Home / Romansa / Setelah Menonton Video / 2. Janda, tapi Perawan. Kok bisa?

Share

2. Janda, tapi Perawan. Kok bisa?

last update Last Updated: 2025-01-14 14:34:28

"Sayang, bangun." Suara lembut Mayang membuatku membuka mata. Pandangan ini masih samar, tapi aku masih dapat melihat sosok Mayang yang sekarang duduk di dekatku sambil menggenggam tangan ini.

"Akhirnya kamu sadar juga, Sayang. Tensi kamu rendah sekali. Pantas saja pingsan."

"Bisa-bisa pengantin lelaki pingsan. Dasar manja! Mentang-mentang punya istri dokter," ledek mamaku. Aku pun memaksakan senyum.

"Belom malam pertama udah KO!"

"Kudu minum suplemen ini, mah!"

"Jangan, nanti malah sakit yang lain. Serahkan sama istrinya saja." Semua keluarga yang ada di dalam ruangan meledekku. Entah apa saja celotehan mereka, aku hanya bisa tersenyum tipis saja. Mereka tidak tahu bahwa saat ini aku sedang tidak baik-baik saja.

"Maaf ya, Sayang, karena aku, kita cancel penerbangan." Aku menyentuh tangan Mayang yang sangat cantik dengan hiasan hena berwarna putih. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum.

"Kamu pulih dulu, baru kita honeymoon. Meski jatah honeymoon gak bisa lama, Yank. Aku ada pelatihan ke Gorontalo dia minggu."

Semakin tidak enak hati ini pada Mayang, tetapi mau bagaimana lagi. Tubuhku benar-benar lemas.

Selama dalam masa perawatan, aku sama sekali tidak mendengar keluargaku berbicara tentang Mbak Sri. Robi yang semalam menjengukku pun biasa saja. Semoga Mbak Sri bukan hamil dan semoga dia sehat kembali.

Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang ke rumah, setelah dua hari dirawat. Rasanya lega sekali karena di rumah sakit meski di kamar VIP, tetap saja tidurku tak nyenyak. Lebih nyaman kasur sendiri.

"Sayang, ayo." Mayang menghampiriku bersama perawat lelaki yang mendorong kursi roda.

"Aku bisa jalan, Sayang. Masa pake kursi roda? Aku belum jompo, Sayang." Mayang tertawa. Lalu memberikan kode pada perawat untuk membawa keluar kembali kursi roda itu.

"Pulang ke rumah mama ya," kataku saat kami sudah berada di dalam lift.

"Loh, bukannya ke rumah mamaku, Mas?"

"Aku tiba-tiba pengen tidur di kasurku he he he... semalam doang, setelah itu baru ke rumah mama Nindi." Mama Nindi adalah nama ibu mertuaku yang berprofesi sebagai dosen senior di Universitas Negeri terkemuka di Jakarta.

"Ya sudah, oke." Mayang mengalah. Aku meminta maaf dalam hati atas alasan yang aku utarakan. Bukan karena aku ingin tidur di kasurku, tetapi aku harus memastikan keadaan Mbak Sri. Paling tidak, aku harus tahu bahwa ia tidak hamil. Bisa kacau kalau pembantuku itu sampai hamil. Duh, kenapa aku baru tahu kalau dia janda ditinggal meninggal? Sungguh aku benar-benar bajing4n!

Begitu sampai di rumah, aku disambut mama dan Mbak Sri. Mama begitu senang kami memutuskan menginap di rumahnya. Sri membantu menurunkan tas dari dalam mobil istriku. ART-ku itu sama sekali tidak menoleh kearahku. Ia hanya sedikit tersenyum pada Mayang.

"Sri, langsung tata meja makan. Pengantin pasti lapar ini," titah mamaku.

"Baik, Bu." Sri mengangguk. Ia menaruh tas pakaian ke dalam kamarku, setelah itu berlalu begitu saja masih sambil menunduk. Satu hal yang aku syukuri, Sri sudah sembuh.

"Mas mau makan di kamar atau di ruang makan?" tanya Mayang.

