rumah. Sri tidak diizinkan keluar rumah lagi sampai waktu pernikahan tiba. Mungkin terdengar lucu, ada janda yang dipingit, tapi begitulah Eva dan David inginkan pada Sri. Kelakuan Sri yang sering kabur-kaburan membuat ibu dan anak itu khawatir. Sri tetap disibukkan dengan kuliah yang terpaksa ia lakukan secara online. Untung saja ia mengambil kelas ekstensi sehingga waktu kuliah sabtu dan minggu saja. Semua tugas bisa ia kerjakan dari rumah, tentu saja dibantu oleh David yang kapan saja bersedia menolong calon istri. "Jadi cukup tiga ratus undangan saj

  • Setelah Menonton Video   69. Boleh Bahagia, Gak?

    "Ma, aku dilamar." Eva mengernyit. "Siapa?" tanyanya balik. "Aku, Ma.""Yang benar saja, mana ada lelaki dilamar. Yang ada, lelaki melamar. Kamu pulang-pulang dari Yogyakarta kenapa malah anget gini luar dalam." Eva menaruh punggung tangannya di kening sang Putra. David tertawa dan langsung memeluk mamanya. "Kenapa sih, pulang-pulang senang banget? Aneh!" Eva melepas pelukan anaknya. David menggenggam tangan Eva sambil menciyumnya. "Dari sore jam tiga, David udah sampai, Ma. David jenguk anak-anak dan ibunya. Alhamdulillah semuanya sehat. Apalagi ibunya, lebih sehat lagi. Soalnya tambah cantik dan tambah bener ha ha ha.... ""Maksudnya?" Eva belum mengerti arah pembicaraan David. Wanita itu membetulkan posisi duduknya agar bisa mendengarkan David bercerita. "Mbak Sri udah mau jadi istri David, Ma," kata pria itu dengan semringah. Bukannya gembira, Eva malah menertawakan kekonyolan putranya. "Kamu pikir, Mama percaya? Sri itu udah gak mau sama kamu. Udah, jangan maksa! Mama udah

  • Setelah Menonton Video   68. Ayah Anak-anak

    "Jadi lu cerai dari Mira?" tanya David pada Heru yang saat ini berkunjung ke sekolah tempat David bekerja. Ya, bekerja sekaligus ownernya. "Iya, Vid, mama minta cucu dan Mira kandungannya lemah. Mama suruh gue poligami. Gue mau aja sih, tapi Mira gak mau dan dia milih nyerah." Heru menyandarkan kepalanya di sofa. David yang melihat teman baiknya begitu cemas, ikut duduk di samping pria itu."Kita ini udah sama-sama dewasa, tapi untuk urusan percintaan, kenapa kita gak pernah menang? Tidak ada perempuan yang kuat berlama-lama menjalin hubungan dengan kita." David menepuk pundak Heru. "Apa berawal dari video itu?" tanya Heru menebak. Sontak David tertawa. "Video durasi empat detik, merubah semua rencana hidup yang udah gue susun. Semuanya, tapi gue tetap happy karena gue punya anak. Tunggu, emangnya lu gak ada anak sama Lalisa? Wanita malam itu bukannya udah sempat lu nikahin?" Heru menggeleng kepala. "Gue gak tahu itu anak gue apa bukan. Lalisa udah nikah lagi dengan sodara Mira. T

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status