"Di ruang makan aja." Mayang mengangguk. Kami berdua pun berjalan menuju ruang makan. Aneka hidangan sudah ada di atas meja. Baru matang dan terlihat begitu menggoda selera. Ada semur daging kesukaanku dan juga sayur acar kuning, wortel dan timun. Ada jus buah original tanpa gula yang pastinya untuk Mayang. Sri hapal betul karena Mayang sering datang berkunjung ke sini dan Sri yang buatkan minumnya.

"Makanannya spesial banget ini untuk pengantin baru," kata mamaku.

"Makasih, Ma. Banyak banget gini. Tahu aja kalau putranya pengantin baru belum unboxing. Masih perjak4 ting ting loh, Ma," sambung Mayang sambil tertawa.

"Waduh, masa anak Mama ting ting?" mamaku tidak percaya.

"Iya, Ma, Mayang paling tahu siapa mas David, Ma. Siapa temennya dan bagaimana lingkungan kerjanya. InsyaAllah semua menjamin bahwa anak lelaki Mama ini masih ting ting he he he... " aku menatap pada Sri yang baru saja menaruh semangkuk sop di atas meja. Ia pun tidak sengaja melihat ke arah ku juga, tetapi sekian detik itu juga, ia memutuskan pandangan.

Kami makan dengan ruang karena Mayang senang bercerita. Mayang menciptakan suasana hangat di ruang makan, membuatku merasa senang sekaligus merasa bersalah padanya.

Selesai makan, Mayang masuk ke kamar karena ada telepon penting, begitu juga mama yang memilih masuk ke kamar untuk tidur siang. Tinggal aku di meja makan dan Sri yang akan merapikan meja.

"Mbak Sri b-baik-baik saja?" tanyaku gugup. Ia hanya mengangguk.

"Maaf s-saya gak tahu kalau Mbak t-tidak ada s-suami. Itu saya.... "

"Udah terjadi, lupakan saja, Mas."

"Yang kemarin sakit, Mbak Sri b-bukan hamil'kan?" tanyaku lagi sambil menelan ludah.

"Siapa yang hamil, Sayang?" aku sontak berbalik karena tiba-tiba Mayang ada di belakangku.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Setelah Menonton Video   3. Siapa yang Hamil?

    "Emang ada apa? Siapa yang hamil?" mama juga tiba-tiba muncul dari belakang Mayang. Aku semakin panik saja, tetapi aku berusaha tenang sambil memikirkan alasan siapa yang hamil. "Kurir paket langganan mas David, istrinya hamil dan katanya ngidam foto sama mas David, jadinya saya sampaikan pesan itu, Bu, Mbak." Aku akhirnya bisa menghela napas setelah sekian detik menahan napas. Sri langsung menjawab dengan tema yang masuk akal. "Oh, yang namanya Budi itu ya?""Bukan, Bu, namanya Mamat. Mari saya permisi." Aku tersenyum pada mama dan istriku. Kurir langganan ku adalah Budi, kalau Mamat, aku beneran gak tahu siapa. "Ma, saya masuk dulu ya. Pengantin baru ini belum pernah masuk soalnya." Guyonanku membuat mama tertawa, sedangkan Mayang ikut tersipu malu. Aku pun menggandeng Mayang masuk ke kamar. Acara belah durian berjalan cukup alot karena Mayang sempat kesakitan. Namun, aku membujuk dan akhirnya bisa, meski bulir air mata itu keluar juga dari sudut matanya. Keadaan yang sama deng

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   4. Takut Banget Pembantuku Hamil

    "Oh, itu orang tua Sri. Dia nitip transfer karena ibunya sakit. Sri gak bisa ke ATM.""Oh... " wajah Mayang nampak ragu. "Emang sering gini, titip transfer. Kenapa, Sayang? Mukanya kok gitu?""Kamu deket sama Sri?""Ngga, biasanya aja, kenapa?" aku tahu Mayang merasa sedikit cemburu, tetapi memang kebohongan ini terpaksa aku buat demi menjaga keutuhan rumah tangga yang baru saja aku bina. "Aneh aja kalau pembantu titip transfer. Pembantuku soalnya gak ada yang gitu, Mas." Aku mengusap rambutnya penuh sayang. "Kenapa jadi bicarakan Sri? Mending kita tidur. Besok kita pulang ke rumah mama Nindi ya. Karena lusanya aku mau kerja. Besok sudah rabu kan? ""Iya, Mas, aku kamis ke Gorontalo dua minggu. Kamu di rumah mamaku aja." Aku mengangguk setuju. Kami pun tidur dalam keadaan berpelukan. Aku terbangun jam tiga pagi karena haus. Air yang dibawa semalam sudah habis. Dengan langkah malas, aku turun ke dapur. Tepat di saat Sri juga baru muncul di dapur. "Aduh, kaget!" Pekik kami bersamaa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   5. Gara-gara Video

    "Mas, kamu kenapa? Sejak tadi banyak bengong," tanya Mayang. Sudah jam sebelas malam dan mataku tidak mengantuk sama sekali. Pikiranku benar-benar kalut, khawatir Sri hamil. Jika beneran hamil, maka bisa dipastikan itu adalah anakku. Aku memerawani Sri dan aku merusak masa depannya. Lalu---"Mas, hey! Kamu kenapa sih?" Mayang mengipaskan tangannya di depan wajahku. "Oh, itu, Sayang, ada meeting regional dan aku ada tugas. Belum sempat aku kerjakan. Jadi lagi mikirin gimana dan mana dulu yang ----""Beneran karena itu?" Mayang berbaring menyamping, menatap ke arahku. Aku mengangguk sambil tersenyum. "Maaf kalau udah bikin kamu khawatir dan gak bisa tidur. Ayo, tidur! Ak---" suara ini tertahan saat Mayang menyentuh pelan bibirku. "Sayang, jangan malam ini ya, pikiran aku benar-benar bercabang." Mayang tersenyum mafhum. Istriku menciyum bibir ini sekilas, lalu berbalik badan sambil memeluk guling. Aku menghela napas, merapalkan ucapan maaf yang hanya bisa ada di dalam hati. Aku bisa g

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   6. Kepergok

    "Sayang, aku bisa jelaskan. Ini gak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku dan Sri gak ada apa-apa. Kenapa kamu malah bilang aku terlalu berlebihan pada Sri?" aku berusaha menggenggam tangan istriku, tapi ia menepisnya dengan kasar. "Sayang, jangan begini. Aku minta maaf kalau udah buat kamu cemburu. Tadi itu aku---""HP kamu gak aktif, Mas. Kamu gak ada kabar sejak jam lima lewat tiga puluh menit. Sampai aku tiba di rumah dan mamaku nanyain kamu. Aku capek banget hari ini pasien full dan aku malah harus lihat kamu berada di rumah mama kamu dan begitu khawatir pada Sri. Istri mana yang gak cemburu! Jujur aku kesal dan kecewa sama kamu!" Mayang memuqul lenganku berkali-kali. Ya, kami pulang dengan mobil Mayang karena gak mungkin aku biarkan. Mayang menyetir sendiri. Motor aku tinggal di rumah mama agar aku bisa mengendarai mobil Mayang. "Puqul aku yang kenceng, Sayang. Aku ikhlas, kamu mau aku lakukan apa, biar kamu percaya? Aku beneran gak ada hubungan dengan Sri. Sri itu sakit lambun

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   7. Service Memuaskan di Ranjang

    Dewasa (21+) "Mayang, ada apa , Nak, kamu kenapa Sayang?" papa mertuaku menengahi. Papa Deni menoleh ke arahku, lalu menggerakkan kepalanya mengangguk. Aku masih diam karena jika aku sanggah, Mayang akan semakin marah. "Duduk!" Titah papa Deni membuat Mayang duduk. Namun, napas istriku masih naik turun, menandakan ia masih sangat emosi, ditambah air matanya berlinang sangat deras. Baru begini saja, Mayang sudah sangat marah, apalagi kalau sampai Mayang tahu, bahwa aku sudah tidur dengan Sri. "Papa tahu kamu lagi pusing dengan persiapan ke Gorontalo, tapi bukan begini juga dengan suami. Sri itu pembantu mertua kamu, jika kamu mau Sri dipecat, maka kamu yang bicara dengan mertua kamu, bukan marah dan minta David memecat Sri. Jangan egois, Nak. Kamu sudah menikah dan ada suami yang harus kamu hormati. Udah, bertengkar di meja makan bukan hal baik, kita lanjutkan makan.""Mayang ke rumah sakit saja, Pa. Sarapan di sana saja." Mayang berdiri dengan wajah marahnya. "Biar aku antar," se

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   8. Apes

    Hampir saja aku menabrak mobil di depanku. Perkataan ibu dari Sri, benar-benar membuatku takut. Tidak mungkin aku menikahi Sri. Aku sudah punya Mayang dan aku mencintai istriku. Sri hanya bagian dari kesalahan yang tidak akan pernah mau aku ulangi lagi. Sri bilang apa dengan ibunya? Kenapa jadi rumit begini? Begitu tiba di rumah mertuaku, aku langsung masuk ke kamar. Untung semua penghuni rumah sudah pada tidur. Aku langsung berganti pakaian dan bersiap untuk tidur, meskipun aku tidak tahu, apakah aku benar-benar bisa tidur atau tidak. Sri, tadi ibu kamu telepon saya. Kamu bilang apa? Kenapa saya harus menikahi kamu? SendAku tahu Sri pasti sudah tidur, tetapi baru besar ini masih terus mengganjal jika aku tidak bertanya langsung. Aku benar-benar tidak mau, baik keluargaku atau keluarga Mayang tahu, tentang malam yang aku lalui bersama Sri. SriJangan pedulikan, Mas. Nanti saya yang bujuk. Mas David tenang saja. Hidupmu bahagia bersama istri tersayang, sedangkan saya harus menola

    Last Updated : 2025-01-14
  • Setelah Menonton Video   9. Pintunya Dikunci

    POV Sri"Halo, kamu lagi apa, Sri?""Halo, Mas Farhan, saya lagi beberes dapur. Orang rumah baru aja pergi ngurusin persiapan pernikahan anak majikan.""Oh, yang mau nikah sama dokter itu?""Iya, Mas. Makanya begitu rumah sepi, saya mau beberes. Adanya mas David doang di rumah. Masih dipingit.""He he he... orang kota masih jaman dipingit ya. Ya udah kalau gitu, kamu pasti lagi repot. Nanti saya telepon lagi deh.""Ada apa, Mas? Cerita aja sekarang.""Gak papa. Nanti saja.""Tentang Sukma ya?""Mmm.... " aku sudah bisa menebak kenapaas Farhan menelepon, pasti karena permintaan orang tua mas Farhan yang menginginkan putranya yang aparat negara ini berjodoh dengan pera-wan ting ting, bukan janda sepertiku. Apalagi aku hanya tamatan SMP. "Iya, soal itu---""Gak papa, Mas, saya udah bilang sejak kemarin. Hubungan ini terlalu dipaksakan. Kita ini temboknya tinggi sekali. Turuti saja kehendak orang tua Mas, pasti barokah. Udah dulu ya, Mas, saya mau lanjut beresin dapur. Assalamu'alaikum."

    Last Updated : 2025-02-24
  • Setelah Menonton Video   10. Pertama Kalinya

    Air mata permohonan yang turun dengan deras tidak menyurutkan gerakan mas David. Lelaki itu terus melakukan apa yang diinginkan h4sratnya. Aku berteriak berhenti, tetapi mas David tetap meneruskannya. Tu6uhku yang memang sudah kelelahan, tidak bisa lagi melaw4n dengan tenaga ekstra. Aku benar-benar lemas dan merasa kesakit4n. "Luar biasa rasanya," gumam lelaki itu. "Mas, sudah, s-sakit." Aku tidak tahu apa yang terjadi, setelah setengah jam, akhirnya mas David berhenti setelah gerakan bola mata li4rnya perlahan meredup. Lelaki itu menjatuhkan diri ke samping dengan tubuh berpeluh, sedangkan aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya. Aku terbangun saat merasakan beban berat pada p3rut. Perlahan aku membuka mata dan melihat tangan kiri mas David ada di atas p3rutku. Aku menggeser tangan itu dengan hati-hati agar ia tidak terbangun. Namun, harapanku musn4h, karena saat itu, mas David bangun dan menatap ke arahku dengan tatapan bingung. "Sri, k-kamu --- ini tadi kita ---

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Setelah Menonton Video   79. Menjenguk Bayi

    Somay gondrongPecel lele stasiun SenenNasi uduk tanah abangAsinan BogorAlpukat mentega metik langsung di kebunAneka kukisRendang asli dari PadangAku merasa sedikit sakit kepala saat membaca list makanan yang diinginkan istriku. Ini tidak mudah, tapi akan aku usahakan terpenuhi. "Mas, gimana?" tanyanya manja sambil menyandarkan kepalanya di lenganku. "Sayang, ini sih, kecil. Kemarin temenku ada yang istrinya hamil, ngidam suaminya lompat ke jurang dan harus dilakukan kalau nggak, istrinya yang mau lompat." Sri terbahak sambil memukul gemas lenganku. "Ih, serem banget, Mas. Ini gak sulit kan?" tanyanya lagi. "Tidak sayang. Ini sangat mudah. Tapi gak mungkin semua dapat hari ini, Sayang. Harus pesen tiket ke Padang dulu kan?""Dua hari ya. Rendang Padang boleh besok, sisanya hari ini. Anggap saja ini rapelan dengan kembar. Waktu hamil kembar, saya kan sendirian." Aku bergeser ke kanan untuk menatap wajah istriku. Aku membingkai wajahnya dengan kedua tanganku. "Siapa suruh ka

  • Setelah Menonton Video   78. Resep Obat

    "Maaf ya, Sayang." Lagi dan lagi aku mengecewakan istriku. Sungguh malu rasa hati, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah rajin olahraga raga, sudah makan makanan yang benar, menjauhi junkfood dan juga tidak merokok. Kenapa masih saya terlalu fast respon? "Gak papa, Mas. Adanya emang gitu." Sri tersenyum mafhum. Ia seperti baik-baik saja, tapi aku tidak tahu di dalam hatinya seperti apa. Masa sudah bangun, malah jadi pengangguran. Ya ampun, bikin rusak harga diriku saja! "Iya, Mas minta maaf ya. Mas gak tahu lagi mau gimana?" "Gak papa, Mas. Mungkin olah raganya digencarin lagi. Biar baru bangun, gak langsung pengen rebahan lagi." BT sekali rasanya. Sudah enam bulan berlalu dan aku masih belum sembuh juga. Sudah konsultasi ke dokter, hasilnya masih sama. Apa minum obat kuat? "Sayang, hari ini aku mampir ke dokter Arman ya." Sri menuangkan teh ke dalam cangkirku."Bapak sakit apa?" tanya Aji yang duduknya persis di sampingku. "Bapak pusing, mau minta obat ke dokter. Jadi pulangnya ma

  • Setelah Menonton Video   77. Cuma Sebentar

    Malam ini rasanya berbeda. Aku menghitung sudah tiga bulan lebih tujuh hari menikah dengan Sri, tetapi kali ini Sri yang akhirnya mau menolongku. Benar kata mama, usaha ini bukan hanya dari aku sendiri saja, tetapi support istriku juga penting. Syukurlah Sri orang yang nurut sama orang tua, sehingga ia patuh. Patuh untuk mencoba saran dari mamaku dan juga mak Yah. "Jika sakit, aku akan berhenti," bisikku di telinga Sri. Wanita itu menggelengkan kepala sambil menutup mata. Sejak awal matanya terus terpejam, bukan karena ia jijik, tapi karena ia malu. Sepanjang aktivitas kami pun, rona merah di pipinya tak lekang. Aku bisa merasakannya karena pipi itu menghangat. Sebagai awalan sudah cukup. Dedeknya bisa bangun, hanya saja tidak bisa lama. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh istriku yang masih polos. "Segitu aja ya, Mas?" aku merasa harga diriku kembali dihempaskan ke got. Tidak ada yang salah dari pertanyaan Sri, aku juga paham. "Iya, untuk saat ini segitu dulu, Bu, soalnya di

  • Setelah Menonton Video   76. Suami Gak Berfaedah

    "Hati-hati ya.""Iya, Mas, makasih udah anter saya." Sri menciyum punggung tanganku. Aku menghela napas kasar saat harus melepaskan Sri kuliah offline hari ini. Padahal aku gak papa kalau Sri tidak sarjana. Aku tetap menghargainya dan sayang sebagai ibu anak-anakku, tapi Sri tetap ingin kuliah. Ia bahkan sangat semangat. Bagaimana nanti kalau di kampus ada mahasiswa yang naksir Sri? Atau gimana kalau ada dosen yang naksir dia? Bisa saja kan? Ditambah aku belum bisa memberikan nafkah batin untuk istriku, makin takut saja jadinya.Aku memutuskan tidak langsung berangkat ke sekolah milikku, tetapi aku masuk ke area parkir kampus. Ya, aku ingin tahu kelas Sri dan teman-temannya. Ruangan kelasnya ada di lantai dua. Aku pun bergegas ke sana. Namun, langkahku terhenti saat melihat Sri sedang bercakap-cakap dengan lelaki muda berkaca mata. Terlihat tampan dan gagah. Mau apa lelaki itu? Aku mengendap-endap mendekat ke arah keduanya. Sri tersenyum, lelaki itu terpesona. Apa ia tidak tahu Sri i

  • Setelah Menonton Video   75. Nonton Video Lagi

    PoV David"Halo, Her, lu masih nyimpen vide0 yang waktu itu?""Gak tahu deh, kayaknya udah aku hapus. HP juga udah gue ganti, kenapa emang?""Ck, gue perlu nih! Belum ada tanda-tanda gue sembuh.""Ya ampun, kasihan sekali kita.""Ya, elu masih bangun, gue? Lelap banget. Aduh, gue gak enak banget sama istri. Kirimin lagi deh! Cari di gdrive!""Oke, Oke, nanti gue cari.""Jangan nanti, gue perlunya sekarang." "Ih, bawel! Iya, gue cari!"Sambungan itu langsung diputuskan oleh Heru. Sri masih ada di dalam kamar mandi, sedang bersih-bersih sebelum tidur. Untung saja anak-anak sudah mau tidur di kamar berdua, sehingga aku dan Sri tidak harus satu kamar dengan anak-anak. Hanya saja, bila malam tiba, aku bingung mau bicara apa lagi dengan Sri. Mau melakukan apa karena kami sama-sama terbatas. Sri terbatas dengan trauma, lalu aku terkendala sakit dari bagian paling penting dalam hidupku sebagai seorang lelaki. "Mas." Aku menoleh dengan terkejut. Sri rupanya sudah selesai mengganti pakaiannya

  • Setelah Menonton Video   74. Pengantin Baru

    "Mas, ada apa? Lagi melamun apa?" tanya sang Istri sambil menggerakkan telapak tangannya di depan wajah David. Pria itu tersentak. Di dalam bayangannya, Sri memakai baju terbuka dan sedang duduk di pangkuannya. Mereka berciyuman dengan sangat bergairah, tapi ternyata.... "Mas, kenapa?" tanya Sri lagi. "Ah, gak papa, Sri. K-kamu sudah selesai di kamar mandi?" Sri mengangguk. Wanita itu langsung naik ke ranjang yang masih dipenuhi kelopak bunga. "Mau langsung tidur?" tanya David lagi. Sri mengangguk, lalu detik kemudian ia menguap lebar. "Sini, Mas! Kita tidur!" Sri menepuk sisi sampingnya. Meminta David untuk berbaring juga. Akhirnya David ikut saja. Jika di dalam hayalannya ia begitu berani menyentuh Sri, sebaliknya Sri pun juga senang dengan sentuhannya, maka di saat nyata seperti ini, nyalinya tidak sebesar gairahnya. Apalagi Sri memakai pakaian lengkap. Pasangan piyama dengan celana panjang. "Kamu beneran udah ngantuk?" tanya David lagi. "Belum terlalu, Mas, cuma capek aja."

  • Setelah Menonton Video   73. Sebuah Kenyataan

    "Kalau suaranya merdu, berarti enak, Mbak. Kalau suaranya serak, berarti enak banget ha ha ha huk! huk! huk!""Kualat sama anak itu namanya! Malah gibah di depan kamar pengantin anak sendiri!" Deni menarik tangan Eva udah segera beranjak dari depan kamar anaknya. "Ayo, pulang! Dasar emak-emak! Kayak gak pernah muda aja! Untung gak dilihat karyawan hotel!" Asih tersenyum melihat besannya yang berjalan masuk ke dalam lift. Ponselnya berdering karena Robi yang menelepon. "Halo, Robi.""Halo, Bu, kembar udah nunggu di mobil sama Robi, Ela, sama bibik. Ibu ikut pulang gak?""Eh, iya, Ibu ikut, Robi. Tungguin ya!""Iya, Robi jemput di lobi ya, Bu. Ibu tunggu di depan aja!" "Iya, makasih ya." Asih segera berjalan cepat untuk masuk ke dalam lift yang kebetulan terbuka. Ia tidak mau sampai ditinggal pulang oleh Robi dan kedua cucunya. Apalagi ia diamanahi Sri untuk mengurus si Kembar kurang lebih tiga hari. "Asih." Wanita itu mengangkat kepalanya saat menyadari siapa yang baru saja masuk k

  • Setelah Menonton Video   72. Apa Boleh Menyentuhmu?

    "Ma, bagaimana? Ampun, deh, ini nanti kitab terlambat, Ma! Emang belum selesai juga?" David terus mengomel karena Sri belum juga siap, sedangkan mereka harus segera berangkat ke tempat acara akad nikah yang disambung dengan acara resepsi. "Sudah, Nak David. Sri sudah selesai. Katanya Nak David duluan, nanti Sri menyusul dengan mobil yang satunya. Malu katanya," jawab Asih sambil tersenyum. "Malu gimana? Orang udah tahu aslinya!" Lelaki itu mendengus. Gara-gara pesan yang tidak pernah dibaca dan dibalas oleh Sri sejak semalam, David benar-benar kesal dan gemas. "Sudah, nanti kalau kamu ngambek, Sri malah kabur." Eva meledek. David akhirnya memutuskan masuk ke dalam mobil sang Mama yang sudah disulap menjadi mobil pengantin. Ia mengira bisa naik mobil bersama Sri menuju tempat akad, tapi ternyata ia harus berdua mamanya duduk di kursi penumpang. Lalu Sri, naik di mobil yang dikendarai oleh Robi. Mereka pun tiba bersamaan. Lagi-lagi Sri tidak mau melihat calon suaminya, sedangkan lel

  • Setelah Menonton Video   71. Posesif

    "Ibu kenapa?" tanya Sri yang memperhatikan ibunya sejak tadi diam saja. Sepulang dari fitting baju, ibunya tidak banyak bicara dan tetap di dalam kamar saja. "Ibu, Ibu kenapa?" tanya Sri lagi sambil menyentuh pundak ibunya. "Eh, gak papa, Sri. Ibu cuma terharu aja, anak Ibu akhirnya menikah juga." Sri memeluk ibunya. "Semua berkat doa Ibu.""Ya sudah, Sri temani anak-anak main dulu." Asih tersenyum sambil mengangguk. Sri pun keluar dari kamarnya.Setelah melewati aneka rangkaian perawatan pra nikah, Sri akhirnya memiliki waktu untuk bermain bersama si Kembar. Ia memperhatikan wajah dan gerak-gerik buah hatinya yang sejak kejadian kelam lima bulan lalu, kini sudah pulih dan semakin membaik. Anak-anak terlihat lebih berisi dan juga sehat. Aktif dan juga baik hati untuk itu oma dan opa si Kembar sangat senang bermain bersama cucu mereka. Ponselnya berdering. Papanya kembar. Itulah nama kontak yang muncul di layar ponselnya. Sri mengambil benda pipih yang tergeletak begitu saja di ata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status